Tuesday, April 07, 2009
Belajar Politik dari Negara Tetangga
Tulisan ini (Kontan, 6 April 2009) mencoba untuk menengok bagaimana andaian sistem dua partai di Malaysia berhasil menempatkan pemerintah dan oposisi memperjuangkan ideologi dan programnya di tengah khalayak. Di Indonesia, gagasan seperti muncul tenggelam dan lalu hilang. Yang acapkali terdengar, mereka akan membentuk koalisi setelah pemilihan legislatif. Hiruk-pikuk elit partai bertandang hanya menimbulkan kelucuan.
Adalah tidak aneh, jika masing-masing partai mengklaim keberhasilan pembangunan, seperti swasembada beras. Andaikan mereka bergabung sejak awal dan berusaha untuk merumuskan kesefahaman (bahasa Malaysia untuk understanding), maka kerjasama itu mungkin bisa dirintis jauh-jauh hari sebelumnya, sehingga ada kejelasan peran.
Jika keadaan seperti terus berlangsung, kita sebenarnya sedang menunggu pemerintahan yang gamang menjalankan amanahnya karena sang tuan lebih banyak menghabiskan waktu membagi kue untuk memperoleh mufakat dan oposisi kadang tak tahu harus berbuat apa karena ia kadang bersekongkol dengan partai pendukung pemerintah berkuasa. Teriakan keras sebagai protes kadang tak lebih dari dagelan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Majemuk
Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Setelah pelanta...
-
Saya membawa buku Philosophy for Dummies untuk coba mengenalkan anak pada filsafat. Biyya tampak bersemangat tatkala pertama kali mendapatka...
No comments:
Post a Comment