Tak hanya itu, di meja tempat kami duduk melingkar tersedia jenis makanan kampung dan sebungkus nasi lemak yang dibungkus daun. Pada masa yang sama, gambar-gambar lukisan Ian juga dipamerkan di tembok ruang diskusi sehingga suasana mencerminkan keadaan kampung, rumah sederhana, hutan belukar, binatang berkeliaran dan keakraban anggota masyarakat. Karya ini seakan-akan mengolok-olok 'kekotaan' yang ternyata menyuguhkan kemewahan namun berjarak, hutan 'beton', burung tak lagi nyaman, dan warganya yang acuh tak acuh.
Sekali waktu, saya juga menghadiri pameran lukisan abstrak yang menyebabkan saya kelu, tak mampu memberikan apresiasi. Ia hadir seperti kerumunan yang riuh, tak tahu apa yang diinginkan. Kadang ada diterakan judul yang menjelaskan gambar, namun saya tetap dalam kebingungan. Lalu, untuk tak berlama-lama dalam kerisauan, saya menghadirkan rasa pada rupa. Aha, di situ ada harmoni yang tak terungkap melalui sebaris kalimat, bahkan meski diterangkan dalam sekujur buku. Ayo, hadirkan rasa, agar logika tak menderas hingga lemas.
No comments:
Post a Comment