Tuesday, September 30, 2025

Fase Kritis

Anak ini seperti kawan-kawannya melewati momen-momen kritis, seperti enggan sekolah, tetapi akhirnya suka. Setelah ditanya, apa yang kamu lakukan di sana? Bermain. 

Sebagai guru, kita harus menciptakan ruang belajar yang menyenangkan agar makna asal dari lembaga itu tetap dijaga, waktu luang untuk bersenang-senang. 

Memang, kita mengenal disiplin, kaidah, dan metode, tetapi itu semua dilakukan untuk mendidik secara saksama. Memperlakukan setiap individu dengan standar yang sama hanya akan menyebabkan kegagalan melonjakkan potensi pada anak didik.

Filsafat adalah Penyelamat

Apa pilihan 10 gagasan yang menyelamatkan hidup ini diilhami Ten Commandments? Apa pun, penulis hendak menyederhanakan pilihan etis dalam menekuni hidup sehari-hari. Pertanyaan pertama dari tulisan adalah apa hidup baik itu (hlm. xi).
Saya suka daftar bacaanya, yang tidak hanya buku, tetapi juga film, drama, dan puisi. Dari semua ini, kita hanya perlu menjadikan ide kita koheren, alih-alih bereaksi secara impulsif, terhadap segala sesuatu dalam kehidupan.
Kuncinya adalah menjaga jarak, bahkan terhadap pikiran sendiri karena ia mungkin lahir dari efek panopticon, selalu merasa diawasi oleh liyan.

 

Kembali Ke Akar

Ngawruh (ꦔꦮꦿꦸꦃ): Mengetahui, memahami, menyadari, atau menginsyafi saya gunakan untuk belajar pada Kiai Ahmad Basyir dalam riwayat hidup. Bagi kami, menekuni pelajaran bukan sekadar menerima pengetahuan, tetapi juga pencerahan.

Kala bulan puasa kami mengaji kitab dalam bahasa ibu, Madura. Namun, pengaruh Jawa yang kuat jelas meletakkan warga Pulau Garam pada atmosfir alam pikiran Jawa. Kata tersebut mengandaikan bahwa tahu itu mengandaikan prilaku. Suatu waktu santri bising menjelang jemaah subuh. Kiai membatalkan salat dan kembali lagi ke kediaman. Tak lama kemudian beliau kembali ketika kami diam.
Artinya, sembahyang itu hening, bukan TOA. Ngawruh bukan ketahuan, tetapi kesadaran, yang menuntun pembelajar untuk mengamalkan sesuatu yang dipahami dan dihayati. Untuk itu, pertemuan santri Latee pada 24 Oktober yang akan datang akan menjadi titik balik untuk meneguhkan kembali keheningan itu. Ramai dalam sunyi. Semangat dalam bakti. Hadir dalam sejati.

Dua Keluarga

Ini adalah kesaksian dari teman sekamar kala saya menempuh pendidikan Agama dan Filsafat di IAIN dan kemudian bertukar UIN Sunan Kalijaga. Kebaikan dan ketulusannya dalam membantu saya sangat berarti Tidak hanya itu, Dadang, kami memanggilnya, adalah sosok pembelajar yang tekun. Kami sebagai keluarga saling mendukung dan anak-anak kami pun bermain bersama di kala mudik ke kampung halaman.
Terima kasih, Pak Is.
Ahmad Sahidah merupakan salah satu teman, sahabat bahkan saudara bagi saya. Kami berdua merantau menuntut ilmu di Yogyakarta, IAIN Sunan Kalijaga namanya, yang kini berubah nama menjadi UIN Sunan Kalijaga. Saya kuliah S1 dan Ahmad, saya memanggilnya, sedang kuliah S3. Ahmad salah satu atau bahkan satu-satunya teman yang dalam kesehariannya melakukan sesuatu dengan rutinitas yang istikamah, mulai dari membaca buku, ke perpustakaan, menerjemahkan buku, menulis artikel, bahkan makan pun sudah terjadwal dengan sangat rapi. Ahmad sosok yang sangat menginspirasi bagi saya terutama ketika menjelaskan rumitnya ilmu pengetahuan menjadi sesuatu yang renyah bahkan menarik untuk dipelajari. Ilmu pengetahuan telah menjelma menjadi ruang hidup keseharian rutinitas yang dilakukan oleh Ahmad. Filsafat yang selama ini dikenal dengan ragam istilah dan pengetahuan yang sangat rumit bagi Ahmad menjadi sesuatu yang terjelma menjadi ranah keseharian dalam relung kehidupan kita.

Filsafat menjadi sesuatu yang menarik bahkan menjadi sendi-sendi dalam hidup keseharian kita. Buku 'Falsafah Harian' ini salah satu kehidupan yang diterjemahkan oleh Ahmad melalui Filsafat menjadi rutinitas keseharian yang menarik, indah dan mudah bagi kita semua. Ahmad merupakan salah satu potret seorang ilmuwan yang tidak hanya menjadi pembelajar ilmu filsafat di bangku kuliah mulai S1 - S3 tapi beliau sudah menjadi filosof yang menjadikan ilmu pengetahuan sebagai jalan menuju ruang kebijaksanaan. Buku yang sangat layak kita miliki, baca dan hayati untuk menjelmakan pembelajaran 'filsafat' menjadi rutinitas keseharian kita bersama. Selamat membaca.
Iskandar Dzulkarnain
Dosen Sosiologi dan Kepala Pusat Penelitian & Inovasi Sosial Budaya LPPM Universitas Trunojoyo Madura (UTM)

 

Monday, September 29, 2025

Living Qur'an

Di hari pertama Living Qur'an, saya menggunakan papan putih dan penanda papan (boardmarker) yang lebih bersih daripada kapur.

Kami Freirian, dosen dan mahasiswa setara, yang mau mengulik isu bersama untuk sebuah tindakan kolektif. Semisal, bagaimana peduli dengan petani melalui Yasinan? Itu memecah es agar mereka memiliki pijakan spiritual menghadapi kuasa modal.

Kita tak lagi meneliti fenomena semata-mata, tetapi juga menghidupkan kitab suci pada aras nyata. Di sekeliling kami, ada banyak sawah yang ditanami tembakau. Apakah petani telah mengambil untung dari tanaman ini?
 

Sunday, September 28, 2025

Tantangan Pendidikan Agama

Mas Mohamed Imran Mohamed Taib berbagi pandangannya tentang fungsi pendidikan di masa polikrisis. Sebelumnya, direktur Dialogue Centre ini mengulas sejarah pendidikan Islam dan tantangannya di Singapura, dari dalam maupun luar, dalam konteks politik sosial yang unik.
Dengan demikian, kita bisa mengenal apa yang terjadi di kawasan ini, sehingga ikhtiar untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang membebaskan bisa ditanggung bersama. Mengapa penerimaan pelajar jurusan agama dibatasi? Karena terkait dengan serapan tenaga kerja. Sementara di Indonesia kita melihatnya sebagai bagian dari pemenuhan perintah Tuhan tentang "tafaqquh fiddin".
Masalahnya, banyak lulusan pelajar agama kita tidak bekerja sesuai dengan jurusan yang diambil, semisal PAI, menjadi pegawai bank, dll. Pertanyaan lebih jauh, apakah kita perlu pengetahuan yang "spesialis" untuk menjadi orang baik atau saleh?

 

King Bakso Paiton

Kami menikmati makan sore di sebuah warung seusai mami BZ mengajar. Di sini, kami juga melihat banyak orang yang menikmati menu yang sama.
Dua anak memesan pentol keju, kami memilih selera lama, bakso urat dan iga. Beda generasi, beda selera. Saya merasa agak aneh melihat buah hati makan daging dengan campuran keju.
Apa pun, habitus itu pilihan ideologis. Kebiasaan yang dianggap sambil lalu sebenarnya bisa disengaja untuk menegaskan ideologi. Dengan demikian, hidup ini disoal agar tidak sial.

 

Thursday, September 25, 2025

Manusia itu Hewan

Manusia merasa lebih mulia daripada binatang, padahal hidupnya bergantung pada daging, susu, dan jeroan sapi.
Jadi, kiat untuk mengelak konsumsi makhluk berkaki empat, kita bisa memesan tempe dan perkedel bila pesan nasi padang. Eh, kok malah tergantung pada tumbuhan.

Pernyataan di atas jelas memiliki pengaruh yang kuat terhadap cara kita mendudukkan diri dalam alam semesta. Kiai Ilyas menghormati burung yang sedang makan remah-remah dengan mengambil jalan lain agar tak mengganggunya. Betapa penghormatan itu nyata! 

Lalu, apa kaitannya dengan hidup kita hari ini? Mari kita lihat selera kita. Apakah kesukaan kita pada daging itu bawaan atau bentukan? Bila mempunyai pilihan, kita akan segera mengambil tindakan. 
 

Warung Kitoz

Sepulang dari kampus dan sekolah, kami mampir minum. Hidup itu, kata Falsafah Jawa, cuma singgah untuk ngombé.

Selera dan politiknya beda. Mengapa saya harus memaksa liyan sejalan? Dari sini, kami melihat bus Ladju melaju di jalan. Kami pun tahu, setiap perjalanan akan berhenti di terminal.

Lalu, istri dan Zumi menyusul kemudian untuk merayakan sore di warung terdekat rumah. Ibunya mengingatkan bahwa kita tidak boleh membuka telepon pintar. 
 

Tuesday, September 23, 2025

Kondangan

Warga pun sontak menyilakan Pak Haji untuk duduk di ruang utama. Begitulah ketahudirian bekerja, warga biasa duduk di emperan dan orang terpandang di tempat khusus.

Tetapi, status sosial itu tak selalu bekerja di banyak tempat. Orang kebanyakan bisa berada di barisan depan shaf salat Jum'at. Sebagaimana petinggi dihormati dengan gelar karpet merah, ia sekali waktu masuk ke dalam got untuk merasakan kekotoran.

Pendek kata, dalam keseharian, kita akan mengerti struktur, pola pikir, dan ideologi masyarakatnya. Di acara kenduri, saya memilih tempat yang dekat dengan makanan dan jauh dari pengeras suara yang digerakkan oleh soundsystem besar. Hidup itu pilihan, Kawan!

Keterangan: Pak Haji yang dimaksud bukan Rhoma Irama

 

Politik dan Kesejahteraan

1 Oktober 2009, dalam perjalanan pulang dengan kereta api dari Lapangan Terbang Internasional Kuala Lumpur ke Terminal Bis Puduraya, saya masih menemukan tulisan ABOLISH DSA! di pintu keluar stasiun Pasar Seni. Tulisan yang mungkin mulanya Abolish ISA! ini menandakan dua kekuatan besar yang sedang bertarung dalam dunia perpolitikan Malaysia, Najib dan Anwar.
Kini, gelanggang sudah berubah. Anwar menghadapi Muhyiddin Yasin, PN, wakil dari dapil Pagoh. Politik tidak pernah berubah, arena pertarungan antara para tokoh. Media pun berubah, tidak lagi coretan di dinding, tetapi di media sosial. Ngeri! di belantara ini, kata kasar, sumpah-serapah, dan makian berhamburan.
Tidak berbeda dengan kita. Warga meluahkan kejengkelannya dengan status di microblogging, seperti X, Facebook, dan Instagram. Ade Armando melihat kelompok 212 berada di balik gugatan terhadap ijazah majikannya dan grup lain pun menimpalinya dengan sengit. Bukankah HRS mendukung Prabowo Subianto? Itulah politik.
Kekuatan alternatif itu adalah warga yang waras. Mereka melihat kekuasaan adalah alat untuk mewujudkan kesejahteraan. Bila tidak bekerja, siapa pun bisa tumbang.

 

Monday, September 22, 2025

Kuliah


Kegiatan ini adalah kuliah yang disampaikan oleh banyak sarjana di Asia Tenggara, yakni Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina. Temanya tentang pengembangan pengetahuan, nilai, dan kerja sama untuk meningkatkan keterlibatan warga kampus. 

Dengan demikian, mahasiswa Universitas Nurul Jadid dan perguruan tinggi lain yang hadir dalam acara ini bisa melihat dari dekat pengalaman tetangga dalam kehidupan agama, baik di ruang publik dan pribadi. 

Pendek kata, pendidikan di kampus itu membuka diri pada pandangan praktisi, pegiat, dan pemangku kepentingan agar kehadiran civitas academica relevan dengan tantangan sekitarnya.  

Friday, September 19, 2025

Ngalap Berkah |

Abaikan rambut saya yang tak seperti biasa ketika berfoto, rapi jali, seperti Harmoko. Mas Yanuar, editor, memberitahu saya melalui WA bahwa di waktu rehat siang karyawan berjamaah. Ya, saya sempat melakukannya ketika berkunjung ke Mas Edi Mulyono. Tak hanya soal produksi pengetahuan, justru, perbincangan kami berkisar tentang masa depan pendidikan anak. Si sulung Mas Edi akan berkuliah ke negeri Matahari Terbit, tempat kelahiran Toshihiko Izutsu.

Tak terpikir, seusai sembahyang mereka berzikir dgn menyebut asma'ul husna, yang ditutup dgn sifat dua puluh. Setelah sekian tahun, baru kali ini saya melantunkan wujud, qidam, baqa' dst setelah salat bersama. Dulu, kami melakukannya di surau sesudah magriban. Kiai Tamhid dan teman-teman tetiba berlegar di kepala, betapa saya membesar dalam tradisi Asy'ari. Pengalaman ini semacam panggilan untuk merawat kebiasaan ini lagi.

Tak pelak, ketika menjelaskan aliran Kalam di kelas, ikatan emosional terpatri pada Asy'ari, seraya ide Mu'tazilah sering menggoda untuk diterokai. Apa mungkin kita beralih terbalik?

Kaus

Mas Hamzah Sahal, terima kasih kaos Alif, yg bermantra ujaran Mahmud Darwish, saya pakai. Ia (berada di dalam) mengikuti pesan Kiai Hasyim Zaini, Paiton, bermanfaat tapi tak menonjolkan diri.
Saya dan Pak Arsono, 43th, TKI asal Batang-Batang Sumenep Madura saling bercerita di atas ketinggian 10 ribu kaki. Saya tanya? Kenal Zawawi Imron? Budayawan Pak.
Meskipun lulusan SD, buruh ini tahu dunia dan berduduk di kursi deretan pertama AIR ASIA. Hidup pekerja!

 

Jejak Belajar Tafsir

aya menyampaikan pada Mas Kiai Muhammad Mushthafa untuk membedah buku pertama kali di Annuqayah, tempat saya belajar tafsir. Akhirnya, janji ini bisa ditunaikan dengan baik. Dengan melibatkan mahasiswa Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Diskusi hidup dan menantang. Jelas, mereka adalah mahasiswa yang sungguh-sungguh mengambil jurusan tersebut. Kehadiran Dr Fatkhurrasyid sebagai pembanding telah menjadikan acara ilmiah tersebut makin bergizi.
Sebelumnya, saya dan Mas Ajimuddin Elkayani berjumpa dengan Pak Kiai Mohammad Husnan. Ikatan yang telah lama terpatri menjadikan pertemuan ini mudah memantik kehangatan. Sebagai orang yang dulu berkecimpung dalam organisasi kemahasiswaan, Kiai Husnan tentu tahu bagaimana mendorong mahasiswa INSTIKA untuk bergiat dalam program ekstrakurikuler.
Dengan mengambil tempat jauh dari kota, INSTIKA tetap berhasil menjadikan kampus ini tersambung dengan banyak negara, seperti Jerman dan Malaysia, dengan memanfaatkan jaringan internet untuk menghadirkan sarjana secara maya di ruang kelas Bukit Lancaran. Pendek kata, batas pusat dan pinggiran roboh berkat kegigihan Gus Muhammad Mushthafa.
Secara pribadi, ghirah di atas sejatinya lahir dari pesan almarhum Pak Kiai Abdul Warits Ilyas bahwa hubungan spiritual dan intelektual kiai-santri itu abadi.

 

Wednesday, September 17, 2025

Falsafah Harian

Kebetulan? Tidak. Pereka desain sampul memahami bahwa penulis adalah seorang tradisionalis-eksistensialis. Boleh jadi, sebutan terakhir itu hanya tempelan agar ada cantolan ke falsafah. Tetapi, apa pun label itu, ia mudah retak. Sebab, dalam kesendirian, saya tak tahu apakah kata cukup menggambarkan kenyataan.
Setidaknya, mitra dan lawan telah tahu di mana saya bertempat dan mengambil sikap. Dalam sebagian, saya menikmati keseluruhan hidup. Inilah autentisitas itu. Kita menjalani peran kita sebagai diri yang berada di sebuah ruang dan waktu.

Bila tercerabut, kita mungkin sedang mengimpikan utopia.

 

Monday, September 15, 2025


 Pengakuan pengaruh luar terhadap identitas dapat melonggarkan batas. Betapa lancung menegaskan jati diri seraya menutup diri sementara tanda-tanda yang menempel pada dirinya adalah pinjaman dari banyak sumber.

Bila hendak menjadi asli, kita bisa menjadi diri sendiri seraya berterima terhadap kehadiran orang lain. Kala berteman dengan seorang kiri, saya paham mereka juga menerima kanan, apa pun alasannya, sebab dalam titik tertentu manusia hendak sama-sama mencari keselamatan dan kesejahteraan.

Memilih aliran itu bisa didorong oleh perasaan, yang ditopang akal budi. Yunani adalah impian saya untuk menemukan pengalaman batin. Seperti dilukiskan oleh Daniel Klein dalam Travels with Epicurus: A Journey to a Greek Island in Search of a Fullfilled Life, menua itu selesai dengan duduk di tepi pantai sambil menyesap minuman. 


Sunday, September 14, 2025

Sunyi dalam Bunyi

Lupakan semua itu dan kembali pada apa yang nyata, nyanyi David Gray dalam Babylon. Melalui The New radio 88.5 FM, saya menikmati folkrock di pagi hari. 

Lalu, apa yang nyata dalam kehidupan kita? Jelas, kita tidak sedang berada di panggung yang membuat selalu tampak depan dan mengenyahkan tampak belakang. Kita yang sesungguhnya adalah apa yang dilakukan sehari-hari. Itulah mengapa falsafah harian relevan untuk dicandra dan dihayati dengan hati setelah logika tak cukup untuk merangkul nasib.

Kalau diperhatikan, lagu-lagu dari pelbagai jenis itu menggambarkan pengalaman universal. Bila Gray menyarankan kembali pada yang real, Rhoma Irama menyarankan umat kembali pada iman dan takwa karena itu obatnya dalam menyembuhkan "overthinking". 

Kala direnungkan, tubuh yang kuat itu disangga oleh pikiran yang jernih. Lompatan iman dalam gagasan Kierkegaard, saya pikir, hendak melewati dua fase sebelumnya, estetis dan etis. Tetapi, karena kita hidup bermasyarakat, dua tahap pertama juga dirayakan. Apa pun tahapan eksistensial itu, dalam kesendirian kita bisa mendiam bunyi menjadi sunyi. Sejati. 

 

Cermin

 

Saya membayangkan dosen itu seperti Peter Singer, yang mendermakan 80 persen gajinya untuk kegiatan sosial. Karyanya bertajuk Animal Ethics dikenal di seluruh dunia. Komitmennya pada hak hewan tak diragukan, apalagi manusia.
Namun, kadang hidup perlu dialami lebih dekat. Pak Nurhamid adalah dosen Matematika Universitas Nurul Jadid - UNUJA yang istikamah mengaji kitab dengan konsentrasi penuh. Di lain waktu, tamatan Unibraw tersebut pernah memasukkan sampah yang berserakan ke tong akibat ulah kucing sepulang dari jamaah zuhur di musala kampus.
Lulusan Universitas Kanazawa ini membawa tumbler air untuk mengurangi penggunaan botol plastik. Inilah yang perlu orang lain juga lakukan. Wujud dari ibadah personal itu adalah kepedulian pada manusia dan lingkungannya.

Radio

Pertama kali saya tahu radio Bromo FM ini adalah kala mengikuti kegiatan Majlis Ulama Indonesia Kabupaten di gedung Islamic Centre. Saya sem...