Bawang putih adalah bumbu andalan saya dalam menggoreng tempe. Dengan menumbuknya hingga halus dan mencampur bumbu itu dengan air dan garam, saya bisa mencelupkan tempe yang telah dipotong tipis. Menurut Pramoedya Anantatoer, sastrawan terkemuka, bawang inilah yang membuatnya tetap kuat bekerja di pembuangan Pulau Buru. Selain itu, tambah penulis Bumi Manusia itu, bawang berkhasiat mengeringkan lukanya akibat kekerasan aparat. Tumpukan bawang di atas berasal dari negara China, yang dijual di sebuah pasaraya tak jauh dari rumah. Coba Anda perhatikan! Dari mana bawang yang Anda nikmati hari ini?
Thursday, May 31, 2012
Bawang Putih
Bawang putih adalah bumbu andalan saya dalam menggoreng tempe. Dengan menumbuknya hingga halus dan mencampur bumbu itu dengan air dan garam, saya bisa mencelupkan tempe yang telah dipotong tipis. Menurut Pramoedya Anantatoer, sastrawan terkemuka, bawang inilah yang membuatnya tetap kuat bekerja di pembuangan Pulau Buru. Selain itu, tambah penulis Bumi Manusia itu, bawang berkhasiat mengeringkan lukanya akibat kekerasan aparat. Tumpukan bawang di atas berasal dari negara China, yang dijual di sebuah pasaraya tak jauh dari rumah. Coba Anda perhatikan! Dari mana bawang yang Anda nikmati hari ini?
Tuesday, May 29, 2012
Hari Tanpa Tas Plastik
Pasaraya ini memulai hari tanpa tas plastik pada 11 Januari 2012. Namun, pemilik pasar hanya membatasi pada hari Sabtu dan Senin. Tentu, ini adalah langkah awal untuk membiasakan pembeli tidak tergantung pada plastik. Lambat-laun, nanti pihak pengelola tidak lagi memberikan plastik sama sekali sehingga masyarakat bisa mengurangi sampah plastik di masa yang akan datang.
Monday, May 28, 2012
Belajar Memilah
Biasanya tempat sampah tampak kotor. Namun, tong sampah di atas tampak bersih, artistik dan cerita. Selain itu, ia hadir dengan tiga lubang yang berbeda, yaitu kertas, plastik dan alumunium. Ini berarti kita harus mengubah pandangan tentang sampah. Mungkin, kita memerlukan mata pelajaran khusus yang mengurai tentang sampah, lalu diikuti kegiatan praktis, sehingga kita tak lagi melahirkan warga yang abai terhadap masalah ini.
Thursday, May 10, 2012
Kesempurnaan Cicero
Di sini, pengunjung perpustakaan disambut dengan tulisan besar di dinding. Kalau kita merasa nyaman, kata Cicero, kita telah mendapatkan satu di antara dua kesempurnaan dalam hidup. Apabila Anda merasa lelah, Anda hanya perlu melangkah kaki ke luar dari perpustakaan untuk menikmati taman di sekitar kampus. Dengan menikmati keduanya, kita telah merengkuh kesempurnaan secara utuh.
Saturday, May 05, 2012
Menemukan Identitas Melayu di Leiden
Pengalaman
yang mungkin paling berkesan terkait penelitian yang pernah saya lakukan adalah
ketika saya menerima manuskrip dari Perpustakaan Universitas Leiden. Sebagai
asisten peneliti Prof Zailan Moris, saya harus bekerja untuk mengumpulkan
bahan-bahan terkait manuskrip Bahr al-Lahut, yang ditulis oleh Abdullah
Arief. Sayangnya, kami hanya mendapatkan satu versi yang dikoleksi oleh
Perpustakaan Negara Malaysia dengan nomor panggilan MMS 1314 (U).
Di tengah
kegundahan, saya pun mencoba menghubungi Martin van Bruinessen, sarjana Kajian
Islam, untuk mendapatkan salinan naskah Bahr al-Lahut. Tak perlu
waktu lama, saya pun mendapatkan jawaban berupa rekomendasi pada pustakawan
Silvia Compaan-Vermetten, yang menangani koleksi khusus. Dengan bayaran 72.40
Euro, saya
mendapatkan manuskrip dengan pelbagai versi, yaitu Bencoolen. f. 33r-37v. 18th
c.?, Snouck
Hurgronje from the former. f. 21v-24r, Bodjonegoro (Java). p. 17-28., interlinear translation in
Javanese. f. 1v-9r., versi
serupa f.
3v-15r, 1912.
Kehadiran pelbagai versi naskah di atas
betul-betul memantik semangat kami untuk menerokai lebih jauh kandungan
manuskrip yang merupakan penanda penting bagi kesarjanaan awal Islam terkait wacana
keagamaan. Betapa pandangan kami terhadap naskah berubah dan bertambah luas. Dengan
hanya merujuk pada satu versi, tentu kami tidak akan menguak lebih jauh kandungan
teks ini. Kehadiran tujuh versi teks yang disimpan oleh Universitas Leiden
tentu membuka pandangan baru terhadap masa lalu kita.
Dari naskah Bahr al-Lahut di atas yang saya
teliti menunjukkan bahwa corak Islam pertama yang dibawa ke Nusantara
dipengaruhi oleh ajaran Syi’ah. Lebih dari itu, penulisnya, Abdullah ‘Arif, telah mengakrabi pemikiran filsafat Yunani.
Tentu hal ini bisa dipahami karena menurut sejarawan tersohor Philip K Hitti,
sejak masa pra-Islam, Islam dan pasca Islam saling berbagi tradisi budaya
dengan Barat dan Yunani-Romawi. Lalu, masihkah kita menghabiskan banyak waktu
dan energi mencari ajaran murni yang steril dari pengaruh yang lain?
Mungkin, pernyataan awal yang memantik rasa ingin tahu
pembaca adalah penegasan Abdullah Arif, bahwa dengan membaca karya di atas
seseorang akan mengecapi kebahagiaan. Pendakwah ini hanya memberikan tiga
kewajiban yang harus ditunaikan, yakni shalat, puasa dan tafakkur yang
akan membuat seseorang bahagia dan amalan yang terakhir ini lebih baik dari
seribu tahun ibadah. Tepekur tentu saja mengandaikan penguasaan pengetahuan.
Walaubagaimanapun, ibadah yang mendatangkan kebahagiaan
itu harus didasarkan pada akidah yang kokoh. Kedua, sembahyang harus dilakukan secara
khusyu’ dan berpuasa baik wajib dan sunnah. Ketiga, seorang Muslim harus
memiliki pengetahuan, karena sebagaimana dinyatakan dalam Hadith yang dikutip
oleh pengarang bahawa barang siapa yang bertafakkur satu saat lebih baik
daripada beribadah selama seribu tahun.
Pendek kata, akidah yang kukuh, ibadah dan kecintaan pada ilmu adalah kunci
agar manusia berbahagia. Di dalam kitab ini, tidak ada sama sekali kenyataan
bahawa harta atau kedudukan boleh membuat orang ramai berbahagia.
Akhirnya, di
luar kepentingan kajian manuskrip yang diuraikan secara singkat di atas, kita
harus memberikan penghargaan kepada perpustakaan Universitas Leiden yang
merawat khazanah manuskrip yang tak ternilai harganya. Apatah lagi, saya hanya
menjumpai satu versi di Perpustakaan Nasional di Jakarta. Sayangnya, naskah
yang memuat Bahr al-Lahut tampak tidak terawat di negerinya sendiri karena
pengunjung bisa meminjam langsung akses ini dan yang paling mengenaskan saya
menemukan begitu banyak coretan oleh tangan-tangan jahat.
Thursday, May 03, 2012
Subuh
Di sela mengikuti kegiatan di luar kampus, program pemantapan kurikulum, saya menyempatkan diri bersembahyang di Masjid Politeknik Syed Sirajuddin, Arau Perlis. Masjid ini terletak di pinggir danau dan lapangan sepak bola, tak jauh dari tempat penginapan. Saya menyusuri jalan yang ditutupi bumbung memanjang dari satu tempat ke tempat lain. Warna kaca jendela yang kekuningan dan kebiruaan menyerlahkan tempat ibadah ini. Sepertinya, malam yang gelap menyergap bangunan ini.
Selama tiga hari, saya menunaikan Subuh di sini bersama para mahasiswa. Mereka tampak bersemangat mengikuti shalat berjamaah dengan aneka ragam pakaian, seperti jubah, kaos klub sepakbola, sarung atau celana olahraga. Selepas sembahyang, sang imam memimpin membaca zikir dan doa, sebuah kebiasaan yang ditabukan di Negeri Perlis. Demikian pula, doa qunut dipanjatkan, meskipun amalan ini juga tidak ditunaikan di negeri yang bertetangga dengan Kedah.
Tak hanya Subuh, ketika Maghrib tiba, saya juga bergegas dan kadang sempat membaca koleksi bacaan di rak dekat pintu masjid. Secara tak sengaja, saya sempat menikmati buletin yang diterbitkan oleh Majelis Ulama Perlis, yang berisi isu keagamaan termasuk soal-jawab terkait persoalan sehari-hari. Menariknya, salah satu edisi membahas musik, yang memasukkan lagu dangdut itu haram.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Majemuk
Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Setelah pelanta...
-
Saya membawa buku Philosophy for Dummies untuk coba mengenalkan anak pada filsafat. Biyya tampak bersemangat tatkala pertama kali mendapatka...