Kemarin, kami dan keluarga Pak Stenly ngabuburit ke pasar Ramadhan dekat kampus. Jam 6 sore, kami berangkat dari rumah dengan mobil. Karena jalan kecil tempat pasar itu berada penuh sesak, kami memarkir kendaraan di jalan besar, dekat perhentian bis. Kehadiran Amel, puteri Pak Stenly, membuat kebersamaan ini hidup karena celotehannya kadang lucu.
Berjalan di sepanjang jalan yang kanan kirinya dipenuhi warung makanan membuat sore itu meriah. Belum lagi jalanan sesak karena begitu banyak orang yang ingin membeli makanan atau minuman. Asap arang dan bau ikan dan ayam dipanggang menerbitkan selera. Ketika Pak Stenly membeli air es tebu, penjual kue sempat menyapa isterinya, dari Jawa ya? Serta merta Mbak Troy menukas ya, Jawa Barat. Tiba-tiba di antara kami terasa dekat dan ngobrol meski tak lama.
Saya membeli ikan bakar dan ayam bakar untuk buka puasa. Tidak lupa, saya membeli es cendol untuk melengkapi iftar. Isteri saya membeli buah semangka untuk menghilangkan jeleh. Kami pun beranjak dari pasar itu, meski sempat terhenti di ujung jalan karena berjumpa dengan teman-teman mahasiswa yang juga ingin membeli makanan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Majemuk
Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Setelah pelanta...
-
Saya membawa buku Philosophy for Dummies untuk coba mengenalkan anak pada filsafat. Biyya tampak bersemangat tatkala pertama kali mendapatka...
No comments:
Post a Comment