Pencarian bahan untuk penulisan biografi berlanjut hari ini. Saya mengikuti saran pihak Ikatan Alumni USM untuk menghubungi perhubungan Alumni di lantai 5 rektorat (canselori). Di sana, saya mendapatkan majalah alumni, The Leader, edisi March, June dan September 2008. Lalu, saya menuju ke penerbit untuk mendapatkan surat pengantar mendapatkan transkripsi sejaraha lisan yang memuat ceraman bekas orang nomor satu kampus.
Namun, staf di penerbitan memberitahu bahwa orang yang bertanggung jawab untuk urusan ini sedang cuti. Namun, saya telah menggenggam nama yang  bersangkutan dan hari Senin akan menemuinya untuk mendapatkan surat. Ternyata, pengalaman pencarian ini telah makin mengenalkan saya pada liku-liku kehidupan kampus, yang tidak melulu berkait dengan buku, tetapi juga hal ihwal hubungan manusia dan beragam tindak tanduknya.
Lebih penting lagi, saya tentu lebih memasuki ceruk yang menyimpan kabar masa lalu. Usaha untuk mengungkapkan perjalanan kampus menjadi sebesar sekarang, hakikatnya sebuah ikhtiar untuk lebih melahirkan manusia yang cemerlang di masa depan. Mungkin benar apa kata Paulo Freire: The Future isn't something hidden in a corner. The future is something we build in the present (diambil dari Mohammed Imran, ed. Islam, Religion and Progress: Critical Perspectives (Singapore: The Reading Group, 2006), hlm. 9.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Ruang Baca
Saya meletakkan pesan Pak Musa Asy'arie di loteng, tempat kami menyimpan buku. Berjuang dari Pinggir adalah salah satu karya beliau yan...
- 
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
 - 
Ke negeri Temasek, kami menikmati nasi padang. Kala itu, tidak ada poster produk Minang asli. Pertama saya mengudap menu negeri Pagaruyung ...
 - 
Ahmad Sahidah lahir di Sumenep pada 5 April 1973. Ia tumbuh besar di kampung yang masih belum ada aliran listrik dan suka bermain di bawah t...
 
No comments:
Post a Comment