Friday, September 12, 2008

Agama yang Menentramkan

Membaca kutipan pertama tulisan Leonard Weinberg dan Amy Pendahzur dalam Religious Fundamentalism and Political Extremism (Lodnon: Frank Cass, 2004) yang berbunyi: Men never do evil so completely and cheerfully as when they do it from religious conviction -Pascal, membuat saya terperanjat. Sebuah pembukaan yang menghentak dari sebuah karya yang mengurai beberapa tema utama, seperti fundamentalisme agama, radikalisme, agama dan politik, aspek-aspek kekerasan agama dan aspek terorisme agama.


Banyak kelompok agama mempunyai visi politik dalam pengertian mimpi mesianik dan apokaliptik tentang negara/dunia. Banyak orang beriman memegang teguh mimpi ini, dan khayalan kegemilangan dan dominasi masa depan berperan sebagai kompensasi dari ketertekanan masa kini. Untuk mewujudkan mimpi ini, mereka membuat rencana aksi politik. ideologi keagamaan menjadi penting di dalam politik ketika ia ditransformasikan dari sebuah sistem kepercayaan agama ke dalam ideologi politik menjadi sebuah gerakan politik dan ketika gerakan ini memeroleh kekuatan atau dukungan massa (hlm. 41).


Nah, sifat massal dari gerakan ini kadang tidak dapat dikendalikan sehingga berisiko lahirnya kekerasan. Betapapun elit mereka berjuang secara konstitusional, namun pengesahan agama sebagai kendaraan politik rentan disalahgunakan dan sifat eksklusif agama turut menyemai kebencian, baik verbal ataupun tidak. Oleh karena itu, agama yang menyenjukkan, menurut saya, harus mempertimbangkan keterlibatan mereka dalam kegiatan praktis politik, atau pun jika mereka mempunyai keyakinan demikian, ideologinya harus terbuka dan tidak menjual propaganda.

No comments:

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...