Malam dingin karena hujan rintik. Suasana yang memberi kesempatan untuk menghitung hari menjelang Ramadhan. Dalam beberapa terakhir, saya tidak menggerakkan jemari di depan komputer. Padahal, ada banyak hal yang saya lakukan, seperti mengunjungi rumah kawan baik, Ayi, untuk menyambut bulan puasa. Acara makan yang meriah dengan celotehan dan berlimpah, dengan sajian sup daging kambing, pecel, tempe, ayam dan lain-lain. Cita rasa Indonesia makin hadir karena tuan rumah bersedia untuk memutar film Love yang mengadaptasi Actually Love.
Keesokan harinya, saya dan isteri mengikuti acara piknik fakultas tempat saya belajar. Ini juga mendatangkan keriangan. Bersama beberapa mahasiswa Asing, seperti Arab, Iran dan Thailand, kami mengunjungi Taman Rimba di Batu Maung. Malah, di sana kami sempat bermain pesan berantai yang mendatangkan kelucuan karena pesertanya harus mengingat pesan dalam bahasa Melayu. Lalu, satu setelahnya, saya menjadi pembawa acara untuk pembukaan lokakarya penulisan tesis dan disertasi untuk mahasiswa master dan PhD Ilmu Humaniora, sebuah tugas dadakan karena tidak direncanakan sebelumnya.
Tentu, undangan teman karib Melayu semalam memberi kesan karena mengajak kami jalan-jalan Pulau Pinang. Sayangnya, ketika kami mengunjungi Pasar Chorasta, isteri tidak menemukan lesung untuk menumbuk bumbu. Lalu, kami dengan Encik Supian menuju Batu Ferringhi dan mampir di Restoran The Ship. Di sana, kami memesan steak daging yang disajikan setengah matang. Sebuah acara makan di atas replika kapal ini merupakan pengalaman pertama. Ada rasa aneh mampir di lidah, tetapi saya tetap menikmatinya sebagai tak hanya daging, tapi juga jagung, kentang, sayur, dan jus semangka.
Katanya, makan itu adalah perangsang rasa bahagia, meskipun ia tidak bersifat abadi karena berhenti setelah acara usai. Justeru, kehendak memberikan makna pada peristiwa di atas akan menyempurnakan kebahagiaan, karena pleasure dan meaning adalah dua unsur penting dalam terwujudnya kebahagiaan. Mungkin, shalat Maghrib di masjid tepi pantai adalah kesyukuran karena kami ingin memberikan makna yang dalam pada kenikmatan yang baru dicecap.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Majemuk
Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Setelah pelanta...
-
Saya membawa buku Philosophy for Dummies untuk coba mengenalkan anak pada filsafat. Biyya tampak bersemangat tatkala pertama kali mendapatka...
No comments:
Post a Comment