Friday, September 05, 2008

Hujan itu bukan Halangan

Pagi yang cerah membuat langkah kaki terasa ringan. Matahagi pagi menyemburatkan sinar di dedaunan yang hijau segar setelah diterpa hujan semalam. Inilah suasana yang membuat saya merasakan surga hadir di bumi. Namun, ini tidak lama. Setelah saya melangkahkan kaki ke perpustakaan, hujan turun agak deras. Muram dan basah. Tapi, ini adalah keriangan yang lain karena saya akan merasakan bau tanah yang khas karena basah.

Setelah meminjam empat buku untuk bahan bacaan akhir minggu, saya keluar dan duduk sejenak menanti hujan reda di bangku panjang depan perpustakaan. Namun, saya urung untuk berlama-lama menanti hujan reda dengan membaca, karena hari ini saya harus mengantarkan surat pelantikan sebagai asisten peneliti ke RCMO rektorat kampus. Dengan berlari kecil, saya menembus hujan. Sesampai di ruangan komputer, saya mengambil payung untuk pergi ke rektorat. Meskipun tidak besar, penahan hujan ini mampu menghalangi tetesan itu membasahi kepala.

Untuk keempat kalinya, saya menemui pegawai bagian penelitian kampus. Herannya, saya masih bingung dengan jalan masuk ke rektorat. Ya, kecerdasan ruang saya memang jeblok. Atau, desain ruangan rektorat yang tidak ramah pada bentuk sehingga membuat saya selalu tak nyaman menelusuri lorong. Di lantai 6, saya menemui Pn Safa untuk menyerahkan surat dan ada item yang belum diisi. Untung, beliau degnan ramah memberitahu kekurangan ini. Saya pun segera melengkapi agar tidak menjadi masalah di kemudian hari.

No comments:

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...