Setiap perayaan Iduladha, kita akan melihat
pemandangan serupa, penyembelihan hewan yang dilakukan di banyak tempat,
seperti lapangan, halaman masjid, dan rumah jagal. Sebelumnya, banyak pedagang
mendirikan kandang dadakan dan sementara untuk menjual binatang, seperti sapi
dan kambing. Kaum dermawan, baik awam dan pejabat, akan menyerahkan kurban pada
masjid atau musala. Mungkinkah, kita memikirkan kembali kebajikan ini mengingat
daging dan darah itu tidak sampai pada Tuhan? Ketakwaan adalah kunci dari
kebaikan ini.
Bagaimanapun, angka-angka menunjukkan bahwa
650 ribu hewan akan disembelih di sekitar hari raya Kurban dari 2,5 juta ekor
yang disembelih setiap tahun. Ada 400 orang Singapura membeli ternak dari
Kulonprogo Yogyakarta. Ini adalah hanya sebagian informasi yang menunjukkan
betapa kurban bisa mendongkrak kegiatan ekonomi, yang memiliki efek pengganda (multiplier effect) pada sektor lain,
seperti transportasi dan konsumsi. Efek ini semakin melengkapi ekonomi mudik
yang sebelumnya terjadi dengan pengaruh yang jauh lebih besar.
Tetapi, sejauh ini kajian ekonomi kurban
yang dilakukan oleh Pusat Kajian Strategis (Puskas) Baznas hanya menunjukkan
besaran potensi mencapai Rp 31,6 triliun. Tentu, tahun 2023 semakin meningkat.
Dengan demikian, kesejahteraan umat bisa terdongkrak dengan perputaran uang dan
barang yang mengiringi pemberikan daging kurban pada orang yang memerlukan.
Pendek kata, Lebaran Haji ini adalah kesempatan untuk mengingatkan umat agar meningkatkan
ketakwaan dengan meneguhkan keimanan, menunaikan salat, dan berbagi rezeki
dengan orang miskin (Al-Baqarah: 2-4).
No comments:
Post a Comment