Untuk ketiga kalinya saya mengikuti musyawarah anggota PPI USM dengan pelbagai peran. Tentu, banyak warna yang menyemburat di arena ini. Boleh dikatakan, jalannya sidang tidak sealot tingkat se-Malaysia. Meskipun tidak bisa dikatakan kurang greget, sidang ini tetap memberikan ruang bagi munculnya gagasan untuk menjadi kebersamaan ini punya arti, betapapun sederhananya.
Perbedaan kadang muncul, tetapi itu bisa makin menambah erat karena dari sini kita saling mengerti. Bukankah di sini kita bisa lebih jernih mendengarkan apa yang dinginkan orang lain melalui ide dan ucapannya? Belajar mendengar dan akhirnya mempertimbangkan keinginan orang lain akan membuat kita tidak selalu memikirkan diri sendiri dan mencari titik temu sehingga kita bisa berbuat lebih banyak untuk kebaikan bersama?
Seperti biasa, peserta yang hadir tidak membludak. Kita bisa menghitung dengan mudah. Tetapi, tentu mereka mewakili banyak kepala dan keinginan. Pasti, pengalaman ini akan membekas, yang dengan sendirinya menjadi catatan hidup kelak. Pertemuan semacam ini membelajarkan bagaimana kita belajar mempertahankan 'tradisi' dan organisasi, yang secara tidak langsung merawat akar kita di negeri orang.
Ya, semoga Persatuan Pelajar Indonesia menjadi batu ujian dan sekaligus rumah kita yang apa pun keadaannya kita semua harus menanggungnya. Amin.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Majemuk
Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Setelah pelanta...
-
Saya membawa buku Philosophy for Dummies untuk coba mengenalkan anak pada filsafat. Biyya tampak bersemangat tatkala pertama kali mendapatka...
No comments:
Post a Comment