Wednesday, June 28, 2006

Semangat yang Membuncah

Dua hari ini, saya sepertinya bisa melakukan apa saja, tanpa mengenal lelah. Bangun lebih awal, main basket, menulis artikel dan tentu saja menonton sepak bola. Semalam, meskipun Tim Samba menang telak 3-0 atas Black Star Ghana, saya melihat kehilangan 'gairah' pemain Brasil untuk menciptakan gol.

Di luar itu, pagi ini, saya membuka walkman untuk mendengarkan radio Sinar FM. Pertama kali terdengar adalah lagu 'yang' mengingatkan sesuatu, namun tidak tahu pasti penyanyi dan judul lagunya. Alunan musik dan liriknya secara langsung menyentuh telinga dan meresap ke batin. Inikah pengalaman puncak yang digambarkan oleh Abraham Maslow itu?

Dengan khusyu' saya menikmati lagu hingga akhir agar diri bisa mencecap keriangan lebih tinggi. Akhirnya rasa penasaran terjawab sudah oleh penyiarnya bahwa lagu tersebut dibawakan oleh Toto dengan judul I want hold you back. Lalu, disusul lagu Siti Nurhaliza yang digubah oleh Melly Goeslow bertajuk Biarlah Rahsia. Sesederhana inikah kebahagiaan? Jawabnya, ya. Kita tak perlu meminta lebih, karena akan merasa 'jenuh' dengan kelimpahan.

Tubuh dan jiwa kita terlalu kecil untuk anugerah yang sangat besar. Menikmati udara sehingga bernafas itu saja belum pernah kita syukuri sebagai anugerah terbesar. Lalu, kita minta apa lagi dari sang Penguasa? Memang, benar manusia selalu ingin yang lain, sebab miliknya telah dianggap barang usang yang tak berharga.

No comments:

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...