Saturday, April 30, 2022

Pulang Ke Akar

Andai kita pohon, akar itu adalah tempat kita lahir, membesar dan menerima pelajaran  awal tentang kehidupan. Lalu, sebuah kekuasaan memberikan aturan bahwa mereka harus memiliki selembar akte untuk memastikan identitasnya. 

Jadi, apa sebenarnya akar itu? Bagaimana dengan Biyya dan Zumi yang lahir di Pulau PInang dan Kedah? Apakah keduanya harus mudik ke Semenanjung? Apalagi ari-ari kedukanya ditanam di asrama Universitas Sains Malaysia dan perumahan Universitas Utara Malaysia. 

Betapa pun ada batas, sejatinya ia mudah retak, karena banyak "akar" yang menempel pada kehidupan kita. Kami menamainya dengan bahasa Arab dan belajar alif ba ta untuk memantapkan keyakinannya. Tetapi, keduanya bersekolah awal di lembaga yang inklusif. Betapa hal universal dan partikular saling bersahutan dalam menjawab pertanyaan siapakah keduanya? Namun, dengan turut merayakan mudik ke kampung halaman ayahnya, keduanya menyadari bahwa ada ikatan yang menyebabkan dua bersaudara ini menemukan makna tentang dirinya sebagai bagian dari kesepakatan. 

 

Wakaf Che Yeh

 

Saya sengaja menunggu para mahasiswa di warung dekat lapak yang berjualan CD musik. Mereka masih muda sehingga tak merasa lelah untuk mengitari lapak-lapak yang berjualan beranekabarang. 

Sambil menikmati Kuew Tiaw Kungfu, saya bisa menikmati nyanyian tanpa memilih. Alahai, Jaran Goyang melantun di sebuah pasar malam Kelantan, lalu lagu Latin menyusul. Duh, betapa dunia dilipat begitu saja tanpa beban. 

Di sini, batas-batas buatan manusia tak tegas. Tumpang-tindih. Setiap orang hanya perlu merawat keseronokannya. Terima kasih Facebook yang telah mengingatkan saya tentang pengalaman empat tahun yang lalu. 

Friday, April 29, 2022

Zumi dan Tirex

Ketika saya membaca Jawa Pos Zumi melihat berita film. Ia sangat teruja dengan Dinosaurus. Can I cut this picture, Yah? seraya menunjuk gambar Tirex? Ya, boleh 

Dengan menempelkan di pintunya, ia sebenarnya merayu kami untuk menonton film. Saya pun mengatakan bahwa nanti jika film ini diputar di gedung bioskop kita bisa menontonnya. 

Selain itu, ia hanya bisa menempel gambar di pintu kamarnya sebagai perjanjian bahwa setiap orang bisa melakukan sesuatu sesuai dengan kesepakatan. Ya, hidup ini tertanggungkan bila setiap orang berkompromi, bukan? Apa pun, di tengah keinginannya untuk menikmati hiburan, hal yang membuat saya senang tatkala blog ini ditulis, ia sedang bermain dengan teman-temannya di jalan depan rumah. Ternyata, tumpukan pasir di rumah sebelah menjadi tempat  Zumi, Akmal, dan Kiki untuk mengaduk-aduk sesuai dengan imajinasinya. 

Nasi Padang


Hari ini, kami tidak memasak. Kami meminta Biyya untuk memilih menu buka nanti. Penyuka Harry Potter ini mengajak saya ke Warung Padang. Ia sangat menyukai ayam goreng kremes, sambal hijau, dan kuah. Selain itu, ia dan adiknya membeli Cappucino cincau yang dijual di depan warung. 

Meskipun si bungsu tak sepenuhnya berpuasa sehari penuh, penggembar Tirex ini nanti akan berbuka bersama. Setidkanya, murid SD Namira ini menikmati bulan Ramadan sebagai waktu kebersamaan yang menyenangkan. 

Selain itu, Zumi juga memesan es jeruk, yang merupakan jenis minuman yang paling saya suka dari warung Padang di mana-mana. Untuk semetnara, kami tak mampir ke lapak kue, karena mengurangi asupan gorengan. Setidaknya, dengan membeli pisang, kami telah menggantinya untuk mendapakan serat bagi tubuh. Menanti waktu bedug magrib adalah mengajar kami semua untuk meahan diri dalam banyak hal dalam kehidpoan. 

Monday, April 25, 2022

Pasar Ramadan Paiton


Baru di hari ke-22, saya mengajak anak-anak ke bazar Ramadan di depan pasar Paiton. Biasanya, kami memesan kue, lauk, dan kebutuhan lain pada tetangga yang berjualan. 

Di sana, beberapa lapak menjajakan banyak pilihan menu lauk, kudapan, dan buah. Nabbiyya malah menunjukkan kocor atau di Semenanjung disebut cucur Jawa, kue lumpur, dan dadar gulung. Zumi. memilih kue lapis. Selain itu, kami mengambil bubur sumsum dan kacang merah. Semua terhitung Rp 19 ribu. 

Betapa senang menikmati sore menunggu waktu berbuka sambil melihat banyak orang turut melakukan hal serupa. Anak-anak akan menikmati puasa tidak hanya dengan belajar menahan diri, tetapi juga mengenal makanannya sendiri. 

Sunday, April 17, 2022

Ulang Tahun Biyya

Di waktu sahur, kami berdua mengucapkan selamat ulang tahun pada Biyya tanpa kue dan lilin. Dulu, kami pernah merayakannya dengan para mahasiswa di Bukit Kachi.

Hari ini, kami merayakannya dengan menu ayam geprek dan burger Sa'i yang dibeli melalui pesan antar (delivery order). Di meja makan, si ibu mengungapkan bahwa si sulung telah berumur 13 tahun dan memintanya untuk mawas dan bertanggungjawab. Siap Mi, tukas Biyya. 

Kami tidak menyediakan hadiah sebab nanti kami akan mampir ke toko Gramedia Surabaya agar kakak Zumi ini bisa memilih buku yang disukai. Bacaan ini bisa dijadikan teman tatkala pulang mudik di kampung halaman. 



 

Wednesday, April 13, 2022

Kisah Buku [3]

 

Buku terbitan April 2022 ini ditengok kembali untuk memahami kata dan pada judul. Kata penghubung ini mengingatkan lema yang sama pada karya Gadamer untuk memisahkan metode dan kebenaran.
Tetapi, pada praktiknya agama bisa dijalani sebagai amalan yang memerlukan simbol-simbol. Secara subyektif, kita memang menghadirkan Tuhan yang maha tidak terbatas pada lambang-lambang yang lokal dan parsial. Celaru, bukan?
Tidak. Dalam keterbatasannya kita ingin mengjangkau apa yang tak terkatakan, meskipun kata filsuf, apa yang bisa dipahami adalah sesuatu yang bisa diungkapkan dalam bahasa. Pendek kata, simbol yang menghadirkan pengalaman misterius sekalipun perlu diungkapkan dalam barisan kalimat.
Namun demikian, kata-kata itu perlu istirahat sebab mereka mewakili sesuatu, yang justru tidak bisa diringkus oleh huruf. Itulah mengapa pengalaman menjadi bahasan tersendiri dalam buku ini. Untuk itu, setiap orang akan kembali pada suasana sunyinya masing-masing setelah berpikir dan berzikir.
Bila ada orang yang suka bising soal hubungan agama dan pemikiran, mungkin yang bersangkutan baru belajar menata kata. Padahal, serumit apapun yang dipikirkan, baik religius maupuan sekler, ia akan hadir dalam lambang dan tindakan.
Duh, pesona kata dan bunyi ini memang nyata ada. Lagu Utha Likumahuwa melalui radio Suara Surabaya FM membawakan Sesaat Kau Hadir. Bukankah setiap orang akan menempelkan pengalamannya sendiri pada nyayian secara berbeda?

Sunday, April 10, 2022

Puasa Pertama Zumi

Alhamdulillah, kami bisa menunaikan puasa dengan khidmat. Tahun ini adalah puasa pertama bagi Zumi. Betapa menyenangkan melihat si bungsu bisa duduk semeja tatkala sahur dan berbuka bersama. 

Di hari pertama, Zumi mengeluh karena tidak tahan lapar dan dahaga menjelang magrib. Saya pun mengajaknya keliling kampung dengan sepeda motor dan menikmati pemandangan gunung Lamongan dari kejauhan. Di pinggir sawah, kami melihat seorang ayah dan anaknya yang sedang membakar mercun. 

Sememangnya, pengalaman puasa itu seeloknya menyenangkan di masa kecil. Semoga anak-anak ini juga melewati detik-detik untuk mengenal hakikat dari kewajiban, yaitu menahan diri. Dengan kemampuan menunda, setiap pemuasa tentu akan meraih makna yang sejati. . 

 

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...