Sunday, February 26, 2023

Hantu Jepang

Catrien Ross mengisahkan dunia batin orang Jepang. Kita juga akrab dengan cerita hantu, kerasukan, dan adialami. 

Kini Tokyo menjadi pusat ekonomi global, tetapi hantu dan fenomena semacam ini merupakan bagian sehari-hari, bahkan ditemukan di tempat-tempat kontemporer (hlm. 106).

Anda dan kita semua mungkin menyangkal keberadaan hantu, tetapi kita dirasuk oleh roh gentayangan yang bikin kita ketakutan, seperti khawatir tak menjadi ini dan itu, tak sama dengan si anu dan si ani, serta tak memiliki iku dan iki. 

Tidak dapat dielakkan, kita lari terbirit-birit di tempat. Sebagian melampiaskan geram di komentar dan status media sosial dan saya menikmati Terkesima Rhoma Irama.
 

Friday, February 24, 2023

Antara Dua Kelas

Kata Anwar Ibrahim, orang yang menderita tidak akan melihat statistik.

Teman baik, dosen Universitas Utara Malaysia, Prof Fauzi bilang bahwa hitungan ekonomi itu mudah dan bisa dilakukan secara tepat. Tetapi, politik sering merusaknya.

Muhammed jago mengulas ekonomi. Lulusan Perancis ini piawai bikin prediksi. Lagi-lagi, apakah rela politikus meratakan jalan kesejahteraan publik?

Anwar bukan penganut Spenglerisme. Ia optimis lahirnya perubahan. Kita lihat dan tunggu. Fauzi dan Muhammed tentu bisa menghitungnya dengan cermat
 

Thursday, February 23, 2023

Bahasa yang Terlupakan

Pembedaan simbol menjadi tiga, konvensional, aksidental, dan universal itu menuntun kita untuk melihat lambang secara pribadi pada kategori yang kedua.
Secara umum, kita terbiasa dengan yang pertama dan ketiga, sesuatu yang dipahami oleh orang banyak. Tentu ini penting agar kehidupan bersama mungkin diwujudkan.
Makna aksidental muncul tatkala sebuah kota ditandai muram karena seseorang mengalami kekecewaan. Padahal tempat itu hakikatnya netral.
Apa perlu simbol pribadi itu diumbar ke publik? Tidak. Ia hadir dalam sunyi. Tetapi orang yang peka bisa membacanya.

 

Menyoal Kecerdasan Buatan

1. Saya menyampaikan pengalaman mengajar Living Qur'an dan Filsafat Keuangan dalam memanfaatkan ChatGPT OpenAI

2. Apa peran dosen dan guru semakin terancam dengan chatbot ini? Justru, kita terbantu, meskipun demikian ia tetap berfungsi sebagai alat. Ada individu yang akan menyerap jawaban yang diberikan.

3. Filsafat mengajar kita untuk bertanya. Dari soalan yang diajukan, kita bisa memahami hakikat dan kepribadian seseorang dan banyak isu. Dari jawaban, pertanyaan baru muncul. 

4. Itulah mengapa kunci dari pengetahuan adalah pertanyaan. Pendek kata, mari dorong murid, siswa dan mahasiswa untuk bertanya.

Sumber foto: Jawa Pos, 23/2/23

 

Wednesday, February 22, 2023

Berbicara pada Robot?

Ini tulisan kritis dari Sdr Taufiqurrahman. Tentu, dosen Filsafat UGM ini telah menyusun kata sedemikian rupa agar khalayak pembaca bisa mencerna.
Pertimbangan etis mengemuka, meskipun sebagai model bahasa AI ChatGPT memang tidak berada di posisi polisi moral.
Berbeda dengan mesin pencari Google, mesin OpenAI memberikan jawaban atas pertanyaan kita secara lebih fokus, semisal saya mengetik what is the Living Qur'an? Menarik, jawabannya membingkai seluruh takrif dengan apik.
Masalahnya, bertanya bukan soal mudah. Justru, filsafat menuntut seseorang untuk mengajukan pertanyaan eksistensial yang ini adalah pergulatan pribadi.
Lalu, apa pertanyaan publik pada umumnya? Kiai Anwar Zahid dan Kisi Abdullah Sattar telah menjawabnya sesuai alam pikiran mereka. Sejauh ini, orang awam puas setelah menikmati kelakar dari dua penceramah tersebut.
Bagi sebagian orang, hidup ini dipikirkan. Bagi orang banyak, ia diperjuangkan agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apakan tidak, tatkala saya bertanya pada ChatGPT, how can I earn money easily? Ia menulis tausiyah seperti motivator kawakan.
Sumber gambar: Jawa Pos.

 

Tuesday, February 21, 2023

Isra' Mikraj

Di halaman masjid ini juga, warga menggelar pencoblosan. Politik dan agama berjalan sesuai tempat, cara, dan masa. Sejuah ini, di grup RT kami tida ada perdebatan soal pemisahan agama dan politik.
Hidup ini adalah peristiwa dari satu panggung ke panggung yang lain. Setiap orang membawakan dirinya sesuai pilihan, kemampuan, dan kesempatan. Setiap orang memiliki peran untuk menjadikan kehidupan ketetanggaan berjalan lancar.
Bila keperluan batin dipenuhi dengan berselawat dan kebutuhan lahir dicukupi dengan makanan, maka selebihnya kita berhibur dengan selera masing-masing. Setidaknya,

 

Sunday, February 19, 2023

Cerita Mencari Diri

Ain, karakter utama ciptaan Aprinus Salam, ingin menjadi seperti Olenka, watak buatan Budhi Dharma, karena orang ini cuek, total, dan sendirian.

Ternyata, tak mudah dan ia pun bingung. Cerpen ini mengajak kita menjadi diri sendiri. Menurut Anda, apa pesannya? 

Melalui sastra, generasi baru bisa belajar mencari posisi. Dari sini, ia tahu "diri". Masalahnya, kerumunan sering menjadikan individu "kawanan".
 

Friday, February 17, 2023

Matematika dan Tuhan


 Buku ini dipinjam oleh Biyya dari teman maminya. Sebelum dikembalikan, saya mendarasnya. Asyik. Matematika itu bukan momok.

Betapapun argumentum ad hominem sering disodorkan, tetapi kisah pribadi pemikir tak terelakkan diceritakan ke khalayak.
Apa kaitannya skizofrenia John Nash dgn kepiawaiannya dalam bidang matematika? Dalam keadaan tertekan, ia terus melawan sepanjang hidup.
Untungnya, ada matematika terapan atau gunaan. Ilmu ini bercakap dengan disiplin lain. Malah, rumus kadang diterangkan secara filisofis. Apapun, kata Bang Haji, sudahkah Anda membaca?

Sawah, Petani, dan Kita

Alam kita subur dan indah. Bila diurus dengan baik, ia mendatangkan keberkahan. Tetapi bila pengelolanya di Pakel ditangkap, malapetaka akan menyergap.
Hidup petani!

Status Facebook ini sengaja dibagi untuk menjadi perhatian kita bersama bahwa di balik keindahan persawahan ada banyak cerita di seantero negeri, seperti petani yang ditekan, pupuk yang sulit ditemukan, dan harga gabah yang diturunkan.

Lalu, di mana panglima tani berada?

Plato, Kita dan Mereka

ujuan Plato dalam Republik adalah memberikan sebuah teori terpadu, di mana semua unsur yang menjadikan kehidupan manusia baik diikat sekaligus dalam sebuah visi kesatuan, keteraturan, dan kestabilan.

Tetapi, dalam kenyataan kita disatukan oleh kepercayaan khas seperti dalam Bersatulah Rhoma Irama. Bisakah kita keluar dari kubuan? 

Kita tidak bisa lari dari komunitas kita tinggal dan bekerja. Di sini, kita akan melihat mereka yang berbeda. Lalu, apa batas-batas sejatinya dalam hidup? Kepentingan. Di sini kejernihan ditantang. 

Tuesday, February 14, 2023

Kesarjanaan


 Saya dan Pak Umar sebagai pengulas (reviewer) bersiduduk selama tiga jam setiap sesi dari tiga putaran untuk menyimak presentasi kertas kerja calon cendikia. Dalam dua hari, saya melihat mahasiswa yang tekun dan ulet dalam membaca teks. 

Mahasantri dari seluruh Indonesia memukau. Anda bisa menikmatinya di kanal Youtube Ma'had Aly Nurul Jadid. Isu yang dibahas luas dari pelbagai spesialisasi (takhasus). Fikih, Ushul Fikih, Tafsir, dan Falak-Astronomi adalah pendekatan untuk memahami sebuah isu. 

Untuk bacaan lebih jauh tantang muktamar bisa dilihat di sini: https://kabarmadura.id/kesarjanaan/. Tentu, cetusan ini adalah pandangan pribadi, sehingga gagasan lain diharapkan muncul untuk menguatkan tradisi debat yang sehat. 

Mengulas Artikel

Saya dan Pak Umar Manshur mengulas makalah 20 mahasantri se-Ma'had Aly se-Indonesia setelah satu sesi yang terdiri dari 7 makalah dibentangkan.

Kemampuan turats mereka tidak diragukan. Malah, kajian perbandingan hifzh al-mal dan hifzh al-nafs dengan redistribusi dan rekognisi Nancy Fraser menunjukkan ikhtiar untuk mendialogkan pemikiran yang tidak dibebani oleh sentimen ideologis sempit. Kredit untuk Ust Amin Mudzakkir yang menjadi rujukan utama dalam pembahasan ini.
Tentu, makalah lain yang tidak dibahas tidak berarti menolak gagasannya, tetapi variabel yang digunakan subyektif, dan pemikiran tetap mendapat tempat dalam ruang yang lain.

Sunday, February 12, 2023

Muktamar Mahasantri

Saya membuat ulasan tentang muktamar mahasantri Ma'had Aly se-Indonesia di aula Pondok Nurul Jadid melalui akun Twitter. Saya berharap hari terakhir nanti melahirkan mufakat untuk mendudukkan pengetahuan sebagai dasar tindakan.

Utas tersebut tentu pandangan pribadi. Tidak mudah untuk bersepakat, tetapi tidak mustahil untuk melakukan aksi bersama agar keadilan menjadi milik semua.

Ada banyak makalah yang bagus dan menantang. Salah satunya adalah pemaparan konsep hifz al-nafs dan hifz al-mal yang dibandingkan dengan pemikiran Nancy Fraser tentang rekognisi dan distribusi, yang keduanya terkait dengan identitas dan pemenuhan kebutuhan. 

Isu-isu lain tentu juga bagus karena terkait dengan kasus, yang penting bagi menjaga kemanusiaan. Menariknya, menjaga harta (ekonomi) dijadikan dasar merawat jiwa, agama, keturunan, dan akal budi. Bukankah ini Marxian? 

Apa pun, pembentangan banyak kerta kerja itu mencerminkan alam kesarjanaan di ma'had aly subur dan kritis. Mereka kaum terpelajar yang telah menggiring perdebatan ke ruang yang dibatasi oleh etika yang lebih luas, yakni percakapan itu didasarkan pada strategi komunikasi. Puncak dari perbincangan adalah bukan memaksakan idealisme, tetapi sejauh mungkin bisa mencapai kesepakatan minimal. Selamat! 

Thursday, February 09, 2023

Bermain


Setelah beradu catur, saya dan Zumi melukis rumah, gunung, dan pohon. Seusai puas mencorat-coret, ia bertanya? Lalu apa lagi? Gambar sampul buku? Ya, tukasnya.

Mendorongnya untuk membaca buku adalah mendekatkanya dengan karya. Ia minta buku FGTeev pada sang mami. Buku itu punya banyak gambar, dan sedikit huruf, katanya. Aha! Plants vs Zombies, bosan, kata Zumi. 


Sambil mendengar pengajian dari radio Ahbabul Mushthafa FM, saya merasa dunia ini belum berubah sama sekali. Sementara, Zumi memegang gawai untuk membikin mobil melalui gim lego.
 

Wednesday, February 08, 2023

Nusantaria

Dengan membaca kisah Nusantaria (Bukan Nusantara), kita tahu bahwa kebiasaan kita dianggit dari banyak sumber dan rujukan. China, India, dan Asia Tenggara telah menjadi penyangga budaya dan seni kita. 

Batas-batas itu hanya pijakan untuk melihat. Dulu, daerah ini kaya dan maju, kini tidak. Pergiliran berlaku. Tetapi, apa kriteria tidak mundur? Tepekur.

Sore itu saya mengisinya dengan membaca bersama kudapan buatan lokal, Michelle Bakery. Buah tangan ini dibawa oleh Fatih, anak teman Mas Hendar, Jakarta. Kita tak lagi menyoal asal muasal makanan ringan ini, tetapi mengapa kita harus impor dari luar bila bisa membuatnya sendiri? 
 

Pameran

Teman sekelas Akidah Filsafat Institut Agama Islam Negeri  (sekarang UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Mas Wahyudin As membantu saya untuk turut menengok lukisan Pak Goenawan Mohamad. Kurator tersebut sering menulis kegiatan pameran yang diikuti di banyak tempat. Penikmat lagu Faris R M ini begitu total dalam dunia seni. 

Dulu, saya melihat kegiatan seni di LIP dan Bentara Jogja, Musium USM Pulau Pinang, dan Galeri Menara Petronas Kuala Lumpur. Kini, imajinasi hadir agar realitas tak hanya dicandra dari lisan dan tulisan, tetapi juga gambaran. 

Ada keasyikan tersendiri melihat pesan melalui lukisan. Ia hadir dari pengalaman dan pengetahuan seniman yang ditumpahkan melalui kuas dan kanvas, bukan kata dan bunyi. Media ini selayaknya menjadi ruang pembelajaran agar orang-orang menemukan pencerahan dari perenungan. 

Sumber: Jawa Pos 4 Februari 2023
 

Belajar bersama Cak Nun.

Sayang, dulu saya tak sempat hadir pas ayah Sabrang berkunjung ke Annuqayah tahun 90-an. Namun, di Jogja, saya dan Ufuqul Mubin pernah hadir di acara panggung Emha dan malah mengikuti Cak Nun hingga ke rumah setelah acara. Di sini, budayawan tersebut memberikan tausiyah akhir sebelum bubaran.
Waduh, drama satu babak dibuka dengan lagu Musik, Rhoma Irama. Imam membawakan dengan baik. Bagi pemusik yang anti-Melayu, boleh benci jangan menggangu. Itu!
Lutfi, asal Jember, tatangga kamar Asy Syafi'i Latee Annuqayah mengarabkan lagu ini menjadi fi aina aina fi 'alal ardh...katsirun min al-nas yal'abu musiq. JTV menyiarkan kegiatan Maiyah setiap sore. Lumayan untuk mengurangi keterpaparan pada acara hiburan.

Tuesday, February 07, 2023

Kejawaan

Betapapun identitas dilihat sebagai pasti (klasik), rekonstruksi (modern) dan mitos (posmodern), jati diri itu melekat sebab setiap orang mengungkapkan dirinya melalui kata, ekspresi budaya, dan prilaku. Ada jejak yang bisa ditebak.

Apa ada Jawa yang utuh? Hari gini? Apa pun, kita bermula dari definisi. Bila retak, karena kita bukan katak.

Selanjutnya, kita bisa berdiskusi di sini: https://kabarmadura.id/kejawaan/. Tulisan ini mengambil banyak manfaat dari buku Suwardi Endraswara tentang falsafah Jawa. Dari sini, kita bisa menelusuri banyak karya klasik tentang kejawen. Kini, menjawa mendapat tantangan karena watak luwesnya memungkinkan untuk menyerapa apa pun yang dianggap dari luar, bahkan yang bertentangan. 
 


Sunday, February 05, 2023

Sentuhan

Bagaimana filsuf memahami soal ini secara keliru? Mungkin Aristoteles memiliki agenda berdasar kelas sosial. Menurut pandangannya, budak dan orang lain yang tangannya kasar karena kerja keras tak sehalus filsuf, bangsawan, dan petinggi berkulit lembut (hlm. 35).
Akal sehat saja mengajar kita bahwa kemewahan mereka berdiri di atas jerih kaum buruh. Alangkah naif, kelas borjuis duduk manis seraya merasa duduk di atas. Kata kaum Stoa, manusia itu setara.

Tentu, kita ingin melihat konteks pada waktu itu, di mana kelas tuan dan budak masih menjadi praktik sehari-hari. Lalu, apa mungkin mobilitas sosial pada waktu itu? Budak dan tuan dan sebaliknya?

 

Saturday, February 04, 2023

Falsafah Jawa

 

Saya bolak balik membaca buku ini. Beruntung sebelumnya nunut Biyya, saya mendaras Serat Centhini.

Sebagai bahan utama kolom Falsafah Harian Kabar Madura, karya ini betul-betul menguras pikiran dan perasaan. Saya membahas bersama istri, Tetty Noor 'Aini, sambil makan sore tentang bagaimana menjadi orang Jawa. 

Apakah Biyya dan Zumi adalah orang Jawa? Keduanya masih belajar berbahasa Jawa di sekolah. Di Malang, dua anak yang lahir di Penang dan Kedah ini membeli tokoh wayang yang terbuat dari kertas. Dari lagu Lir-Ilir keduanya akan belajar falsafah Kejawen. Apa cukup?

Putri Reformasi

Dulu, Arief Budiman mengkritik keras manajemen kekuasaan Gus Dur di depan orangnya di Universitas Gadjah Mada. Saya melihat raut muka GD datar karena sindiran itu tulus. Guru Bangsa itu menjawab dengan lugas soal pengurusan media presiden dalam menghadapi banyak kritik publik.
Saya hendak menyampaikan hal serupa pada Pak Anwar Ibrahim tentang pelantikan Putri Reformasi Kak Nurul Izzah Anwar. Teguran ini ikhlas, sebagaimana Anwar beredia menerima kritik dari khalayak.
Kini, bola ada di tangah tokoh Reformasi jiran itu. Apa mungkin "patah balik" bagi Putri Reformasi? Perannya tetap ditagih karena ia adalah pihak yang kalah di daerah pemilihan Permatang Pauh. Namun, ini hanya sebagian kecil dari tugas yang diemban. Sebagai orang dekat Anwar, Nurul Izzah bisa memberikan masukan tanpa harus menjadi bagian dari kekuasaan.

Friday, February 03, 2023

Menemukan Masa Lalu

Dengan membaca kisah Nusantaria (Bukan Nusantara), kita tahu bahwa kebiasaan kita dianggit dari banyak sumber dan rujukan.
Batas-batas itu hanya pijakan untuk melihat. Dulu, daerah ini kaya dan maju, kini tidak. Pergiliran berlaku. Tetapi, apa kriteria tidak mundur? Tepekur.

Kini, kita bisa meraup banyak kisah tentang masa lalu untuk cermin masa kini. Mozaik yang kita susun tetap berpijak pada pandangan dunia.
 

Putri Reformasi

Nurul Izzah melihat dengan mata kepala sendiri sang ayah ditangkap oleh polisi di Damansara. Hari kelabu bagi keluarga.

Ia teruji. Dengan menyelesaikan kuliah dalam keadaan tekanan yang kuat, ibu dari tiga anak ini menapak jalan terjal untuk bertarung di pentas politik.
Kini, justru ia dapat cobaan lain, dilantik sebagai penasehat PM. Secara deontologis, niat baik Anwar bisa kita terima. Tetapi, dalam teleologi, akibat lain muncul, "kronisme" jadi preseden untuk bawahan.
Saya sendiri tidak meragukan pengetahuan dan pengalamam anak perempuan YB Wan Azizah tersebut. Artikulasi lisan dan tulisan jempolan. Tetapi, persepsi khalayak perlu ditimbang. Patah balik itu juga pilihan. Ini teguran ikhlas.

Wednesday, February 01, 2023

Sentuhan

Apakah kehangatan fisik terkait dengan kehangatan kiasan? (hlm. 11) Pertanyaan ini seringkali memposisikan kita pada dua sisi yang berseberangan. Padahal pandangan diametral tak bisa dijadikan jaminan melaihat persoalan secara utuh.

Orang yang memegang secawan kopi panas berpembawaan lebih "ramah" dibanding dengan pemesan kopi es. Apakah temuan ini mutlak? Tidak. Itu observasi pada sebagian orang. 

Saya suka yang pertama di pagi hari dan yang kedua di sore hari. Itulah mengapa sisa kopi panas saya tahu di kulkas agar nanti bisa mereguknya dalam keadaan dingin. 
 

Fatih


Alhamdulillah, dulu Fatih masih kelas dua SMP di Pondok Assalam, Solo, tatkala berkunjung ke rumah Bukit Kachi UUM kedah pada 2018. Ia sudah membaca Laut Bercerita oleh Leila S Chudori kala itu dan Biografi Gus Dur oleh Greg Barton di ruang baca, eh televisi, kami.

Semalam kami ngobrol kuliahnya di Kajian Rusia UI Depok dan kegiatannya di organisasi kemahasiswaan. Hidup terus berjalan. Saya bilang saya mengikuti akun Twitter Kedubes Rusia di Jakarta jauh sebelum perang pecah.

Apa damai itu bisa hadir tanpa perang? Itulah mengapa saya menulis kolom "Kedamaian" di Falsafah Harian koran Kabar Madura agar perang tidak melulu dilihat sebagai dua kubu yang sedang berbaku bunuh. Setiap individu sejatinya menghadapi perangnya dalam kehidupan sehari-hari, seperti kecemasan, stres, dan kesakitan. 
 

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...