Sunday, July 30, 2023

Kecantikan

Socrates mengajar kita bahwa jalan pada pengetahuan itu dengan mengajukan pertanyaan. Untuk itu, saya pernah melontarkannya di catatan blog pribadi bertarikh 12 Maret 2012. Mengapa untuk cantik perempuan harus membaca majalah Cosmopolitan? Mengapa perempuan harus cantik di luar rumah dan tidak di dalam rumah? Lalu, untuk apa kecantikan itu? Untuk keluarga atau orang lain? Mengapa perempuan yang bercadar atau berburqa tampak salah di banyak mata kaum feminis? Bukankah mereka tidak mengobral tubuhnya untuk orang ramai? Adakah kebebasan itu mendedahkan tubuh, lalu ketidakbebasaan menutup aurat?

Mari lihat sejenak gambar-gambar perempuan di majalah, baik di Malaysia maupun Indonesia! Kalau Tuhan menciptakan manusia, lalu melahirkannya ke dunia dalam keadaan tak berpakaian dan memakai alat solekan, mengapa manusia kemudian merepotkan dirinya dengan desain pakaian terbaru dan merek alat kecantikan? Adakah mereka tak lagi memercayai Tuhannya? Bukankah kecantikan yang didapatkan dari alat solekan adalah palsu dan dangkal? Bukankah perempuan terpedaya oleh iklan bahwa cantik itu bisa diperoleh dari alat solekan berjenama luar yang mahal?

Tanpa memikirkan kembali apa itu cantik, maka keluarga kita akan tersandera oleh persepsi bahwa kaum remaja dan ibu akan mendapatkan kehormatan dengan menumpahkan segala bedak, gincu dan eye shadow ke mukanya. Mereka akan merasa tidak nyaman dengan tubuhnya sendiri. Siapa pun tak bisa menahan haru ketika melihat ibu-ibu dan kaum remaja puteri tak begitu menikmati makan siangnya di warung karena mereka harus begitu hati-hati dengan sesuap nasi yang mungkin merusak riasan 'wajahnya'. Lalu, cantik itu apa jika ia ternyata hanya membuat pemiliknya tersiksa?

 

Sunday, July 23, 2023

Hari Anak Nasional

Tadi pagi, saya mengucapkan selamat Hari Anak Nasional pada Zumi. Saya pun bersyukur ia tidak hanya belajar di sekolah tetapi juga dari teman-temannya, seperti mengikat layangan dengan benang. 

Setiap sore, Zumi, Kiki, Akmal, Nabil, dan Rafan bermain di sekitar rumah, seperti sawah dan jalan sepanjang jalan depan rumah warga. Imajinasinya mendorong mereka untuk memanfaatkan apa yang ada di sekitar sebagai obyek mainan. 

Sekali-kali, mereka membeli kudapan di toko tetangga. Lalu, seraya duduk bersama, mereka menikmati camilan dan bertukar cerita. Tantangan terbesar kini adalah paparan gawai pada anak-anak. Dengan bermain di luar, kita membantu mereka untuk menikmati kesehariaan lebih sehat. 

 

Tuesday, July 18, 2023

Kesyukuran


Pada hari Sabtu 15 Juli 2023, seusai salat magrib, kami, warga kampung, memenuhi undangan Amirulin Najah dan Fitrotul Faizah. Keduanya menggelar tasyakuran kelahiran putranya, Muhammad Salman Nabilul Fikri. Selain membaca selawatan dan mengaminkan doa, kami menyimak tausiyah Kiai Imdad Robbani tentang pentingnya warisan selamatan dalam mengukuhkan nilai-nilai kenabian dan kemasyarakatan.

Sang kiai menegaskan bahwa kehadiran teknologi telah semakin membuat manusia terasing satu sama lain. Dulu, teman-temannya bisa ngobrol 3 jam dengan menyenangkan. Kini, gawai telah merampas kehangatan hubungan dan cenderung menyuburkan individualisme. Tentu, renungan ini dihadirkan untuk kembali mengingat hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Setidaknya, syukuran ini merupakan momen untuk menelandankan nabi, bukan sekadar membaca dibaan, dan mempererat hubungan kemanusiaan.

Kata syukur sendiri memiliki arti penting karena lema ini menunjukkan rasa terima kasih pada Tuhan dan manusia. Malah, kekafiran itu pertama kali dikaitkan dengan sikap orang yang tidak berterima kasih. Betapa penghargaan atas apa yang telah kita terima menunjukkan sikap penting untuk tidak mengingkari sesuatu yang sangat berharga dalam kehidupan ini. Tanda syukur pada Tuhan diwujudkan dengan pelbagai ibadah.


Wednesday, July 12, 2023

Kedewasaan

Menjadi dewasa secara luas dipandang sebagai masalah meninggalkan harapan dan impian Anda, menerima batas-batas realitas yang diberikan kepada Anda, dan mengundurkan diri ke kehidupan yang akan kurang penuh petualangan, berharga dan signifikan daripada yang Anda sangka ketika Anda memulainya. Pandangan tersebut adalah kutipan dari buku Why Grow Up oleh Susan Neiman.

Pendek kata, matang itu ditunjukkan dengan berterima pada keadaan hari ini setelah individu tertentu telah berusaha keras. Tentu, kedewasaan itu bersanding dengan kerja cerdas, sehingga seseorang tidak perlu membanting tulang begitu saja tanpa perhitungan. Tentu, semua ini diraih melalui perjalanan panjang dari petualangan. Itulah mengapa seseorang akan memilih untuk diam setelah meraup banyak pengalaman. Pada akhirnya, setiap orang akan berhenti mencari.

Itulah mengapa kekanak-kanakan sering dikaitkan dengan pandangan jangka pendek dan hitam putih. Padahal, kenyataannya, kehidupan itu tidak sesederhana dalam alam pikiran anak kecil sebab mereka lebih memilih untuk bermain dan berkhayal. Namun, orang dewasa bertanggungjawab agar kepolosan ini tetap menjadi bagian cara menjalani keseharian, namun perlu didasarkan pada pengetahuan.

Mengurangi Plastik


Biyya dan Zumi membeli minuman dan kudapan di NJ Mart. Tatkala membayar, Biyya menukas pada kasir, tak perlu tas plastik. Dengan tas kain yang dibawanya, keduanya bisa menyimpan barang belian. 

Ini langkah kecil untuk mengurangi plastik dan lebih jauh belajar untuk memiliki kesadaran pada kelestarian. Biyya sendiri sering melarang kami untuk membakar sampah di halaman, karena itu tidak baik bagi lingkungan. 

Zumi akan senantiasa belajar dari kakak, guru, dan masyarakatnya dalam menyemai nilai-nilai tentang alam sekitar. Dengan mengubah pola pikir bahwa alam itu rumah, kita bisa saling menjaga untuk memulai pengurangan penggunaan plastik. Kalau hanya membeli sebuah barang, kita tak perlu meminta plastik dan cukup memasukkan ke saku. Ide-ide besar bersandar pada tindakan-tindakan kecil. 

Monday, July 10, 2023

Ketetanggaan


 

Zumi belajar naik sepeda pada Nabil. Ia mendapat dukungan dari Akmal dan Kiki dengan menunjukkan jempol ketika ia pertama kali berzikir mengggunakan pengeras suara di musala. Dari sebaya anak tetangga, si bungsu bermain dan belajar serta mendapatkan penghargaan. Mereka sering bermain di sekitar rumah, dengan membangun rumah-rumahan atau berlarian di sawah berebut layangan. Imajinasi mereka menggerakkan tubuh dan pikirannya.

Kami pun sering bertukar sapa atau ngobrol di halaman dengan jiran di waktu luang. Kehadiran mereka adalah ruang lain dari keluarga, yakni cermin dalam melihat keseharian dan kehidupan. Kami berbagi makanan di momen tertentu dan bekerja sama membersihkan selokan ketika musim hujan. Anak, remaja, dan dewasa menjalani kebersamaan secara berbeda, tetapi maksudnya sama, yakni menciptakan kehangatan.

Pentingnya hubungan ketetanggaan ini dikaitkan dengan kadar keimanan seseorang. Ini berarti seseorang harus mewujudkan kepercayaan pada Tuhan dengan berbaik dengan orang yang tinggal di sebelah rumah. Jadi, kita tak perlu membela Tuhan dengan berteriak, tetapi cukup menunjukkan prilaku baik pada tetangga dan sesama pada umumnya. Dengan melakukannya dari warga yang terdekat, pada gilirannya setiap individu akan menunjukkan pada warga yang jauh.

Menariknya, ketetanggaan dalam perspektif baru memiliki pengaruh yang lebih luas dalam kehidupan. Dalam Neighbourhood Effects Research: New Perspectives (2012), Maarten van Ham , David Manley , Nick Bailey , Ludi Simpson, and Duncan Maclennan mengulas sejumlah besar literatur yang telah diterbitkan tentang pengaruh lingkungan atau ketetanggaan. Tinggal di lingkungan yang kekurangan memiliki efek negatif pada peluang hidup penghuni melebihi dan di atas pengaruh karakteristik individu mereka.

Monday, July 03, 2023

Memindah Meja

Meja makan adalah tempat kami ngobrol ke sana kemari. Selain di dapur, sekali-kali kami menikmati makan di warung tak jauh dari rumah, Kitoz. 

Sebenarnya, kami hendak menikmati soto di warung Wapo, tetapi tutup. Setiap kepala memiliki selera yang berbeda. Zumi memesan pencake, tetapi kosong. Lalu, penyuka Ryan Toys ini meminta burger. 

Biyya memesan mie, kami berdua soto. Ada banyak keluarga lain yang juga menikmati sore di sini. Kini, Zumi tak lagi bermain di ruang permainan seperti dulu. Setiap orang akan melalui fase hidup. Tetapi, kami tak akan menghalangnya jika si bungsu hendak bersenang-senang di situ. 
 

Saturday, July 01, 2023

Memeriksa Kurban Kita

Setiap perayaan Iduladha, kita akan melihat pemandangan serupa, penyembelihan hewan yang dilakukan di banyak tempat, seperti lapangan, halaman masjid, dan rumah jagal. Sebelumnya, banyak pedagang mendirikan kandang dadakan dan sementara untuk menjual binatang, seperti sapi dan kambing. Kaum dermawan, baik awam dan pejabat, akan menyerahkan kurban pada masjid atau musala. Mungkinkah, kita memikirkan kembali kebajikan ini mengingat daging dan darah itu tidak sampai pada Tuhan? Ketakwaan adalah kunci dari kebaikan ini.

Bagaimanapun, angka-angka menunjukkan bahwa 650 ribu hewan akan disembelih di sekitar hari raya Kurban dari 2,5 juta ekor yang disembelih setiap tahun. Ada 400 orang Singapura membeli ternak dari Kulonprogo Yogyakarta. Ini adalah hanya sebagian informasi yang menunjukkan betapa kurban bisa mendongkrak kegiatan ekonomi, yang memiliki efek pengganda (multiplier effect) pada sektor lain, seperti transportasi dan konsumsi. Efek ini semakin melengkapi ekonomi mudik yang sebelumnya terjadi dengan pengaruh yang jauh lebih besar.

Tetapi, sejauh ini kajian ekonomi kurban yang dilakukan oleh Pusat Kajian Strategis (Puskas) Baznas hanya menunjukkan besaran potensi mencapai Rp 31,6 triliun. Tentu, tahun 2023 semakin meningkat. Dengan demikian, kesejahteraan umat bisa terdongkrak dengan perputaran uang dan barang yang mengiringi pemberikan daging kurban pada orang yang memerlukan. Pendek kata, Lebaran Haji ini adalah kesempatan untuk mengingatkan umat agar meningkatkan ketakwaan dengan meneguhkan keimanan, menunaikan salat, dan berbagi rezeki dengan orang miskin (Al-Baqarah: 2-4). 

 

Lebaran Haji

Zumi keluar dari zona nyaman, bangun agak telat dan langsung mencari gawai bila tak pergi ke sekolah. Di hari raya, ia harus bangun pagi dan mandi, lalu pergi ke musala. 

Anak-anak seusianya juga melakukan hal serupa. Kita bisa belajar bersama untuk duduk diam dan tepekur. Dengan belajar untuk menahan diri dan mendengar khotbah, kita telah bersedia untuk menerima kehadiran diri sendiri dan orang lain. 

Lebih jauh, pada hari yang sama, opini saya berjudul "Memeriksa Kurban Kita" (29 Juni 2023, Jawa Pos) sejalan dengan editorial tentang kaitan ibadah ini dengan ikhtiar untuk menjaga keseimbangan alam. Di sini, generasi baru perlu berpikir lebih keras tentang tujuan syariah, yakni menjaga kehidupan (hifzh al-nafs). 
 

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...