Wednesday, August 24, 2016

Mencocokkan Kosakata

Siang ini saya makan di kantin Zubaidah, dekat asrama Proton. Tak lama kemudian, ada tiga orang kawan yang datang untuk melakukan hal yang sama. Kami pun ngobrol ke sana kemari, termasuk soal sekolah anak. Ketika saya bilang uang permulaan, kawan saya menimpali uang pendahuluan (advanced).

Meskipun saya pernah menggunakan kata yang terakhir di atas, namun kadang istilah tersebut tidak muncul. Duit permulaan atau pendahuluan mengandaikan makna yang sama, namun kadang maknanya tak segera sampai pada orang yang mempunyai latar kebahasaan yang berbeda.

Lalu, percakapan beralih pada soal musik. Salah dari dari kawan bertanya band apa yang lagi naik daun di Indonesia. Saya jawab, "Republik". Ia pun bercerita tentang kesukaan kawannya terhadap nomor-nomor Ariel Peterpan. Saya pun menambahi bahwa saya menikmati lagu-lagu lama Semenanjung, seperti Search dan Iklim.  

Thursday, August 11, 2016

Sudut Pandang

Sudut pandang itu penting dan genting. Anda mungkin menafsirkan foto ini sebagai sebuah pameran bahwa pembacanya sedang menikmati buku sambil menyesap tetesan demi tetesan kopi di sebuah kedai ternama. Tentu, saya tak akan menyangkal pernah mereguk secawan minuman hitam ini di sini.

Tidak. Saya hanya memasang aksi di depan waralaba asal Amerika ini sambil memperlihatkan sebuah buku yang baru dibeli dan duduk di atas kotak kardus berisi tumpukan buku. Lagi-lagi, 40 buah buku adalah pesanan dari seorang kawan, yang menempuh jarak cukup jauh, Yogyakarta-Surabaya-Pulau Pinang.

Lagi pula, karya yang sedang didaras tentang imajinasi. Khayalan adalah menghadirkan objek untuk menghadirkan tanggapan yang tak terkait dengan benda yang sedang ditampilkan. Sempurna, bukan? Saya pun berlindung di balik ujaran Wittgenstein, semakin kuat kita ingin menyampaikan pesan di kepala, masih ada yang tertinggal di belakang batok. 

Wednesday, August 03, 2016

Opini Publik: MUI dan Kepentingan Umum

Setiap tulisan mempunyai kisah. Tulisan ini lahir dari perenungan di apartemen kawan baik saya, Zulheri Rani. Dengan baik hati, lulusan Universitas Sains Malaysia ini memberikan kunci rumahnya untuk ditempati ketika saya mengurus dokumen untuk mengajar di Universitas Utara Malaysia.

Isu kenaikan harga bensin selalu memantik pertikaian. Namun, tak jarang, keputusan politik lebih mengemuka, dibandingkan isu lain, seperti kelestarian alam, ekonomi berkelanjutan, dan bahan bakar alternatif. Tanpa ada keberanian untuk mengubah cara berpikir terhadap alam, bumi ini akan menanggung beban dari kecerobohan kita.

Setelah lima tahun berlalu, masihkan kita tak beranjak dari isu gaya hidup boros dan abai pada pencemaran pada cara pandang yang mengutamakan lingkungan? Melihat daya beli masyarakat yang makin naik, kepemilikan kendaraan bermotor makin bertambah. Dulu, di kampung saya, hanya beberapa orang yang memiliki sepeda motor. Praktis, mereka tidak lagi menggunakan angkutan umum ke kota Sumenep dan Prenduan. Jika setia pada tugas sebaga khalifah bumi, manusia akan menjaganya sepenuh hati. 

Tuesday, August 02, 2016

Utilitarianisme

Etika utilitarian memungkinkan pembenaran tindakan yang membawa manfaat pada sebanyak mungkin orang dan merugikan segelintir. Tak pelak, penggusuran sejumlah kepala keluarga oleh pemerintah DKI untuk membangun tanggul di bantaran sungai bisa diterima secara etis.

Ahok menegaskan bahwa ia lebih baik membunuh 2000 orang untuk menyelamatkan 10 juta warga ibu kota. Tentu, ini pernyataan yang paling terang benderang tetang tesis utiliaranisme. Namun, diksi yang dipilih oleh orang nomor satu Jakarta ini membuat bulu roma berdiri. Meskipun ia bisa ditafsikran sebagai kiasan, namun kekasaran ini akan menghilangkan pesan yang sebenarnya bisa dihadirkan dengan lema lain.

kalau kita rujuk pada The Handbook of Ethical Theory oleh David Copp, ed., (2006) bahwa an act consequentialist who took this view would recommend that we decide what to do by considering which of our actions would be the best consequences (hlm. 23). Jadi, pihak berkuasa sejatinya mempunyai banyak pilihan tindakan dan mereka harus memilih yang terbaik. Lalu, adakah pertimbangan etika konsekuensialis bisa dijadikan landasan lebih jauh bila pilihan kita antara Ahok dan Risma dalam pemilihan gubernur yang akan datang? 

Monday, August 01, 2016

Selena Gomez

Tulisan ini diilhamkan oleh berita utama Jawa Pos. Selena Gomez mengguncang publik Indonesia. Tetiba, saya ingat bahwa satu-satunya artis yang saya ikuti akun Twitternya adalah pelantun Love You Like A Love Song tersebut.  Oh ya, rentak lagu ini digemari oleh Biyya dulu.

Berkat celotehannya di Instagram yang menyatakan It is all about Humanity, Pray for Gaza, dara kelahiran Texas ini mendapatkan tanda suka dari pengikutnya hingga 500 ribuan. Inilah alasan mengapa saya mengikuti lini masa yang bersangkutan. Di tengah publik Amrik condong ke Israel, ada warganya yang bersuara lantang, ada tragedi di bumi Palestina. Tabik!

Menariknya, dua negara serumpun, Indonesia dan Malaysia, menanggapi secara berbeda kehadiran penyanyi yang pernah menjalin hubungan dengan Justin Bieber ini. Apa pun, ada sisi lain yang perlu dicermati terhadap budaya populer. Pesona SG itu dikatrol oleh kamera yang diarahkan pada tubuhnya, merujuk pada gagasan GW Adorno tentang selebritas. Tak hanya itu, industri massa juga mempunyai kepentingan untuk memoles mainannya agar bisa menangguk keuntungan berlimpah. Namun, sisi kemanusiaan perlu ditimbang. Biduanita ini berani menyuarakan pandangan dan mengajak sahabat dan keluarganya untuk menyumbang bagi sebuah lembaga yang sedang meneliti penyakit lupus. Dua koin mata uang yang menantang! 

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...