Gambar di atas saya ambil kemarin, Sabtu 14 Juli 2012 di toko buku Borders, Mal Queensbay (Terbayang namanya diucapkan sebagai Tanjung para Ratu). Tempat ini selalu berada di kepala apabila kami mengunjungi pusat perbelanjaan di pinggir laut ini. Di sebelah rak filsafat, kita juga menemukan buku-buku sosiologi, politik, dan sejarah yang jarang menarik minat penunjung. Kebanyakan mereka lebih memilih buku populer, novel atau majalah. Lalu, sebagian dari mereka beranjak ke sudut toko, sebuah warung kopi terkenal, Starbucks, seraya mengasyiki media sosial atau menghitung untung-rugi usaha.
Mengapa filsafat tak memantik orang ramai untuk menekuri kandungannya? Boleh jadi tingkat kerumitan dari bahasa yang digunakan dalam mengungkap isi pikiran pengarang. Seseorang yang tak belajar filsafat, ia akan sering mengerutkan dahinya ketika menikmati buku Feyeraband di rak yang berjudul Against the Method. Namun, buku filsafat tak melulu berisi hal demikian. Ia bisa berupa karya John-Paul Flintoff berjudul How to Change the World. Meskipun kita tak bisa menyebutnya karya filsafat murni, penulisnya menunjukkan pada kita bahwa pemikiran Sokrates itu bekerja sebagaimana penjual (salesman) bekerja (hlm. 53). Di lain tempat, wartawan The Sunday Times ini juga mengulas banyak celotehan filsuf eksistensialis, yang kita kenal acapkali menabrak aturan, karena norma itu dianggap lahir setelah kehadiran manusia.
Betapapun, filsafat berusaha untuk mengungkap semua, ia sebenarnya sedang memilih dari sekian kerumitan yang hadir di dunia. Dulu, di zaman Yunani kuno, ia mungkin berperan sebagai induk pengetahuan, namun sekarang percabangan pengetahuan telah melahirkan kekhususan-kekhususan. Tak aneh, Lawrence Kohlberg menggunakan psikologi untuk berfilsafat, sebagaimana Flintoff menceritakan makna hidup seraya mengutip ide Victor F Frankel. Ini bermakna semua disiplin mempunyai peluang yang sama untuk menjelaskan mengapa kita masih bertahan hidup, bukan mengakhirinya di ujung belati. Filsafat itu sebagian dari sudut pandang untuk meraup pelajaran dari kehidupan.
No comments:
Post a Comment