Inilah secuil ikhtiar untuk menautkan dua negeri yang seringkali dibelit mimpi ngeri. Namun, kebesaran hati untuk mengurai kusut masai, ada banyak hal yang terurai. Tiba-tiba dalam sebuah acara pembukaan, sang pembaca doa menyelitkan pantun indah, sebuah ekspresi yang sama dengan Semenanjung dalam melakoni sebuah acara. Keasingan sejatinya tidak ada, namun sudut pandang kadang menjerembabkan siapa pun terseret pada kemalangan. Wow, ternyata kita sendiri mencelakakan diri.
Perjalanan indah setelah seminar adalah kenangan yang tak akan dilupakan peserta. Ya, Candi Muara Takus dan Istana Siak adalah jejak masa lalu yang mengaitkan dua negara ini dalam sebuah bingkai cerita yang sama. Jika sekarang keduanya memilih untuk mengurus nasibnya sendiri, maka kita hanya perlu tunduk pada aturan yang telah ditorehkan oleh orang bijak zaman dulu: jujur dan bekerja keras. Ya, Candi itu adalah kejujuran dan Istana itu adalah buah kerja keras.