Semalam, kami menonton layar tancap di lapangan kampung. Darah Garuda, kata Biyya, adalah fiksi sejarah. Murid penyuka Billie Eilish tersebut merespons Zumi, bahwa kita harus berbincang daripada berperang! Maklum, si adik tampak bersemangat tatkala menggunakan tangan sebagai senjata untuk mendor dalam perjalanan pulang.
Zumi riang. Teman-tenannya juga gembira. Mereka bertepuk tangan tatkala Marius berhasil menerbangkan pesawat curian. Sekali lagi, saya merasa merdeka bila karut-marut asuransi AJB Bumiputera diselesaikan. Kecuali penguasa mengangkat bendera putih, saya ikhlaskan saja uang yang tidak seberapa itu!
Karena tidur terlamat, Zumi bangun terlambat. Sementara, si kakak sudah biasa bangun pagi karena ia bersembahyang subuh. Keduanya akhirnya akan belajar cara mengatur waktu sebagai kunci untuk menyesuaikan dengan kegiatan rutin dan suka rela.
No comments:
Post a Comment