Berbeda dengan pasaraya, di sana kami bertemu langsung dengan penjual, bukan kasir yang hanya menghitung uang. Ada senyum merekah ketika kami membeli segenggam bawang merah, sebelum harga bumbu dapur ini sekarang merangkak naik. Tak hanya merogoh kantong lebih dalam, kualitasnya juga tak baik, ini karena pengekspor barang ini, India dan China, dilanda bencana alam, sehingga produksi berkurang. Malah, berita koran kemarin, santan kelapa juga naik karena pasokan dari Sumatera makin berkurang setelah Semenanjung itu dihantam Tsunami.
Tuhan, doa kami agar bencana itu tak selalu menyergap kami. Meski kebutuhan sehari-hari melambung tinggi, namun petani tak banyak meraup untung. Pedagang telah mengambil jerih payah mereka untuk mengaut keuntungan. Sebagaimana di Indonesia, harga cabai makin mahal, tapi petani juga tak menangguk untung. Alamak, kenapa pedagang itu merampas hasil keringat orang lain? Lalu, pemerintah ada di mana? Oh, mereka sedang sibuk mengaca diri, berdandan untuk pemilu yang akan datang.
No comments:
Post a Comment