Thursday, May 24, 2018

Puasa Kachi [5]

Kegiatan berbuka bersama ini digelar dari awal puasa hingga menjelang hari raya. Hari ini, asrama SME Bank terlibat untuk turut melaksanakannya. Ketua panitia, Muiz, berusaha memastikan agar mahasiswa berperan serta. Menjelang azan, Aziz memimpin tahlil dan selawat. Kami pun khusyu melafalkan kalimat suci agar hati bening dan pikiran jernih.

Beberapa detik sebelum memasuki jam 7.31, kami membaca doa berbuka. Segelas minuman rasa anggur dan kudapan atu juadah cukup mengganjal perut. Setelah itu, para mahasiswa beranjak ke masjid untuk menunaikan salat berjamaah yang dipimpin oleh ustaz Abdullah Marecan. Setelah berzikir , kami pun kembali ke halaman masjid, tempat kami makan dengan menggunakan talam. Aha! Tiba-tiba, saya ingat kebiasaan makan di pondok Latee Annuqayah.

Sejatinya, kebersamaan ini adalah inti dari pesan jamaah. Saya, Qusay asal Jordan, Ameer dari Klang Selangor, menikmati nasi minyak dengan lahap seraya bergantian bercakap. Inilah kegembiraan puasa, selain nanti kami akan bertemu (liqa) dengan Tuhan. Amin. Di sela mengunyah, saya dan Qusay berbincang tentang peran Raja Yordania dalam politik Timur Tengah. Dengan beribu Inggeris, sang raja fasih berbahasa Inggeris dalam menyampaikan pesan damai Islam.

Lihat, meskipun ada minuman dan kudapan di hadapan, kami tak menyantapnya segera sebab puasa mengajar untuk menahan diri. Jadi, kalau bisa bersabar, pemuasa bisa tak memuaskan gelegak begitu saja dalam kehidupan sehari-hari. Tak semua pemenuhan hasrat itu sehat. 

Tuesday, May 22, 2018

Puasa Kachi [4]

Kemarin kami membeli kurma Safia, yang bertangkai. Sebelumnya, kami sempat mau menikmati kurma madu kembali, namun tak menjadi. Karena dulu pernah merasakannya, kami akhirnya memilih yang pertama.

Bukan sekadar membeli, kami juga menimbang toko ini, yang penjualnya ramah. Malah, Biyya mendapatkan buku Iqra' dari kedai di belakang pasaraya C-Mart. Ini pertama kali, kami mengunjungi pasar Ramadhan di Changlun. Seperti biasa, jalanan sesak dan keadaan hiruk pikuk.

Menghadirkan suasana puasa bisa dilakukan dengan pelbagai cara, seperti mengudap kurma ketika berbuka. Pak Hamid, teman dosen asal Pamekasan, bercerita bahwa jenis kurma ini bermacam-macam, dari rasa  hingga harga. Ya, dulu saya pernah membelinya 1 kg dengan harga murah dan rasanya pun tak renyah. Tapi, ada rasa lain yang diraih, sunnah, yaitu memindahkan pengalaman nabi dalam kehidupan sehari-hari. 

Puasa Kachi [3]

Orang filmpun berjamaah subuh. Mahasiswa ini mungkin mengambil jurusan seni kreatif, yang menekuni dunia perfileman. Seusai salat, kami berzikir dan berdoa. Andai melakukannya hingga terbit matahari, kami akan mendapatkan pahala haji dan umrah. Betapa mulianya ibadah ini!

Dengan menunaikan sembahyang di masjid bukan saja keutamaan yang diganjar 25 atau 27 derajat, tetapi juga memberikan hak tubuh untuk bergerak. Setelah sahur, saya tak jarang diserang kantuk. Dengan berjalan pagi, saya bisa menghilangkan rasa ini dan berolahraga sekaligus. Ini semacam kiat agar kita tak menjadi pesakitan sebelum penderitaan betul-betul datang, berbaring atau duduk, tidak aktif.

Namun, mata kadang terasa berat. Tak jarang, di sela berzikir, saya terlelap. Apapun, niat untuk melakukan kebaikan telah ditanamkan. Sesudah doa usai, saya pun terjaga dan bersalaman dengan mahasiswa. Di sini, kelebihan berjamaah, kita merawat hubungan dengan orang yang tidak dikenal. Dalam salah satu pertanyaan Oxford Happiness Questionaire, sikap kita terhadap orang asing atau lain menentukan tingkat kebahagiaan manusia. 


Saturday, May 19, 2018

Kisah Buku [4]

Ini adalah ruang musik Perpustakaan Hamzah Sendut Universitas Sains Malaysia. Saya selalu menyempatkan hadir di sini setelah berburu rujukan. Ada banyak koleksi lagu dari seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Tak hanya itu, banyak buku terbitan Yogyakarta yang saya temui dan minati karena terkait dengan isu kajian kebudayaan, seperti Masyarakat Konsumsi oleh Jean Baudrillard. Dengan menyebut kode CD, penjaga ruangan akan memutarkan instrumentalia Degung, musik Jawa Barat. Menikmati bacaan kritis tentang kebutuhan manusia seraya mendengar gendang dan seruling adalah keseronokan yang tiada tara.

Jadi, dalam menyelesaikan tugas penulisan disertasi, saya memanjakan diri dengan meneroka disiplin lain yang membantu melihat kenyataan dalam banyak sudut. Malah, di sela menulis bab demi bab, saya juga menghasilkan tulisan pendek, opini surat kabar, untuk merespons isu terkini terkait politik, agama, dan bahasa di media nasional, seperti Jawa Pos, Republika, KOMPAS, Suara Merdeka, dan majalah Tempo. Pendek kata, bacaan seeloknya menjelma tulisan sebagai cara untuk memahami. Kalaupun tak berbuah opini, cetusan bisa hadir di dinding media sosial. Sial!

Friday, May 18, 2018

Puasa Kachi [2]

Kemarin, saya mengikuti acara berbuka bersama dengan Persatuan Pengurusan Pendidikan (Pendidik) dan Inasis (Inapan Siswa) Yayasan al-Bukhari. Mereka menggelar kegiatan ini di surau laluan C, yang terletak antara asrama Bank Muamalat dan YAB. Mahasiswi mengambil tempat di dalam surau sementara mahasiswa berada di halaman seraya berteduh di bawah tenda. Hujan gerimis meningkahi sore itu.

Menjelang azan maghrib, salah seorang mahasiswa memimpin bacaan tahlil. Sebelumnya, saya dan Muhaimin, presiden Pendidik, bertukar cerita. Azim, mahasiswa asal Kelantan, turut meramaikan obrolan. Dalam waktu 15 menit, kami berzikir dan kemudian berdoa untuk berbuka. Seteguk jerus es dan kurma betul-betul menghilangkan dahaga dan lapar.

Pada hari kedua, saya berjamaah subuh dan mengikuti zikir hingga akhir. Setelah itu, saya pun beranjak pulang dengan berjalan kaki, sementara mahasiswa melanjutkan dengan tadarus dan salat dhuha bersama. Dari balkoni rumah, saya sempat mendengar bacaan kitab suci yang menghiasi pagi mendung. Suasana Ramadan begitu sempurna ketika matahari pagi menyibak hari dengan sinarnya yang hangat. Alhamdulillah. 

Thursday, May 17, 2018

Puasa Kachi [1]

Firdaus, mahasiswa SBM, memotret jamaah tarawih. Setelah usai witir, saya memintanya untuk mengirim ke telepon melalui WhatsApp. Malam pertama, masjid Asy-Syafi'i dipenuhi oleh mahasiswa dan mahasiswi. Malah, pelajar lelaki meluber hingga ke serambi kiri bangunan utama.

Sebelum dimulai, panitia menyampaikan pengumuman bahwa salat malam ini akan dilaksanakan sebanyak 8 rakaat dan witir 3 rakaat. Pegawai Pusat Islam, Ust Shahidan Marecan dan Ust Azhar turut hadir dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memimpin.

Seusai witir, kami berzikir. Lalu, saya pun beranjak pulang. Istri, Biyya dan Zumi belum tidur. Kami pun bercengkerama. sebelum jarum jam menunggu angka 1 lebih 10 menit, kami merebahkan tubuh di kasur. Pada pukul lima, saya dan isteri bersahur bersama. Ayam pepes pedas terasa dahsyat. Maknyus! Kachi sunyi. Sebelum subuh, saya pun membuka plastik buku Tafsir Buya Hamka terbitan PTS. Begitu menggugah pengantar karya mantan ketua MUI, yaitu dipersembahkan kepada ayah, paman, dan isterinya. Mungkin karena saya sudah terbiasa, hari pertama dilalui dengan mudah. Susahnya, karya penulis Di Bawah Lindungan Ka'bah hanya didaras pada halaman awal dan tak beranjak jauh. Tadarus tak berjalan lancar.


Wednesday, May 09, 2018

Kisah Buku [5]

Saya tidak tahu apa yang saya sedang sampaikan dan tak pasti yang  moderator, Fawaid, pikirkan. Namun, perbahasan kami berkisar isu adakah mungkin komunikasi Tuhan dengan manusia?

Tentu, pilihan Izutsu terhadap ide existenz Karl Jasper didasarkan pada pemikiran spekulatif. Manusia mesti naik ke langit secara eksitensial agar setara sehingga percakapan di antara keduanya bisa terjadi.

Apapun, dasar pembenaran bahwa wahyu beradal dari Tuhan telah dinyatakan dalam kitab suci. Kita pun mendekati Alqur'an dengan hati (qalb), bukan sekadar akal budi. Di sini, kehadiran pesan Tuhan tak lagi dibingkai pendekatan linguistik struktural, tetapi spiritual. 

Wednesday, May 02, 2018

Chow Kit dan EDC [1]

Di hari libur, saya telah merancang untuk menemui Pak Agus Badrul Jamal, pegawai kedutaan Republik Indonesia, untuk menyampaikan hasrat rencana penyelenggaraan kongres Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama. Mengingat beliau menghadiri acara Tabligh Akbar Muhammadiyah di hotel Regency, saya meluncur ke sana dari KL Sentral.

Setelah berbincang sebentar, beliau meneruskan perjalanannya ke tempat lain untuk mengikuti acara pengajian. Saya pun berjumpa dengan Mas Yuri Buchari untuk mendengarkan ceramah umum oleh Pak Suyoto, Bupati Bojonegoro. Ada banyak pesan yang bisa diserap oleh hadirin, di antaranya sejarah peran agama dalam masyarakat, yaitu sebagai anteman (bertengkar) ageman (pakaian) dan ugeman (pandangan hidup).

Usai acara di atas, saya dan Mas Buchari mencari hotel EDC, milik Universitas Utara Malaysia. Kami sempat menunggu lama di depan sebuah toko telepon genggam akibat hujan deras yang mengguyur ibu kota.

Pada waktu sore, dari hotel ini, saya memilih berjalan kaki ke PWTC untuk mengunjungi Pameran Buku Internasional Kuala Lumpur. Alhamdulillah, saya bisa bersilaturahim dengan Pak Raja Ahmad Aminullah yang menulis buku luar biasa tentang peran kaum terpelajar, Minda Tertawan: Intelektual, Rausyanfikr, dan Kuasa dan sempat berfoto bersama. Hal yang menyenangkan dari penginapan ini adalah suraunya yang luas dan bertempat di lantai tertinggi. Dari sini, saya bisa mendengar azan subuh dari masjid terdeka. Selain itu, saya bertemu dengan Nasih, staf satuan pengaman hotel asal Bangladesh, yang juga menunainan salat. 

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...