Merasakan lagu Sunan Bonang di Pulau Pinang, saya membayangkan Sang Wali hidup kembali, membelai ubun-ubun. Lagu ini dibawakan oleh adik-adik dari grup nasyid Jakarta. Dalam rangkaian acara di atas, ada persembahan lain, seperti tarian zapin, barzanji dan dangdut. Wow, semua berada dalam satu panggung. Mereka menanti giliran untuk tampil. Seperti hidup ini, kita hanya menunggu giliran, apa pun. Kalau tidak dapat di sini, paling tidak kita masih bisa berharap di tempat lain.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Buku Teks
Barusan kami mengambil buku pelajaran Zumi. Ia dan kawan-kawan membelinya dari sekolah. Tadi, kami bertemu dengan banyak orang tua yang jug...

-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Kata dalam judul sering didengar di tahun baru. Orang jiran menyebutnya azam. Anda bisa menyebutnya tekad. Buku ini menandai sebagian dari ...
-
Rindu itu adalah perasaan akan sesuatu yang tidak ada di depan mata kita. Demikian pula, buku itu adalah jejeran huruf-huruf yang menerakan ...
No comments:
Post a Comment