Friday, May 23, 2008

Menulis di Jurnal adalah Eksistensi Saya


Akhirnya saya mengikuti ceramah akademik bertajuk Publishing in High Impact Factor Journals: How not to get rejected oleh Prof Peter Brimblecombe, dosen Kajian Lingkungan dari Universitas East Anglia Inggeris (tentang dirinya bisa dirujuk pada situsnya di mana dia mengajar http://www.uea.ac.uk/~e490/www.htm). Karena terlamat 5 menitan, saya tak mendapat kursi. Tak apalah berdiri, mungkin pahalanya lebih banyak.

Karena berjubel, banyak peserta yang duduk di antara lorong kursi kelas Dewan Kuliah C Fakultas Ilmu Huma. Uniknya, banyak dosen USM yang ikut serta , dan juga mahasiswa asing, Arab dan Indonesia. Saya melihat beberapa di antaranya seperti Yudhi, Boni, dan Deddy. Tapi, sayangnya Badrun tak keliatan batang hidupnya, padahal sebelumnya kami telah merencanakan untuk menghadiri acara penting ini. Mungkin, dia kecapean setelah pagi sebelumnya begadang nonton pertandingan sepak bola piala Champion antara Manchester United dan Chelsea.

Saya mencatat banyak masukan dari paparan pakar lingkungan dan sekaligus angota penasehat SCOPUS ini, di antaranya mengenai etika publikasi (baca lebih jauh dalam situs yang dia berikan http://publicationethics.org.uk/):

1. Authorship - significant contribution
2. Conflict of interest
3. Prior Publication duplication, website and conference publication
4. Multiple submission
5. Referencing
6. Plagiarism
7. Referee Suggestion

Dengan gaya kocak, sang profesor menjelaskan bagaimana membuat abstrak, kata kunci, pembahasan (discussion), dan kesimpulan. Katanya, kesimpulan itu berbeda dengan abstrak. Oleh karena itu, dilarang keras menyalin abstrak menjadi kesimpulan. Selain itu, kesimpulan bukanlah sebuah ulasan, apatah lagi kesimpulan, tidak mempunyai rujukan, dan tidak memperkenalkan materi baru.

Dari pengajaran singkat ini, saya telah merencanakan untuk menulis sebuah artikel di Jurnal Islamic Quarterly, jurnal bulanan dalam bidang Kajian Keislaman dari Inggeris, yang acapkali juga diisi oleh para dosen di Departemen Kajian dan Peradaban Islam, Universitas Sains Malaysia (USM), seperti Dr. Zailan Moris - pembimbing disertasi saya, Dr. Ratna dan Dr. Jasni Sulong. Malah, adalam sebuah kesempatan Dr Ratna meminta saya mengirimkan tulisan. Ya, dosen taman psikologi Universitas Inggeris ini adalah salah seorang penulis produktif, baik di surat kabar maupun jurnal.

Terus terang, saya sangat salut dengan kerelaan dosen-dosen yang masih menyempatkan hadir dalam acara seminar semacam ini. Tidak itu saja, malah seorang profesor yang bergelar Dato', Mohammad Salleh Yaapar, masih bersedia duduk berdesakan mendengarkan ceramah. Saya juga melihat Prof Madya Arnd Graft, dosen Sastra Bandingan asal Jerman, juga tekun mendengarkan kuliah. Hampir secara umum, penanya pada sesi tanya jawab adalah para dosen di lingkungan USM. Saya tidak sempat mengikutinya hingga selesai karena harus menemui Puan Shima, staf bagian pengurusan visa mahasiswa, untuk menanyakan izin untuk mendapatkan single entry visa dari Imigrasi Malaysia.

No comments:

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...