Friday, July 01, 2022

Orientasi Santri Baru

Setelah mengambil foto ini, saya mengikuti acara dengan khidmat. Betapa "bhunga", bahasa Madura untuk gembira, melihat pelajar bersemangat memulai hari bergiat di pondok.
Lima pembawa cara menggunakan bahasa Indonesia, Mandarin, Jepang, Arab dan Inggris sebagai pelaziman agar santri baru untuk sementara tidak menggunakan bahasa ibu. Berlatih dgn bahasa tersebut adalah cara memahami dunia lebih luas.
Akhirnya, bahasa itu sekadar alat untuk meraih makna bersama. Bila saya terpejam menggali kedalaman lagu pujian Muhibbus Shalawat, maka kita bersama sedang merayakan nilai profetik yang otentik, yakni ketuhanan, kemanusiaan, dan kealaman.Untuk menuju yang universal (umum), kita berpijak pada yang partikular (khusus).

 

No comments:

Mainan

Mengapa anak perempuan bermain masak-masakan dan anak lelaki mobil-mobilan? Kata tanya mendorong mereka untuk berpikir. Pada gilirannya kita...