Sunday, March 31, 2024

Puasa [20]

Pikiran itu tercermin dari bahasa ungkapan insan, yang dapat mendorong tindakan. Secara teoretis, bahasa kasar bisa melahirkan prilaku brangasan.
Tetapi, ada pelaku perisakan yang berwatak dingin. Kesimpulannya, akar kekerasan itu kompleks.

Sumber: Pikiran Rakyat, 30/3/2024

 

Saturday, March 30, 2024

Puasa [19]

Kemarin kami membelinya. Masa salat bisa dibeli?Tenang, santri akan menulisnya dengan sholat, meskipun bentuk bakunya adalah salat, sebagaimana mereka menyebut musholla, bukan musala.

Tulisan di  atas saya  unggah di media sosial dan grup Whatsapp, Klinik Bahasa dan Kancakona. Menarik, banyak respons yang menyenangkan dan melucukan. Kekeliruann ini tidak akan menyebabkan kami keliru memahami, karena kata itu menempel pada benda yang jauh lebih nyata. 

Sebelumnya, Biyya membeli bakso aci di warung Garut dan mendapatkan bonus dua gelas teh dingin. Betapa menjalani sore di sepanjang jalan Paiton menyenangkan karena begitu banyak orang juga memburu takjil. Inilah untuk kedua  kalinya kami membeli kudapan. Ini akan menjadi tambahan ingatan yang menyeronokkan bagi Biyya. 



 

Friday, March 29, 2024

Puasa [18]

Menelusuri IG, saya sering bersirobok dengan lagu-lagu Timur Tengah. Karena sering klik untuk menikmatinya, saya pun bertanya, mengapa saya merasa nyaman.

Aha, ini soal masa kecil. Sayup-sayup, suara gambus meninabobokkan warga menuju lelap. Petikan aud dan nyanyian Arab itu magis. Apa mudik nanti ada lagi? Apa saya juga akan mendengar Lebarannya Latief M dari TOA Lok Songai? Meskipun yang terakhir berbahasa Indonesia, namun irama padang pasirnya kental.

Setiap orang memetik ingatannya. Selebihnya, ia menerima kebedaan.

 

Thursday, March 28, 2024

Puasa [17]

 

Berhenti sejenak untuk membaca koran Jawa Pos, saya tetiba merasa lungkrah. Satpam kampus memutar lagu jiwang, pas Iklim dengan Hanya Suatu Persinggahan. Salim melisankan arti, bukan erti, dan karena, bukan kerana. Ya, untuk kita, mereka menyesuaikan dengan bahasa kita. Apa pun, musik melampaui kata.
Saya suka melihat Anies dan Imin tampak tersenyum. Politik itu seni, kata Rhoma Irama. Apa pun hasilnya, negara akan berjalan ke depan. Warga akan merawat nasibnya. Umat menjalankan agamanya seperti waktu sebelumnya.

Koran menyimpan peristiwa. Kita meraih makna agar tidak mengulanginya di masa depan. Kesadaran berpikir katedral juga perlu ditimbang karena pengorbanan setiap orang untuk bangsa yang jauh lebih tangguh ditunjukkan pada apa yang dilakukan hari ini.

Wednesday, March 27, 2024

Puasa [16]

Kemarin, 15 Ramadan, adalah hari terakhir pengajian kitab ini. Para mahasiswi yang berasal dari banyak program studi pulang hari ini ke kampung halaman. Dengan kebiasaan yang dijalani di pondok, mereka tentu akan melakukannya di rumah dan musala tempat mereka tinggal, seperti berjemaah dan mengaji. 

Mereka yang belajar kesehatan, ekonomi, PBA, PBI, dan TI, dapat menyegarkan kembali amalan sehari-hari, seperti tidur, bangun, bersuci, dan bersembahyang. Al-Ghazali mengurai doa-doa yang mesti dibacakan dalam amal baik tersebut. 

Kegiatan ini bermula pada pukul 3 sore seusai mereka berjemaah asar dan berakhir pukul 4. Ada kutipan yang sering saya ulang dari karya ini, yakni al-tsamrat al-'ilm al-'amalu bih, buah dari ilmu adalah perbuatan (hlm.  21). 

Tuesday, March 26, 2024

Puasa [15]

Seorang mahasiswa sedang duduk di depan kantor. Saya pun menghampiri dan mengajaknya bicara. Rozim, asal Kotaanyar, sedang mengurus SKL (Surat Keterangan Lulus) dari program studi Hukum Keluarga. Lelaki yang mondok di gang K sedang menyiapkan lamaran untuk memenuhi lowongan di PT KAI. 

Setelah itu, kami pun ngobrol ke sana ke mari tentang pengalaman belajar di Nurul Jadid. Saya pun memintanya untuk menulis pengalamannya belajar sebagaimana saya menuliskannya di portal Alif (Baca di sini: Belajar Filsafat). Di sini, saya mengisahkan cerita tentang mengapa memilih filsafat dan keseruan belajar di kelas AF bersama teman-teman sekelas dulu.

Kita pun berharap agar banyak mahasiswa yang bisa mengabadikan pengalamannya agar catatan itu dapat dijadikan rujukan oleh generasi selanjutnya. Bacaan ringan ini melengkapi kesungguhan kaum terpelajar untuk memahami isu kesarjanaan yang jauh lebih rumit dan serius.  


 

Monday, March 25, 2024

Puasa [14]

Seusai bersembahyang di musala kampus, saya bergegas menuju ke warung Kitoz untuk memesan tempat untuk berbuka bersama. Inilah untuk pertama kalinya, kami makan di luar. 

Pegawai warung memberikan daftar menu melalui Whatsapp dan istri memilih makanan dan minuman untuk iftar nanti. Sebelum meninggalkan tempat ini, perempuan itu meminta kami untuk membayar 50 persen dari harga. Ya, nanti saya akan melunasinya sesudah pada pukul 4, sepulang dari mengisi pengajian Bidayatul Hidayah. 

Saya memesan kiwi latte, Zumi lychee punch, Bunda wedang uwuh, dan Biyya teh panas. Seraya menunggu azan, saya berkisah tentang mengelola uang yang tidak membutuhkan kepintaran pada anak-anak, sebagaimana diurai dalam buku Philosophy of Money: Sebuah Kritik untuk Buku Psychology of Money oleh Asti Musman. Kami menyukai tempat ini karena pengelola memisahkan antara kawasan merokok dan tidak merokok.


 

Sunday, March 24, 2024

Puasa [13]

 

Kemarin, Biyya mengajak saya untuk membeli ta'jil di depan Pasar Paiton melalui pesan ibunya. Lalu, saya menjawab bahwa setelah mengisi pengajian Bidayatul Hidayah, kami berdua akan meluncur ke lokasi. 

Di sini, banyak orang yang membeli aneka jajanan tradisional. Malah, ada seorang bapak dan ibu Tionghoa turut datang dan tampak dekat dekat dengan penjual. 

Di depan lapak pukis dan terang bulan, kami berdiri menunggu kue ini dibuat. Dengan merogoh Rp 5000, Biyya mendapatkan tiga terang bulan, lalu beranjak untuk mencari kudapan yang lain, seperti resoles dan pastel. Setelah itu, penyuka Harry Potter meminta untuk mampir ke Mixue yang terletak tak jauh dari bazar Ramadan. Di sini, penikmat lagu jazz ini mengantongi dua minuman teh lemon untuk dirinnya dan Zumi. Lalu, kami pulang dengan riang. 

Saturday, March 23, 2024

Puasa [12]

Masjid ini terletak tak jauh dari balai desa tempat kami KKN. Seorang #santri melaungkan zikir dgn pelantang sebelum jamaah lohor.
Arus dana masjid tercatat rapi. Pengeluaran tak banyak. Pemasukan senantiasa mengalir. Dengan datang ke sini, kita mengurus batin dan lahir melalui ibadah, infaq dan sedekah.
Setidaknya, tepekur di sini adalah fase ketiga dari hidup Aristotelian, kontemplasi, setelah melewati kesenangan dan kehormatan. Diamlah, sebab kata tak memadai. Bersuaralah agar renungan menyampai.

 

Friday, March 22, 2024

Puasa [11]

Kami telah membeli lem kertas untuk menambal sinki yang bocor. Namun ternyata, air tetap masih merembes. Saya pun kembali ke toko material Mekar ini untuk membeli lem sepanjang 5 meter. Di sela menunggu pelayanan, saya memerhatikan kotak amal ini, yang disediakan oleh sebuah pondok dan yayasan. 

Saya sering menemukan kotak serupa di banyak tempat, seperti warung soto Koya Kraksaan. Betapa masih banyak lembaga sosial dan pendidikan yang memerlukan uluran tangan masyarakat. Belum lagi, amal masjid, yakni orang-orang yang berdiri di pinggir jalan sambil menadahkan gayung  untuk menerima sumbangan warga yang lewat. 

Sejatinya, banyak hal yang memungkinkan dukungan umat mengalir karena banyak perintah yang digalakkan dalam agama, seperti rajin berinfaq, sedekah, dan berzakat. Dari sini, pembiayaan pendidikan dan sosial akan dengan mudah mendapatkan sokongan dari khalayak. 
 

Thursday, March 21, 2024

Puasa [10]

Seusai tarawih, saya ngobrol dgn Pak Boniman. Masjid kami menyediakan kotak yang berisi air gelas NURJA. Tak lama kemudian, Pak Sofi memimpin tadarus.

Sebenarnya, kami dengan jiran hendak berziarah ke Pak Bahrul yang baru pulang dari umrah setelah tarawih di masjid Ali bin Abi Talib, tetapi hujan semalam menghalangi kami.

Ternyata hujan turun hingga pagi. Tiga jalan keluar tergenang air. Ketika ke kampus pagi tadi, motor berbunyi lebih keras karena air menekan dengan kuat. Hingga kini, tak ada BPBN yang berusaha untuk mengurangi debit air di selokan. Negara tak hadir. Kami sebelumnya telah membersihkan selokan secara gotong-royong. 

Wednesday, March 20, 2024

Puasa [9]

Membaca tulisan ini, saya merenung kembali apa yang telah dilewati waktu kecil tatkala bulan Ramadan. Puncak dari ibadah perayaan Idulfitri, hari berbuka, tak boleh berpuasa. 

Mudik tentu momen menghadirkan kenangan kampung, meskipun banyak yang hilang, karena banyak berubah dari tempat kelahiran. Sungai tak lagi sedalam dulu. Masjid tak lagi  memiliki menara tempat bedug diletak dan ditabuh. 

Apalagi, ketiadaan ayah seakan kami berjalan dengan satu kaki. Tetapi, kebersamaan nanti akan melengkapi ingatan karena kami akan berziarah ke kubur. Di sini, asal muasal bermula tentang jati diri. Ayah adalah anak dari Tayyib. 

 

Tuesday, March 19, 2024

Puasa [8]

Seusai mengisi pengajian kitab Bidayatul Hidayah, saya meluncur ke Paiton. Biyya dan Zumi memesan geprek dan Rocket 7 untuk berbuka. Betapa menyenangkan berjalan di sore itu, karena cuaca cerah dan hangat. 

Saya heran mengapa dua anak tersebut menyukai makanan gerai ini. Namun, saya sendiri suka karena warung waralaba lokal dirintis oleh mantan pekerja kebersihan, Nurul Atik. Betapa mengilhamkan!

Sepanjang kunjungan ke sini, kedai ini tak pernah sepi dari pembeli, baik yang menikmati di tempat atau membawanya pulang. Hanya sekali di sini, saya dan Zumi menikmati makan siang. Riang.  

 

Monday, March 18, 2024

Puasa [7]

Saya berfoto dengan Hikam, mahasiswa Elektro, yang menjaga portal pondok. Di sebelahnya, ada temannya, Febi, yang juga bertugas. Nama terakhir ini adalah ketua BEM FAI UNUJA, yang saya kenal baik karena keadabannya. 

Saya berhenti sejenak untuk menunggu kegiatan Oskar yang digelar oleh biro pendidikan pada pukul 8.30. Kami pun ngobrol ke sana kemari. Di sini, saya bertemu dgn Baim, yang ngisi kelas jurnalistik dan Imam yang berangkat ke rumah Kiai Imdad untuk mengikuti pengajian kitab. 

Setiap orang menjalani jalan hidupnya berdasarksn pilihan dan pengetahuan. Di malam hari, santri masih bergiat dengan pelbagai program. Tentu, ini menjadi perhatian bersama untuk memastikan agar padatnya jadual mereka bisa diimbangi dengan waktu rekreaktif dan istirahat. 


Sunday, March 17, 2024

Puasa [6]

 

Saya memberikan buku ini pada Hikam, ketua Mandarin Club UNUJA. Karya Abdul Khalid Boyan berjudul Dari Populisme ke Anarkisme: Potret Gerakan Pascareformasi layak untuk mahasiswa karena isinya bercerita tentang pengalaman sebagai aktivis. 

Sebelum asar, kami berjanji untuk bertemu di musala kampus. Setelah ngobrol, kami melihat Nafi datang untuk mengumandangkan azan asar. 

Seraya menunggu salat, jemaah turut mengikuti zikir yang dilantunkan oleh penggiat Pramuka universitas. Hikam memimpin salat. Nikmat. Dalam salat, setiap individu menghadirkan dirinya di hadapann Tuhan. 

Saturday, March 16, 2024

Puasa [5]


Kami berbuka di ruang tamu untuk merasakan suasana berbeda. Biasanya berempat menikmati menu di meja makan dapur. 

Seusai menyantap makanan, kami pun ngobrol ke sana ke mari. Tiba-tiba, Zumi bilang bahwa ia bisa menghitung 1 hingga 10 dalam bahasa Jawa. Saya tanya dari mana kamu belajar dalam bahasa Inggris. Tukasnya, my mom. 

Saya senang, pelan tapi pasti dua anak kami bisa berbahasa ibu. Kedalaman falsafah Jawa akan mendapat tempat dalam hidupnya nanti. Seturut tumbuh besar, akar terawat melalui pelajaran dan percakapan. 

Friday, March 15, 2024

Puasa [4]


 Pak Ali memberitahu di grup koperasi karyawan bahwa toko kopkar menyediarkan pelbagai kurma. Di hari kedua, saya membelinya seharga Rp 45 ribu. Berbeda dengan teman saya, Hamid, yang pernah belajar dan bekerja di Madinah, saya tidak bisa membedakan pelbagai jenis buah dari tanah Arab ini. 

Saya hanya ingin merasakan manisnya tatkala berbuka seperti waktu dulu. Selanjutnya, kemarin kami menikmati nasi dan ikan. Sementara, Zumi berbuka dengan ayam goreng Rocket Chicken. 

Di kala berbuka, kami bisa duduk bersama dengan keluarga. Manakala, Biyya sedang mengikuti English Camp di sekolahnya sehingga si sulung tidak turut menikmati berbuka bersama. 

Thursday, March 14, 2024

Puasa [3]

 

Hari ini, saya dan Nurhamid memenuhi undangan siniar Soshumanity untuk berbagi pengalaman berpuasa di Malaysia dan Jepang. Sementara Mujiburohman berhalangan hadir untuk bercerita pengalamannya di negeri Paman Sam. 

Ada banyak pertanyaan yang diajukan oleh host, Aulia Firdausiyah, seperti suasana, makanan, takjil, dan tarawih. Bagi saya, suasana di Semenanjung tak berbeda dengan Jawa. 

Perbincangan ini tentu bermanfaat bagi mahasiswa UNUJA untuk melihat pengalaman orang lain. Mereka bisa meraih pesan dengan turut mengalaminya di masa yang akan datang. 

Wednesday, March 13, 2024

Puasa [2]

Di hari kedua, Zumi bisa bangun sahur meskipun saya harus gendong dari kamar ke dapur. Dengan kuah kelor, udang, dan bakwan jagung, kami menikmati makan dengan lahap. 

Zumi lalu kembali ke kamar untuk menonton kanal Youtube secara luring. Tak lama kemudian, penyuka bola ini tertidur dan saya mematikan telepon genggamnya. Bagi kami, puasa itu tidak berat, tetapi bagi anak-anak tak mudah. Kita berusaha dengan sabar untuk mengajak mereka belalajar menahan diri.

Pada pukul 6, ia terbangun dan ketika saya tanya apa yang kamu cari, ia menjawab sesuatu. Kemudian, saya mandi dan kembali ke kamar melihat dengan penuh terkejut, ia membaca buku  Plants vs Zombies. Inilah karya yang membuatnya dapat membaca kalimat. Alhamdulillah, ia masih mau membuka lembaran koleksi bukunya setelah sering menghabiskan waktu dengan gawai. 

Tuesday, March 12, 2024

Puasa [1]

Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, di malam pertama Ramadhan, begitu banyak warga yang hadir untuk menunaikan salat magrib berjemaah. Tabir di antara lelaki dan perempuan telah diganti dengan kain baru. 

Anak-anak ini bermain bersama sebelum azan berkumandang. Lalu, mereka mandi sebelum ke jalan ke masjid. Sebelum bermula, Pak Joko meminta anak-anak untuk tertib dan diam. Sekali waktu, tatkala sujud terakhir, ada seorang anak-anak bernyanyi ikui-ikui. 

Pada tarawih pertama, Pak As'adi memimpin salat dan Pak Qamar menjadi bilal. Warga memenuhi teras masjid yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Demikian juga, salat subuh juga dihadiri oleh banyak orang yang tinggal di sekitar masjid. Pagi di  hari pertama ditingkahi hujan, betapa menyenangkan! 


Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...