Sunday, June 30, 2013

Menikmati Malam

Barisan warung ini terletak tak jauh dari rumah penginapan Riche, Kota Malang. Saya bersama-sama teman-teman menikmati makan malam. Ada pesona tersendiri menyusuri jalan bermandikan lampu.

Kemakmuran itu kecukupan dalam kesederhanaan. Inilah salah satu tema yang sempat meluncur dalam percakapan. Kalaupun kita acapkali mengartikan kebahagiaan dengan pemenuhan kebutuhan, kita pun mafhum. Namun, Plato tidak melihatnya demikian. Kebahagiaan (eudaimonia) adalah pemenuhan nilai-nilai utama (virtue). Tak jauh berbeda dengan kitab suci dengan pengertian kehidupan yang baik (hayat al-thayyibah) sebagai pelaksanaan amal yang baik (a'mal al-shalihah).

Lalu, adakah kenikmatan itu kemewahan? Tidak. Yang terakhir ini adalah tanda kemunduran. 

Tuesday, June 25, 2013

Berjaga Demi Selecao

Saya menikmati pertandingan sepak bola antara Brasil dan Meksiko di warung ini. Keadaan Sunyi, tapi hati menari. Apa rasa ini berlebihan? Tidak.

Sebenarnya, pada malam sebelum laga dua tim ini, pemilik warung  Tomyam Wan Corner menegaskan bahwa pertemuan dua tim hebat akan disiarkan jam 3 pagi. Saya pun mengangguk senang. Sayangnya, saya tidak memastikan saluran yang menyiarkan laga ini, sehingga ketika saya membuka Astro 801, siaran langsung Jepang vs Italia membuyarkan impian.

Untungnya, kawan karib saya, Fauzi Hussien, mengirim sms pendek, Neymar bermain kasar. Serta merta, saya bertanya, saluran mana? jawabannya, 816, 834. Serta merta saya memburu dengan memenjet tombol, malangnya, saya tidak berlangganan. Untungnya, kedai ini menghidupkan televisi. Ada 4 orang mahasiswa asal Kelantan yang juga menikmati perlawanan untuk menentukan tempat pertama grup. Apa pun, tendangan bebas Neymar yang membobol jala gawang lawan begitu menakjubkan. 

Thursday, June 20, 2013

Dunia Anak

Anak ini seperti yang lain suka bermain, di mana pun dan kapan pun. Tentu, sebelum memberikan izin untuk bermain di pusat permainan, kami memintanya untuk memasuki toko buku. Lalu, dia pun bergegas dan duduk dengan riang: membelek buku-buku bergambar.

Dunianya memang demikian. Malah, ketika mandi, dia pun meminta ember besar untuk berendam dan menghabiskna banyak sabun cair untuk menciptakan busa yang menghasilkan gelembung beterbangan. Kami membiarkan agar ia mengasyiki dunianya, meskipun kadang gundah karena sabun cair itu cepat habis.

Teman-temannya juga begitu. Ketika mereka bertemu, banyak benda yang bisa dijadikan alat permainan, meskipun para orang tua tak habis pikir bagaimana mereka membayangkan dunia. Dalam suatu waktu, anak ini menyusun kursi secara berbaris layaknya kereta api, lalu meminta ibu bapaknya untuk menaiki dan  mengeluarkan suara mesin. Alahai!  

Tuesday, June 18, 2013

Merenung di Kedai Cukur

Karena di ujung Minggu, saya telah meramalkan bahwa kedai cukur tak jauh dari rumah ini akan menangguk untung karena banyak pelanggaran yang ingin memangkas rambut. Aha! Ternyata banyak anak-anak dan para remaja yang telah menunggu di dalam atau pun di luar kedai. Di sela menunggu, saya membaca buku The Art of Thinking Clearly dan koran Sinar Harian.

Di waktu itu, saya juga melihat dua anak kembar yang memakai jersi klub sepak bola Menchester City. Betapa kecilnya dunia ini. Sebuah perkumpulan olahraga mendapatkan dukungan dari dua anak yang tinggal jauh dari negeri asalnya, Inggeris. Menariknya, klub ini dimiliki oleh jutawan Arab, Sheikh al-Maktoum. Batas-batas luruh. Sekat-sekat tak lagi memikat.

Karena batas kadang tumpang-tindih, kita juga sering menemukan identitas kita yang bertindan-tindih. Apabila dukungan kita pada sebuah sepak bola disimak, adakah ia mencerminkan batin kita? Misalnya, apakah sokongan saya pada Selecao menunjukkan sisi dukungan emosional karena Brasil adalah negara miskin yang berjuang untuk keluar kemelut sebagaimana negara saya? Ini salah satu variabel yang masih menyimpan variabel-variabel lain. Apa pun, saya menikmati bangun pada dini hari untuk menikmati permainan Tim Samba di Piala Konfederasi. Terus terang, kerjasama Oscar dan Jo dalam membobol jala gawang Jepang begitu apik dan cantik. Anda bagaimana?

Sunday, June 16, 2013

Danau Yang Memukau

Beberapa Minggu sebelumnya, sekumpulan pemuda menggelar pesta buku dan puisi (Peristiwa ini diabadikan dalam surat kabar Sinar Harian, 14/6/13). Kemarin, sekelompok pemuda lain menggelar musik. Danau D'Aman sememangnya tempat yang memukau.

Di sela berlari, saya sempat menikmati lagu M Nasir diperdengarkan. Setiap pemain tampak menikmati alat yang dimainkan. Penyanyi pun membawakan lagu dengan rentak-menghentak. Ada kegembiraan yang membuncah dari rona wajah mereka. Aha! seorang bayi turut menikmati keindahan ini.

Sebelumnya, kami sempat menikmati beberapa lagu. Si kecil pun menari dengan tanpa beban. Malah, ia sempat keliru menarik tangan pengunjung yang disangka sebagai bundanya. Kami pun tertawa lepas. Hakikatnya, hidup itu hanya menjalani hidup dengan riang agar tak redup. Di danau inilah, saya menyusuri lorong untuk berlari. Ibu Nabbiyya juga. Kami memeras keringat agar badan tidak penat. Tubuh itu didisiplinkan agar jiwa ini tidak terlena dalam badan yang lemah. Jiwa ini pun terbuka bagi segala kenikmatan. Musik itu hanya alat, bukan tujuan. Ia tak lebih dari bunyi. Namun dengan berirama, nada itu tidak sumbang. 

Tuesday, June 11, 2013

Bagaimana Berpikir Dengan Jernih

Di kantin, saya mencoba menyusuri buku ini. Adakah dunia pemikiran bisa ditemukan dalam dua buku ini? Kalau kita melihat penulisan kata Thinking yang terbalik dan Berfikir yang ditulis dengan 'betul', mungkin pembacaan terhadap buku ini bisa dimulai dari keanehan dan ketaatasasan ini.

Setiap orang akan berpikir dengan pelbagai cara. Tak jarang, sudut pandang kadang mempengaruhi penglihatan terhadap benda dan sesuatu. Belum lagi, mengapa saya menggarisbawahi kalimat tertentu dengan pensil dan mewarnai barisan kata dengan penerang (highlighter) di tempat yang berbeda? Adakah ini juga menentukan tingkat pentingnya satu kalimat dan ide yang lain tak begitu hebat? Bukankah sebuah wacana itu mengandaikan seluruh rangkaian kalimat?

Di luar pembacaan ini, saya hakikatnya sedang menikmati lagu-lagu yang sedang diputar di Radio Era FM. Aha, lagu Slam Tak Mungkin Berpaling menyeruak di sela-sela melamun. Dengan membaca, saya merasa bahwa pemahaman itu bisa diperoleh dalam keadaan santai, tak tegang. Mungkin, sistem pengajaran kelas yang membosankan itu perlu diganti dengan perbincangan guru dan murid di kantin sambil menikmati secawan kopi atau teh. Setuju? 

Monday, June 03, 2013

Belajar Di Manapun Anak Berada

Saya tak sempat bertanya nama belia yang dengan sabar mengajari Nabbiyya penghitungan (pengiraan).  Sebelumnya, saya dihentikan oleh pramuniaga. Dengan ramah ia pun bertanya, berapa usia dan apa susu yang diminum oleh si kecil? MamilGold, tukas saya dengan suara yang ringan.

Dengan riang, ia pun menunjukkan kandungan (ingredients) Enfagrow A+ dan kelebihannya. Ibu Nabbiyya pun mendekati kami dan menyimak taklimat. Saya pun menjauh, menyusuri anjung obral tas dan sepatu bermerek. Alamak! Bagaimana barang berjenama bisa murah?

Di sini, Nabbiyya tak hanya belajar menambah angka, yang dilambangkan dengan pelbagai ikon dan gambar buah-buahan, malah anak berusia 4 tahun ini juga mendapatkan buku 'pelekat' (sticker) secara percuma, sehingga ia bisa menempel huruf dan angka dengan riang. Belajar melalui permainan mungkin lebih cocok untuk seusianya, sebagaimana teman-temannya yang lain di Sekolah Smart Kid Reader tak jauh dari rumah. Dengan memercayai orang lain untuk mengajari anak kita, hakikatnya kita berbagi bersama dalam menanamkan pengetahuan dan kesusilaan pada generasi baru. Semoga!

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...