Sementara, PPI USM yang bertanding tanpa beban berhasil menempati posisi pertama dengan mengalahkan IPMI karena kesalahan pemain tim pekerja yang membuahkan tendangan penanti. Tentu, tim konsulat yang dimotori pemain veteran agak kewalahan bermain dalam waktu panjang sehingga banyak memungut bola di gawang sendiri. Namun, seperti yang diungkapkan oleh Pak Chilman Arisman, Konsul, dalam sambutan Makan Malam dengan para pemain, di Dewan Banquet, bahwa hal itu tak membuat risau karena sudah dijangkakan. Jauh dari sekadar bermain bola, keakraban pegawai pemerintah, mahasiswa dan pekerja adalah cermin ideal tentang hubungan warga yang setara. Di lapangan, kita mencari keunggulan atas dasar kecepatan, ketahanan dan kelihaian.
Mungkin ada pemenang, tetapi tim yang kalah tak perlu menundukkan kepala. Kemenangan sejati hakikatnya keberhasilan melawan diri sendiri. Lagipula, bukankah sebuah pertandingan mengandaikan yang menang dan kalah? Jadi, yang terakhir tak perlu gundah gulana karena ia sejatinya telah berperan dalam menyangga kehidupan. Lagi-lagi, hasil akhir dari permainan kadang tak sejalan dengan ramalan di atas kertas, tak jauh beda dengan hidup, kita tak bisa menjangka ke mana nasib ini mengalir. Tapi, yang jelas, tubuh kita harus sehat, dan itu dengan bermain bola. Lalu, apa hubungannya dengan menggelecek? Ada. Kata tersebut adalah padanan dari dribble. Untuk itu, kita tak perlu menggunakan kata Irfan Bachdim men-dribble bola, meskipun pemain blasteran itu fasih berbahasa Inggeris.
No comments:
Post a Comment