Tuesday, May 31, 2022

Buku dan Lain-Lain

Inilah buku yang sering dibawa ke mana-mana sejak dibeli di Kinokuniya Kuala Lumpur. Maklum, ia buku kecil dan kalimat pertama dalam bab satu yang cukup menantang,"Semua omong kosong ini, keberadaan Tuhan, ateisme, determinisme, pembebasan, masyarakat, kematian, dll., adalah potongan-potongan permainan catur yang disebut bahasa, dan mereka menghibur hanya jika seseorang tidak menyibukkan diri dengan menang atau kalah dalam permainan catur ini" (Marcel Duchamp, 1887-1968).

Lebih dari itu, saya bisa membuka sekali-kali tatkala bermain telepon pintar. Zumi dan Biyya tentu tidak akan melihat sang ayah selalu asyik memelototi media sosial. Tak pelak, di sela-sela halaman buku ini banyak lembaran tiket, seperti karcis bus AKAS, tiket masuk Kota Mahsuri Langkawi Malaysia dan tiket bioskop (film Frozen) di Aman Central Kedah. Wah, peristiwa ini tentu menghadirkan sensasi tersendiri bersama keluarga. 

Selain itu, ada kartu KMC (Kedah Medical Center) yang mengingatkan kami pada si bungsu yang harus menginap di rumah sakit karena pneunomia. Tanda bukti bayar zakat sejumlah RM 7 adalah potongan yang mengingatkan kami di akhir-akhir Ramadan di Kedah. Oh ya, saya sering membuka buku ini ketika menunggu Biyya pulang sekolah. Maklum, Karya Alain Stephen ini diletakkan di jok motor. 

Monday, May 30, 2022

Perjalanan Paiton-Jember


Dalam perjalanan ke Jember, di tengah jalan Zumi minta kudapan dan minuman. Padahal, di rumah kami telah menyediakan sarapan. Kami pun berhenti di depan warung. Betapa menyenangkan duduk di sini tatkala sinar mentari pagi masih hangat. 

Saya memenuhi undangan UKM Penalaran dan Penelitian Mahasiswa UIN KHAS Jember untuk membahas buku Aksin Wijaya berjudul Fenomena Berislam: Genealogi dan Orientasi Berislaman Menurut Alqur'an. Sebagai pembanding, saya melengkapi pembacaan dengan The Qur'an and the Secular Mind karya Shabbir Akhtar. 

Dalam bukunya, Shahbir menegaskan bahwa only the earlier (rationalist) school of Mu'tazilites upheld the view, more compatible with our modern moral sentiments, that all human beings are capable of discriminating between good and evil, prior to and independently of revelation, and solely in virtue of their humanity (2008: 101). Berbeda dengan Aksin yang mengutamakan pandangan Maturidiyah  terkait pembedaan antara baik dan buruk yang dianggap moderat. 

Tentu, perdebatan di atas bisa berlangsung dengan baik di acara bedah buku yang menghadirkan penulis dan Dr Abu Chaer, LPT PCNU Indramayu di hadapan kaum terpelajar, mahasiswa. Selebihnya, isu kontroversial di dalamnya tidak mudah dibahas secara bebas di tengah khalayak. 

Tanpa mengabaikan kegiatan ilmiah ini, justru saya sangat menikmati perjalanan dari Paiton ke Jember karena melewati jalan kampung yang hijau dan melihat bukit-bukit yang berderet-deret di sepanjang jalan Bondowoso. Apalagi, di tengah-tengah "hutan", ada pasar Wringin yang ramai, seakan-akan keramaian di tengah kesunyian. Lagu-lagu Iwan Fals yang diputar menambah keriangan. Ada ruang estetis yang logika mau beristirahat seketika. Hidup tak melulu akal budi, tetapi juga hati. Untuk itu, hati-hatilah membawa diri! Hehe


Saturday, May 28, 2022

Produk Lokal

Sebuah pasaraya menyediakan satu alur rak untuk menyediakan produk lokal berupa makanan ringan. Tetapi, dua anak saya malah memilih keripik kentang Chitato Lite dan Potatoes Bee buatan Wings.  

Jenama pabrik besar memang lebih mudah didapat karena ia bisa ditemukan di banyak gerai. Sebenarnya, produk lokal juga ditemukan di banyak pasar mini di dekat rumah, namun anak-anak masih suka kudapan perusahaan besar. Memang, sekali waktu, si ibu memotong kentang sendiri dan menggorengnya agar buah hati kami bisa merasakan hasil camilan sendiri.

Di tengah dorongan banyak pihak untuk UMKM, sepertinya kita perlu memulainya dari keluarga sendiri untuk menikmati produk setempat. Setidaknya, tadi ibu beli rujak buah, yang berbahan lokal. Alhamdulillah

Walimatul Khitan

Dua hari yang lalu, saya menghadiri kondangan sunatan anak Pak Doni, jiran rumah. Setelah salat magrib, saya berangkat dan duduk di kursi urutan kedua. 

Ternyata, ada rombongan hadrah yang baru datang. Betapa bersemangat saya menunggu acara. Kemudian, Pak As'adi, pembawa acara, membacakan urutan acara, lalu kelompok penerbang membawakan lagu Jawa yang magis. 

KH Achmad Rosyidi Baihaqi, pengasuh pondok Miftahul Ulum Jember, mengurai khitan dari sejarah, fiqh, dan tafsir. Saya mengikuti ulasan bernas dengan cermat. Lalu, selawat mengakhiri acara. Malam yang menentramkan. 

Tuesday, May 24, 2022

Lapisan Makna Kata


Dalam karya ini, menjadi Muslim itu sederhana, yakni beriman, berislam, dan berihsan. Sebagai pernyataan ideal, kita menerima identitas ini benar, tetapi penerapan pada masyarakat telah berjalin kelindan dengan banyak lapisan, sehingga wujudnya beranekaragam. 

Membumikan gagasan ideal ini pada keseharian jelas sangat menantang. Bagi awam, ide itu melekat pada orang alim dan saleh. Bagi sarjana, bagaimana pesan bisa disampaikan pada khalayak agar keutuhannya tidak koyak.

Dengan menimbang lapisan makna kitab suci, yaitu lahir, batin, moral dan kiasan, tentu setiap pesannya hinggap di kepala setiap orang secara berbeda. Menelusuri pesan awal tidak mudah, karena kata-kata sendiri bertemu dengan banyak sentuhan lokal. 

Tetapi, percakapan yang didasari untuk hidup bersama di bumj akan melihat perbedaan sebagai mozaik. 

Friday, May 20, 2022

Kawan Sekelas


Juhdi adalah kawan sekelas di Akidah Filsafat IAIN Sunan Kalijaga. Kami baru bertemu setelah hampir tiga puluh tahun lebih tidak bertemu. 

Lelaki kelahiran Jepara ini adalah satu rekan yang mengilhamkan saya untuk menatap hidup dengan lebih berwarna dan cerita. 

Beruntung kami memiliki grup WA yang memungkinkan untuk berbagi sesama angkatan 92. Betapa pun kini memilih jalan-jalan sendiri, tetapi jejak belajar di sini jelas meluaskan cakrawala. 


Wednesday, May 18, 2022

Arus Mudik


Betapa menyenangkan kami kembali dengan doa dari seluruh keluarga. Foto ini ternyata menyuguhkan wajah Zumi yang ceria tatkala dipeluk dari belakang oleh sepupunya, Dini. Ya, si kakak  akrab dengan adiknya. 

Mereka adalah bagian terdekat bagi kami secara emosional. Keberangkatan kami disertai hangat pagi sehigga perjalanan yang dihantui macet tidak mencemaskan. 

Foto ini akan melengkapi kepingan-kepingan yang akan mengabadikan hubungan kekeluargaan hingga anak-anak tumbuh dewasa nanti. Kami akan mewariskan relasi hangat yang menerangi jalan hidup mereka. Setiap keluarga melakukan hal ini untuk menyangga dunia yang lebih besar.. 

Selaras dengan Alam


Dengan menonton tayangan televisi, saya bisa memerhatikan perjalanan Colbert tanpa terganggu notifikasi telepon pintar. Acara bbc earth ini mengisahkan kehidupan Colbert di hutan rawa selama tiga puluh tahun lebih sendirian. 

Dengan membangun rumah pohon, ia senantiasa seperti remaja yang suka bermain, sebagaimana juga berenang tanpa sehelai baju. Katanya, dengan dekat dengan alam, hidup akan dijalani secara murni. 

Di usianya berkepala tujuh, ia masih bisa membangun rumah pohon lagi, selain mencari makanan dan minuman dari sekitarnya tanpa harus membeli. Apakah ini maksud sesungguhnya dari kata Gandhi bahwa bumi telah menyediakan cukup bagi manusia, tetapi tidak untuk yang rakus? Tantangannya bagi kita yang hidup normal pada umumnya adalah bagaimana sedapat mungkin memanfaatkan matahari, air, dan tanah tanpa eksploitasi yang berlebihan. 

Monday, May 16, 2022

Kisah Buku [2]




Cetusan terakhir dari penerjemah merupakan renungan pribadi. Kita tidak akan berhenti di fase yang semestinya dilewati. Tetapi, betapa banyak orang bertikai di dua arena ini, yakni pengalaman dan pengetahuan dari (tentang) agama.
Bacaan ini, Misteri Agama dan Refleksi Filsafat (Ircisod, 2022), bisa menjadi peneman untuk menjalani bulan puasa. Kita tentu telah meraup ingatan dalan menjalani kewajiban. Namun menimbangnya secara utuh melalui perenungan akal budi tidak bisa dielakkan. Ini bisa diraih dengan menghadirkan pikiran orang lain, yang meletakkan agama-agama dalam bakul yang sama.

Dengan mengunggah catatan ini di blog, saya berharap bisa menemukan lapisan-lapisan makna dari uraian. Ternyata, kedudukan biner, mistik dan refleksi, itu adalah penyederhanaan dari sesuatu yang kompleks. Dari sini, kita bisa melewatinya untuk tidak membelenggu dua kaki kita.

Majalah Alfikr

Pilihan tema dan gambar halaman sampul adalah pilihan cerdik dan cetusan kritik. Edisi ini bukan sekadar merekam apa yamg terjadi, tetapi keberpihakan media pada manusia dan alam.

Jika puncak kebajikan agama adalah kepedulian pada manusia, maka kesalehan itu hadir untuk menolong korban. Para awak Alfikr telah berhasil merekam apa yang terjadi dengan lingkungan tidak jauh dari tempat mereka tinggal.

Apa pun, majalah ini merupakan hasil dari kerja sama dari banyak orang dengan latar belakang dan kapasitas yang berbeda. Tetapi, semua keterampilan lunak dan keras itu bertumpu pada kehendak bersama bahwa gagasan-gagasan besar itu tidak hanya berada di dunia abstrak, tetapi juga konkret.


 

Kisah Buku [3]


 

Buku terbitan April 2022 ini ditengok kembali untuk memahami kata dan pada judul. Kata penghubung ini mengingatkan lema yang sama pada karya Gadamer untuk memisahkan metode dan kebenaran.
Tetapi, pada praktiknya agama bisa dijalani sebagai amalan yang memerlukan simbol-simbol. Secara subyektif, kita memang menghadirkan Tuhan yang maha tidak terbatas pada lambang-lambang yang lokal dan parsial. Celaru, bukan?
Tidak. Dalam keterbatasannya kita ingin mengjangkau apa yang tak terkatakan, meskipun kata filsuf, apa yang bisa dipahami adalah sesuatu yang bisa diungkapkan dalam bahasa. Pendek kata, simbol yang menghadirkan pengalaman misterius sekalipun perlu diungkapkan dalam barisan kalimat.
Namun demikian, kata-kata itu perlu istirahat sebab mereka mewakili sesuatu, yang justru tidak bisa diringkus oleh huruf. Itulah mengapa pengalaman menjadi bahasan tersendiri dalam buku ini. Untuk itu, setiap orang akan kembali pada suasana sunyinya masing-masing setelah berpikir dan berzikir.
Bila ada orang yang suka bising soal hubungan agama dan pemikiran, mungkin yang bersangkutan baru belajar menata kata. Padahal, serumit apapun yang dipikirkan, baik religius maupuan sekuler, ia akan hadir dalam lambang dan tindakan.
Duh, pesona kata dan bunyi ini memang nyata ada. Lagu Utha Likumahuwa melalui radio Suara Surabaya FM membawakan "Sesaat Kau Hadir". Bukankah setiap orang akan menempelkan pengalamannya sendiri pada nyayian secara berbeda?

Crazy Rich Asians


Setiap individu akhirnya akan tunduk pada kebiasaan kelompoknya tempat ia hidup. Sebagaimana kami justru mencari makanan Jawa Timur di Jalan Orchard dan nasi Padang di Marina Bay Sands.

Sejauh apa pun kita pergi, kita membawa kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil. Kalaupun berubah, kita tunduk pada kebiasaan yang lain. Kita tak pernah menjadi manusia baru hari ini.
Dari banyak adegan, lagu Can't Help Falling in Love dalam pesta pernikahan di gereja Metodhist itu sangat menyentuh. Mengapa? Lagu ini menjadikan petistiwa sakral ini syahdu, meskipun asal-muasal lagu ini berbeda dengan tradisi Elenor, Hokkien tentang orang kita, tetapi kehadirannya yang Barat, membuat suasana harmonis. Itu artinya batas adalah mitos. Itulah mengapa logos mesti ditimbang. Namun, bila musik hadir, nalar beristirahat. Mari rehat sesaat!
Sumber gambar: TRANSTV

Islam "Murni" da Budaya

Lelaki itu menganut Islam budaya. Baginya, lebaran adalan petasan, rendang dan lemang. Temannya menemukan kesyahduan dalam takbir di tanah suci. Setiap orang menemukan jalan hidup.

Tetapi, bila agama adalah akhlak, maka siapapun harus tunduk pada ketertiban umum. Sesederhana ini manusia berlakon di dunia, selebihnya adalah soal ia berada pada tangga eksistensi tanpa disadari. Kita bisa meletakkan pada bakul mana seseorang menyatakan dirinya, "murni" atau budaya. Meskipun, batas-batas ini kadang tidak tegas, sebab seseorang bisa menjalani keduanya tanpa beban. 

Ya, sehari sebelum hari raya, saya duduk di lapak ini tak jauh dari masjid dan rumah. Ada seorang warga yang membeli mercon seharga Rp 540 ribu, besaran yang tak masuk akal. Ia menghabiskan uang sebanyak itu untuk dibakar dalam hitungan detik. Tetapi, mungkin pengaruh kepuasan mampu mengisi hasrat. 

Apa yang penting?

Dari buku ini, kita bisa menengok versi konten di siniar (podcast) McKeown. Dengan demikian, pembaca bisa mengenal lebih dekat dan emosional dengan pengarang.
Dengan mengatakan tidak pada permintaan yang kita tak merasa nyaman dan memastikan yang pokok memberi jalan untuk mengenal diri secara utuh. Masalahnya, kita hidup bersama orang lain.
Setidaknya, dalam kesendirian kita memilih apa yang diyakini sebagai esensial. Teapi, di era media sosial, apa yang pribadi dan sosial tumpang tindih. Hal remeh-temeh yang dianggap tidak esensial justru menghibur. Malah konten para pesohor Youtuber mendatangkan pelanggan dan pelihat, sehigga kita tidak bisa melihat hal pokok dalam kerumunan.

Menariknya, betapapun buku ini mengutip Plato dan Heidegger, uraiannya bisa dijangkau khalayak. Semestinya, gagasan besar seeloknya dapat dicapai oleh orang ramai. Sehingga, semakin banyak orang yang akan mengerjakan hal-hal penting, yang menurut saya terkait kebutuhan sejati, yakni makan, pakaian, dan tempat tinggal. Tetapi, ketiganya kini telah dibebani oleh riasan, hiasan, dan aksesoris, bukan?

 

Saturday, May 14, 2022

Cuba menurut BBC Earth


Kata Joanna Lumley,  pasti Fidel Castro dan Che Guevara cemberut karena biaya menginap semalam di penginapan ini 5000 dollar.  

Sementara gaji guru yg menjadi pemandu turnya di Cuba hanya sebesar 25 dollar. Tetapi, tukas mantan pengajar itu, biaya kesehatan dan pendidikan gratis.  

Acara di bbc earth ini memotret negara komunis ini dengan hangat. Seni Rumba dibawakan oleh keturunan pekerjaan migran dari Afrika dengan tarian dan nyanyian yang ceria. Di tengah bangunan-bangunan lama dan mobil-mobil kuno yang berseliweran di jalanan, apakah negeri tetangga Amerika itu bisa dibilang tidak maju meskipun angka melek huruf 100 persen? 

Kata Nietzsche tentang Islam

Saya ingin hidup di antara Muslim untuk waktu lama, khususnya di mana iman mereka adalah paling taat: dengan cara ini saya berharap untuk mengasah penilaian dan mata saya untuk semua yang berbau Eropa. 

(Friederich Nietzsche, 13 Maret 1881)

Kutipan di atas menjadi pendahuluan pada bab kedua, yang dibuka dengan pertanyaan Apa yang dimaksudkan dengan menjadi seorang Muslim? Usaha apapun untuk menjawab sebuah persoalan semacam ini berisiko yang mengarahkan pencari jatuh ke jalan dengan banyak sisi-jalan; masing-masing tampaknya menawarkan sebuah jawaban tetapi, juga mengarahkan satu kesesatan dari rute asli. 

Mengapa Nietzsche? Nietzshe adalah bukan hanya seorang filsuf dan seorang filolog. Pandangan psikologisnya mendapatkan akar dari apa yang dimaksud dengan menjadi menjadi manusia, sementara filologinya mengapresisasi pentingnya bahasa dan penafsiran. Disiplin-disiplin ini sekaligus menjadikan Nietzsche sebagai penyumbang berharga terhadap perdebatan  yang menaruh perhatian pada hubungan kepercayaan-kepercayaan metafisik dengan kehidupan sehari-hari, hingga kejiwaan Muslim, hingga sebuah kepercayaan yang sangat bergantung pada teks sebagai sebuah cara menafsirkan dunia. 

Jadi, bila penulis Those Spoke Zarathustra ini menjadikan Islam sebagai cermin, kita juga melakukan hal serupa untuk memahami diri sendiri. Tentu, tidak mudah, mengingat sosok melankolis ini dicap ateis, apalagi menggiring gagasan-gagasannya ke tengah khalayak. Tetapi, membaca pikiran liyan adalah tidak seperti menyalakan mercon bersumbu pendek, yang hendak menghasilkan bunyi kecil dan berkali-kali. Pembaca mengulik huruf dan mengambil ide utama untuk berharap ledakan besar. 


Thursday, May 12, 2022

Kuburan Ayah


Dulu, ketika masih berusia 5 tahun, Biyya pernah berujar bahwa ia ingin menemui sang kakek dalam kuburnya. Kami pun terdiam. Kini, Zumi berkata lain, apa mbahnya melihat ia berdiri di pinggir makam? Kami pun menahan tawa.

Setiap anak akan mengenang kebaikan ayahnya. Kini, giliran saya untuk membawa anak-anak menekuri jalan panjang orang tua keduanya. Tidak hanya itu, kami juga nyekar ke buyut mereka dan kakek ke-9 mereka, almarhum Rowi bin Syihabuddin yang berada tak jauh dari kami duduk merapal doa-doa. 

Untuk menuju ke sini, kami berjalan kaki sambil menikmati jalan raya kampung dan pertokoan yang berjejer di sepanjang jalan menuju gang ke rumah, dari toko buah, apotek, material, dan cukur rambut. Apa pun perubahannya, setiap orang akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk merawat kebutuhan batinnya, seperti ziarah ke kubur. 


Tuesday, May 10, 2022

Odong-Odong


Dengan meletakkan pengalaman ini di blog, anak-anak nanti tidak hanya bisa menelusuri kembali ingatan, tetapi juga kehangatan bersama keluarga dan kenangan kampung halaman di hari raya. Kendaraan roda tiga VIAR ini dihias sedemikian rupa dan dilengkapi dengan layar TV dan perangkat musik. 

Dengan membayar Rp 5000 per orang, si ibu, Dini, Biyya dan Zumi menikmati jalan kecamatan dan desa yang dilalui Odong-odong. Kegembiraan terpancar seperti lampu-lampu warna-warna yang menyelimuti badan angkutan ini. Saya pun meminta pada supir untuk memutar lagu Rhoma, yang memantik tawa mereka. 

Ada empat angkutan serupa yang memenuhi jalanan malam itu dengan memutar pelbagai jenis lagu, seperti selawatan, anak-anak, dan dangdut. Menariknya, ada "kereta" yang dihias dengan ornamen kerajaan Hindu zaman dahulu kala. Sembari menunggu mereka, saya melemparkan ingatan ke masa kecil tatkala jalanan ini masih sepi, tidak ada lalu lalang kendaraan dan warung makan. Kini, semakin banyak orang yang menikmati waktu lebih panjang dengan hiburan dan kudapan. Di sini, saya sempat menikmati Batagor yang dijual oleh pendatang dari Banten. 

Pohon Jambu


Dengan mengambil latar pohon jambu, kami ingin menjadikannya sebagai penanda bahwa kehadirannya bermanfaat untuk halaman rumah di kampung halaman. Di sebelahnya, ada pohon pepaya dan kelor, selain banyak bunga hiasan dalam pot yang dikapur putih. 

Di teras depan, kami sering duduk bersama keluarga, termasuk menerima tamu. Kadang, percakapan lahir begitu saja di sini, seperti di malam ketiga hari raya, setelah tamu dari Guluk-Guluk pulang, justru kami melanjutkan obrolan ke sana kemari hingga larut malam. 

Cerita mengalir begitu saja, seperti pengalaman saya dan kakak ipar pergi ke sebuah tempat terpencil untuk menemui seorang dukun. Dini dan Biyya tertawa lepas ketika saya berkisah sambil menirukan gaya dukun yang menggetarkan kedua tangannya karena serangan kekuatan gaib. 

Kadang, banyak hal yang kita nikmati dalam hidup tidak pernah dirancang, namun hadir begitu saja. Tetapi, ini tentu datang di momen tertentu, seperti liburan di hari raya ketika kami mudik untuk bertemu ibu dan saudara. Setelah ini, kami menabung kerinduan untuk menangguknya kembali pada lebaran yang akan datang. 

Monday, May 09, 2022

Homo Sapiens


Sebelum bertolak dari kampung halaman, Biyya selalu bertanya apakah kami akan singgah di Surabaya untuk membeli buku. Akhirnya, kami sampai di Royal Plaza pada pukul 12 siang setelah melaui beberapa titik kemacetan di Camplong dan jalan memutar sebelum Tanah Merah. Namun, sebelum mengunjungi Gramedia, kami makan siang dulu. Siapa pun dalam keadan lapar tidak akan bisa melakukan sesuatu dengan nyaman dan riang. 

Di sini, penyuka Harry Potter ini memlih lima buku, salah satunya adalah Sapiens Grafis: Kelahiran Umat Manusia yang diadaptasi oleh David Vandermeulen dan Daniel Casanave dari karya Yuval Noah Harari. Sebenarnya, saya telah mengoleksi buku Sapiens: A Brief History of Mankind sejak lama, namun Biyya tidak tergerak untuk membacanya. Ternyata, gagasan besar Yuval bisa menarik anak-anak bila disampaikan dalam bentuk gambar. Daya magis komik! 

Ya, sebuah gambar bercerita seribu kata. Di halaman "pertama" tampak foto Yuval yang tampak duduk yang di atasnya ada kata-kata dalam bulatan, sekitar 15 miliar tahun silam, zat, energi, waktu, dan ruang terakhir dalam apa yang dikenal sebagai ledakan besar. Saya berpikir bahwa apa yang saya suka dan bayangkan hari ini belum ada pada waktu, termasuk isu yang dipertikaian oleh manusia hari ini. Jika begitu, mengapa kita bertengkar?  


Dunia Anak


Setelah mendapatkan buku terjemahan yang diinginkan, Plants vs Zombies Zumi duduk di depan rak ini sambil memegang mainan hewan. Ia menunjukkan empat anak singa pada sang ibu dengan riang. Sementara si kakak mengelilingi banyak rak untuk mencari buku cerita. Setelah mendapatkan apa yang dicari, kami pun membayar di meja kasir. 

Karena tidak menyediakan tas plastik, petugas menawarkan wadah berbayar, Rp 9000. Sebagai pelanggan, kami mendapatkan bonus pijat elektronik selama 20 menit. Betapa menyenangkan tubuh ini ditekan oleh benda yang bergerak perlahan dan cepat silih berganti setelah perjalanan 5 jam dari Sumenep. Mungkin, pemerintah daerah lain perlu meniru Pemprov Surabaya yang melarang penggunaan tas plastik. Tabik!

Kemudian kami beranjak dari Gramedia Royal Plaza menunju arena bermain. Saya menunggu Zumi yang bermain di KooKooRoo sambil membaca Dahsyatnya Kebiasaan oleh Charles Duhingg. Setelah agak lama duduk di lantai, seorang petugas keamanan memberitahu tidak boleh di duduk lantai. 


Friday, May 06, 2022

Pandangan Dunia Awam

 

Di hari kelima Syawal, saya baru menyesap kopi sachetan dengan menggunakan secara khusus gelas bergambar bunga Turi (Madura: Toroi). Seraya membuka kembali pertanyaan orang-orang Yunani tentang persoalan yang sangat mendasar, siapa saya? Bagaimana seharusnya saya menjalani hidup? Apa makna kematian bagi saya? 

Sejenak, saya menimbang benak banyak orang di kampung dalam menjawab pertanyaan di atas, yakni hamba Tuhan dengan menjalani perintah-Nya melalui ibadat sehari-hari dan meyakini bahwa kematian adalah jeda untuk menjalani kehidupan akhirat. Tentu, kepastian ini telah memberikan mereka tujuan dan makna, yang mungkin manusia lain menganggapnya ilusi. 

Tetapi, kenyataannya batas yang percaya dan tidak percaya pada agama hidup secara konkret yang perlu makan dan minum. Satu sama lain saling memenuhi kebutuhannya. Sebagaimana kopi yang saya teguk mungkin dibuat oleh orang yang tidak memiliki kepercayaan yang sama dan malah percaya pada bumi datar, kepercayaan yang sering diolok-olok oleh cerdik pandai, yang bukan saintis. Bukankah pengetahuan itu tidak pernah hadir secara total dalam memahami sebuah kenyataan? Ia hanya satu sudut dari banyak sudut dalam melihat 'benda'. Mengapa kita tak melihatnya perbedaan itu sebagai kepingan mozaik saja yang mendatangkan keindahan?



Keluarga di Hari Raya

Dini, keponakan, mengatur pewaktu (timer) telepon agar kami bisa berfoto bersama. Sebagai sepupu tertua, ia juga memberi aba-aba agar pada klik foto untuk kedua kalinya, kami mengatakan yeah! 

Dalam peristiwa sepersekian detik ini, kami pun bergembira. Ada buncahan keriangan di luar kebiasaan sehari-hari yang resmi dan itu itu saja. Ia seakan-akan katup yang mampu menjebol kebekuan dan kebosanan keseharian. 

Menjadi bagian dari dunia anak-anak yang masih berusaha menemukan hidupnya, tentu kepingan ini bisa menjadi sebagian cermin mereka untuk melihat cakrawala bahwa keluasan dunia bermula dari keluarga. Tentu, suasana seperti ini juga dialami oleh banyak manusia sejagad di hari yang mulia ini. 

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...