Ini bangku kami dulu. Setiap mudik, saya menunjukkan pada Biyya dan Zumi sekolah dasar tempat kami belajar. Kami bahagia di sini karena guru-guru kami hebat belaka dan teman-teman yang menyenangkan.
Kami berjalan kaki ke sekolah. Sekali waktu, ada supir pick up berbaik hati berhenti dan mengangkut kami ke depan pasar. Sepanjang jalan kami berteriak kegirangan.
Pak Aqib, Bu War, Pak Buchari, Pak Buang, dan Pak Is adalah sebagian dari mereka yang membuka pikiran para murid. Kami hapal butir-butir Pancasila dan nama-nama menteri. Kini, hanya Zulhas yang saya hapal karena ia menggunakan Minyakita untuk kampanye sang anak.
No comments:
Post a Comment