Friday, October 31, 2025

Menuju Mazhab Tanjung

 

Warga memulai dengan kegiatan Dekolonisasi Pengetahuan. Ia bukan lahir dari anti ini dan itu, tetapi kesadaran epistemologis bahwa sumber pengetahuan itu terdiri dari wahyu dan penalaran.

Pertanyaan besar yang diajukan oleh Kiai Imdad adalah apa basis pengetahuan pesantren di sela-sela menunggu upacara HSN di Ayaman, Karanganyar. Kala menyebut Ibn Khaldun sebagai salah satu teladan sarjana yang terbuka terhadap diskursus ilmu sosial, apakah nanti di Nurul Jadid akan digelar pengajian kitab al-Muqaddimah?

Kami pun tak ingin latah dengan mazhab yang berdasarkan tempat, seperti Frankfurt, dll, sebab kami sejak kecil sudah akrab dengan mazhab Kufah dan Basrah. Namun, kami tidak ingin menjadi kepanjangan dari kuasa Timur Tengah, apalagi Eropa.

Sebentar lagi Kiai Fayyadl akan meluncurkan anggitan turatsnya, yang akan menambah khazanah keilmuan pesantren. Kalaupun tidak berbuah mazhab, apa pun nama yang akan ditempelkannya, setidaknya ide-ide itu ditulis dalam naskah agar dibaca oleh khalayak

Thursday, October 30, 2025

Persahabatan

Dalam Syarh al-Hikam, al-Shuhbah penting dan sekaligus genting. Bila ia baik, maka dekatlah, dan sebaliknya menjauhlah. Kiai Imdad Robbani lebih jauh mengaitkannya dengan pengaruh lingkungan lebih luas dalam membentuk karakter seseorang.

Di pojok selatan teras musala, saya bersiduduk sambil membiarkan tubuh ini terpapar sinar matahari pagi. Dalam momen seperti ini, kontemplasi akan lebih dalam karena interaksi dengan pembacaan lora jauh lebih kuat.

Bila hidup bermula dari kata, maka dunia dan seisinya seluas bahasa yang kita gunakan dan pahami. Kitab kuning membantu kita mengurai sisi rohani, yang selama ini tertutup kabut jasmani dan bendawi. Saya menemukan sifat-sifat baik itu pada kawan, yang tidak harus bertemu setiap hari. Pada momen tertentu, saya merasakan ketulusan mereka
 

Wednesday, October 29, 2025

Kuasa Ide

Apa makna moden? Idea? Universiti? Pada saya, masa itu boleh difahami sebagai "duration" dan "time". Kalau kita gembira, serasa "duration", sehingga tak kira berapa jam dihabiskan, tetapi kala kita bekerja, kuasa menentukan pukul berapa kita kena masuk kelas, mengajar, dan tidur.

Kemampuan berfikir hakikatnya dimiliki oleh siapa sahaja, tanpa kira bangsa. Tetapi, kini episteme masih berada dalam kuasa barat, sehingga apa sahaja kita kena rujuk pada apa kata mereka tentang kebenaran. Ikhtiar penyahjajahan (dekolonisasi) hangat diperbincangkan oleh ramai sarjana di pengajian tinggi.

Apa yang dilakukan oleh Pak Ferry Hidayat untuk menggunakan teori-teori tempatan adalah usaha murni untuk menjaga akal budi agar kita berpijak pada bumi yang nyata, bukan sekadar memetik pandangan orang luar tanpa fikiran yang jernih dan kritikal. 
 

Olah Raga

Seusai sekolah, Zumi dan teman-temannya bermain bola di Futsal Arena. Di sini, banyak anak menggocek si kulit bundar. Ketika beranjak pulang, temannya memberitahu bahwa ada satu putaran lagi. Saya pun mengangguk kepala kala penyuka Neymar hendak "merumput" lagi.
Dulu, kami bermain di lapangan voli sebelah rumah Pak Abu. Dengan bermodal bola plastik, saya dan teman-teman menghabiskan sore di sini. Sekali waktu, kami mengikuti pertandingan lokal di desa sebelah. Badwi adalah teman yang jago menggiring bola dan menceploskan gol ke gawang lawan.
Di sela menunggu, saya sempat ngobrol dengan penjaga pos Bank Mandiri, yang ada depan lapangan. Ia bercerita banyak tentang siapa pemilik gedung futsal dan toko butik yang kosong di sebelahnya. Dengan lapangan parkir yang luas, kawasan ini cocok untuk tempat latihan warga. Hidup itu tidak hanya singgah untuk mampir, tetapi juga mampir untuk bermain.

 

Tuesday, October 28, 2025

Tirakat Jalanan

Semalam sampai di rumah keluarga Ust Affan di Pakamban. Di sini, saya menemukan bacaan Mas Kiai Faizi di rak kitab. Sepertinya ini isyarat bahwa pertemuan alumni Latee telah bermula sebelum gong pembukaan ditabuh.
Dari judul, kita bisa membayangkan isinya. Tirakat dilakukan di mana saja, bahagia diraih kapan saja. Ternyata, kuncinya di perhatian dan pemerhatian serta kemampuan hadir dalam kedisinian, kekinian, dan kesebeginian.
Saya belajar naik bus pada penulis Sareyang ini. Dalam setiap detik, kita berusaha untuk hadir di tempat kita berada. Tak mudah, tetapi kita harus melakukannya.

 

Monday, October 27, 2025

Guru

Pak Mashduqi adalah Ustaz Sejarah Islam di MTs Annuqayah Guluk-Guluk. Beliau mengenalkan kami Hiraqla atau Hiraclius, raja Romawi.
Saya yakin kepekaan historis bermula dari pelajaran yang kami dapatkan di madrasah. Setelah puluhan tahun, kami baru berjumpa di acara Silaturahmi Nasional Latee, 25 Oktober 2025.
Jadi, kini kami tahu bahwa kehendak kuasa itu adalah salah satu pemicu perselisihan. Kritik filsafat mesti hadir agar perang dilihat lebih dalam dan tidak berulang. Toh, ujung-ujungnya dari pertikaian adalah meja perundingan.
Puncak dari kegiatan ini adalah doa (istighatsah). Dalam pengharapan, kami bermunajat agar selamat. Kata terakhir yang berasal dari Arab ini juga berarti damai.

 

Rindu Pondok

Kembali pulang itu mengais potongan-potongan kenangan. Kami belajar di bawah asuhan Kiai Ahmad Basyir AS melalui ucapan dan tindakan. Di sini, kami juga merasakan ketulusan para senior menjaga kebajikan para santri.


Di tengah malam, kami dibangunkan untuk salat. Seraya menunggu subuh, santri belajar dengan berlampukan pelita, karena listrik dimatikan sejak pukul 11 malam. Hapalan nazham Alfiyyah Ibn Malik adalah sebagian kaidah pembelajaran. Bagaimanapun, kepahaman adalah tujuan dari pendidikan dan akhirnya tindakan adalah puncak dari pengetahuan.
Meletakkan sajadah di baris pertama adalah tiket untuk mengaji Al-Qur'an di musala kiai. Sebelumnya, kami berebut untuk mendapatkan giliran, sehingga sekali waktu pintu jebol. Kiai tak marah dan bertanya, ada apa? Kami merasa sangat bersalah.
Di bulan Ramadhan, sejak pagi hingga sore, kami mengaji kitab dengan makna bahasa lokal. Agama dari Arab yang jauh dihayati dalam bahasa ibu. Itulah mengapa kami bisa bertahan duduk seharian. Hanya kini, setelah menua, saya harus menegakkan tulang belakang setelah satu dan dua jam bersiduduk.
Kami pun bisa mengikuti pengajian Riyadhusshalihin pada Kiai Ishomuddin dan Alluma' pada Kiai Mahfud. Tentu, ini adalah pengalaman lain, karena kami harus berjalan, melangkahkan tungkai. Lagi-lagi, pengalaman terakhir ini mengingatkan saya pada almarhum Kiai Muzakki, guru tata bahasa Arab, yang berjalan kaki dari kediamannya ke madrasah.
Bagi saya, kata yang bisa menggambarkan pengalaman belajar dulu adalah kesederhanaan, ketulusan, kesungguhan, dan kedalaman. Hal terakhir inilah yang seringkali menggoncang kesadaran untuk mengikuti teladan pengasuh, yakni senantiasa berjemaah dan membaca kitab suci.
Namun, pondok tidak hanya menjadi ruang belajar agama, tetapi juga kealaman dan kemasyarakatan. Kami belajar fisika, kimia, dan biologi. Malah, kehadiran sukarelawan dari Amerika menambah asupan lain tentang kepekaan sosial bahwa liyan itu adalah cermin, bukan seteru. Saya bisa mengetik 10 jari berkat kursus yang dirintis oleh Thomas Hutchins dan mendengar lagu Yusuf / Cat Stevens karena lirik Morning Has Brokennya dijadikan bahan pembelajaran bahasa Inggris.
Alhamdulillah, tugas terakhir sekolah saya adalah kajian semantik Al-Qur'an yang dilakukan Toshihiko Izutsu. Inilah yang memberikan saya kartu untuk mengajar Kajian Al-Qur'an di kampus dan sekaligus senantiasa untuk "membaca" kitab suci. Aha! tugas lain adalah memahami agama sipil Robert N Bellah, yang meneguhkan kehadiran negeri Paman Sam yang pertama dialami dengan kedatangan Gavin, Thomas, dan Rob ke pondok.
Nah, Ibn 'Arabi yang dikaji di S1 itu adalah ingatan tentang ketenangan yang diajarkan oleh kiai dalam memaknai salat. Kita cukup diam dan tak lagi percaya pada kata-kata dengan meminta kami untuk tidak bising sebelum menunaikan sembahyang. Memang dalam ibadah ini kita membaca huruf, tetapi pada akhirnya ia dihapus dalam pikiran karena ia tidak cukup untuk menghadirkan Tuhan.

Thursday, October 23, 2025

Barat dan Pesantren

Sejak kecil, saya belajar di surau, madrasah, sekolah dasar, dan kampung tempat kami tinggal. Sebenarnya saya menjalaninya apa yang diajarkan oleh ustaz dan guru tanpa harus menyoal asal-usulnya. Imajinasi saya tentang Islam itu Arab dan Barat hadir dalam poster KISS dan tentu Michael Jackson, raja pop, yang paling populer.

Kami menghapal sifat-sifat Tuhan dan menjadikannya pujian menjelang magrib dan butir-butir Pancasila, yang sumbernya adalah ideologi lokal dan Barat. Kala di pondok, saya belajar bahasa Inggris pada Rob Baedeker, sebuah pertemuan yang mengubah cara saya melihat liyan. Film TVRI Little House in the Prairie membuka horizon tentang kehidupan keluarga yang ideal dan tak mendorong untuk menolaknya sebagai strategi kebudayaan luar untuk mengguncang moralitas kami.

Di masa kuliah, kekuatan pesona Barat begitu kuat di tengah semakin kerasnya pada dogmatisme agama. Potongan filsuf dikunyah tanpa harus membacanya pikirannya hingga tuntas. Dengan menulis gagasan Ibn 'Arabi, Robert N Bellah, dan akhirnya Toshihiko Izutsu, saya pikir batas-batas pesantren dan Barat layaknya mozaik.

Ketika menikmati Ben Michael Jackson dan Habbaytak Fairuz, saya tidak lagi dipenjara oleh asal, tetapi melihatnya sebagai karya yang mengajak kita untuk hidup bersama dan penantian dengan kesabaran. Aha! Apa ini pengaruh Ahmad Wahib, yang kata Paman Faridl Rusydie, kita mewahib untuk menyelami gagasannya dalam keseharian.

Lalu, kami pun bicara dekolonisasi pengetahuan di program S3 Universitas Nurul Jadid - UNUJA, yang membuka kemungkinan cara melihat sesuatu secara berbeda tentang banyak hal. Pak Ferry Hidayat serta merta menyodorkan pemikiran lokal untuk membayangkan teori dan penerapannya dalam mencandra struktur masyarakat. Mas Kiai Fayyadl masih belum melihat sebuah mazhab Tanjung akan lahir karena belum memenuhi prasyarat untuk lahirnya pertembungan pemikiran di Paiton.

Tadi, saya dan Kiai Imdad membahas apa epistemologi Pesantren yang mungkin dihadirkan sebagai pondasi berpikir? Saya pun menimpali bahwa kala mengaji kitab Syarh al-Hikam, lulusan Universitas Ibn Khaldun ini menyebut sumber pengetahuan adalah penglihatan (bashar), pendengaran (sama') dan hati (fuad). Tentu, sebagai penjelasan singkat dalam sebuah pengajian kitab, pernyataan ini perlu uraian lebih terperinci bila hendak membangun teori pengetahuan pesantren.
 

Wednesday, October 22, 2025

Liburan


Saya rebahan di kursi panjang ruang tamu sambil mendengar radio. Ternyata, rasa nyaman itu adalah puncak dari pencarian, yang bentuknya pelbagai.


Aneh, banyak orang pergi ke puncak di hari cuti yang macet. Mengapa orang harus keluar dari rumah, padahal dari sini kita bisa melemparkan khalayan. Aku Cinta Padamu dendangan Sheila Majid menjadikan ruang ini sesuai imajinasi. Bila hendak seperti kafe, saya akan menyeduh kopi. Kala ingin di tepi pantai, saya pejamkan mata seraya menghadirkan laut tak jauh dari rumah. Dari teras, kami bisa memandangi gunung Lamong.

Mengapa orang pergi, sebab ia bosan dan hendak merasai hal baru. Padahal, bayangkan saja Heraklitos, air di sungai yang menyentuh kaki kita tak pernah sama. Kita tetap dan berubah sekaligus. Dengan hanya menarik napas dalam-dalam, keterulangan itu abadi yang menyenangkan, sebenarnya.

Sebentar lagi, saya akan menjemput istri di sekolah. Meskipun melalui jalan yang sama, tapi detikan peristiwa selalu mendatangkan kejutan. Truk yang berbeda dengan tulisan di badannya senantisa memberikan kesenangan. Kemarin, saya membaca bila ada niat, pasti ada jalan. Jika tidak, selalu ada alasan. Kendaraan bernomor T 87.. EE. Ada bulatan terbaca Ngapak Raya. Komunitas Banyumas. Di tengahnya, tertulis pusat dengan gambar Semar.

Tuesday, October 21, 2025

Damai

Buku-buku ini dipinjam dari perpustakaan Universitas Nurul Jadid - UNUJA. Even Europe may not face a secular future, with Christianity growing modestly and Islam growing exponentially (hlm. x) adalah potongan dari anggitan Timothy Keller dalam The Reason for God.

Agama tetap hidup di tengah tantangan modernitas, yang dianggap era yang akan meniup sangkakala kematiannya. Namun, kita tentu tidak hendak menyalakannya dengan semata-mata formalitas, tetapi juga substansialitas.

Akhirnya, apa pun pijakan moral kita, apakah agama atau sekuler, keduanya bisa berjumpa dalam keseharian. Kala saya menemukan kedamaian dalam kegiatan Yasinan, teman baik saya sedang menikmati secawan kopi di tepi sungai Rhein. Ia sedang menjenguk anaknya yang sekolah di negeri penghasil BMW itu.

Damai itu diciptakan, dihadirkan, dan dibayangkan. Ruang dan waktu adalah netral, kita lah yang memberikan makna.

Sunday, October 19, 2025

Aksi Aliansi Santri

Setidaknya tuntutan Aliansi Santri se-Probolinggo yang saya perhatikan adalah Chairul Tanjung diundang ke pondok untuk silaturahmi pada kiai dan TRANS7 menyiarkan program Khazanah Pesantren yang menggambarkan suasana pondok pada umumnya.
Setelah aksi, santri membersihkan halaman DPRD dari sampah. Iman itu mewujud pada penolakan pada kekotoran. Peserta pulang dengan tertib. Tidak ada hujatan, kata-kata kasar, apalagi sumpah serapah. Korlap mengingatkan santri untuk tidak terpancing provokasi.
Jadi, Xpose Uncensored dipandang sebagai ketelodoran berat pekerja media. Etika jurnalisme ditabrak tanpa peduli adab dan norma ketimuran. Kini, setiap santri kembali merawat akhlak dan mengaji untuk menjadi manusia sejati. Individu autentik itu hidup dengan pikirannya dan berterima pada kebedaan.

 

Diskusi Publik

Saya hadir sebagai wujud dari kehendak untuk mendengar para mahasiswa yang tinggal di pondok mahasiswa Ibn 'Arabi. Nama terakhir sangat dekat secara emosional, karena saya menulis telaah pemikiran teodisi penulis Futuhat al-Makkiyah tersebut. 

Apa yang dibahas? Dialog Kritis dan Konstruktif: Penguatan Nilai-Nilai Kepemimpinan. Kegiatan ini melengkapi pengajian kitab yang secara rutin digelar di tempat yang sama. Pendek kata, mahasiswa bergiat secara serius untuk mengokohkan kedudukan istimewanya sebagai kekuatan sosial dan politik yang khas. 

Secara sosial, mereka menelaah turats untuk menyelaraskan pesan kitab dengan tantangan masyarakatnya dan mengkaji isu-isu terkini untuk merespons kebijakan. Pada gilirannya, mereka lah yang akan menggantikan posisi para agamawan dan pemegang kekuasaan.

 

Saturday, October 18, 2025

Aksi Massa

Saya tak minum kopi di dini hari, tetapi teh Gopek. Ia bukan sekadar hangat, tetapi juga nikmat. Dari masjid Baitussalam, surah al-Anfal dikumandangkan. Sebentar lagi subuh.

Aksi massa adalah kekuatan di luar parlemen. Sebab, kata Iwan Fals, mereka yang berada di rumah itu tak lagi bisa dipercaya, itulah mengapa politik alternatif perlu hadir. Tanpa tekanan, mereka akan mengelola persetujuan khalayak bahwa negeri ini baik-baik saja. Padahal, barusan saya lihat, di luar gelap.

Penguasa tentu hidup di istana dengan lampu yang berlimpah. Biasanya mereka tidak akan melihat kegelapan kalau tidak turun langsung ke lapangan dan melihat keadaan secara langsung. Kalau pun turun ke bawah, para hulubalang telah mengondisikan keadaan. 
 

Friday, October 17, 2025

Radio

Pertama kali saya tahu radio Bromo FM ini adalah kala mengikuti kegiatan Majlis Ulama Indonesia Kabupaten di gedung Islamic Centre. Saya sempat duduk di bangku depan ruang siar. Stasiun radio ini berdekatan dengan kantor MUI.
Pagi ini, saya mengisi program siniar bedah buku Falsafah Harian: Seni Memahami Hidup Sehari-Hari yang disiarkan secara langsung melalui Instagram. Saya tegaskan bahwa kita harus menciptakan pendengar, bukan siapa yang mau menguping siaran rong-corong. Bagaimanapun, siapa pun bisa menikmati lagu dan mendengarkan informasi sambil mengerjakan aktivitas sehari-hari, seperti memasak, mencuci, dan menyapu.
Saya acapkali menulis kolom Kabar Madura sambil mendengarkan musik mancanegara Bromo FM melalui radio Tens, buatan Semarang, atau streaming Sinar FM Kuala Lumpur. Ketika mendengar lagu yang disuka tanpa "request", saya merasa mendapatkan rezeki tanpa terduga.
Dibandingkan berselancar di gawai, mendengar radio jauh lebih produktif, karena kita bisa mengerjakan aktivitas lain. Dengan memasang radio di teras, saya bisa menggunting rumput seraya mendengar ceramah agama dan lagu.
 

Thursday, October 16, 2025

Belajar di Pondok

Lagu Laila Sé Manis meneguhkan bahwa Madura itu sangat akrab dengan budaya Arab. Mengapa tidak berjenis lagu seperti Saronen, Kejhung, dll? Apa pun, ini soal serapan pada liyan. Betapa pun bergenre gambus dengan penggunaan Bahasa Madura, kita telah menggeser kode. Talkah itu lema yang tidak ada padanannya dalam bahasa lain.

Saya sendiri merasakan bahwa syiir, sebutan syair dalam bahasa kami, oleh Kiai Aminullah Murad itu sangat menggetarkan. Mengapa? Ia seturut dengan bahasa Ibu yang digunakan secara utuh, baik jiwa dan raga. Tidak hanya itu, penggambaran kematian secara nyata sangat dekat dengan tradisi. Hakikatnya, hidup itu menuju mati. Mengapa? Kata kiai, agar kita hati-hati.
Kematian, ungkap Heidegger, memaksa kita untuk memilih. Karena waktu terbatas, kita dipaksa untuk membuat pilihan yang bermakna. Kita tidak bisa terus-menerus menunda-nunda atau hidup berdasarkan asa orang lain. Namun, saya menundanya karena menimbang harapan orang tua. Lagi pula, pilihan itu adalah soal penghayatan terhadap sesuatu yang dapat dilakukan secara bersama.
Dulu, kala Rob Baedeker bermain ke kampung halaman, ia bermain voli dan makan seperti yang kami lakukan. Seniornya Thomas Hutchins yang juga sukarelawan dari Voluenteers in Asia memotong batang pohon dengan kapak untuk bahan kayu bakar pondok. Pendek kata, orang Amerika di tahun 90-an berprilaku sama dengan orang-orang pesantren. Kami pun tidak menyoal keyakinan dan ibadahnya.
Dari Rob, saya pertama kali menikmati Morning Has Broken Cat Stevens yang diputar melalui tape radio. Ia dijadikan media pembelajaran bahasa Inggris, di mana santri melatih kepekaan pendengaran sebutan kata asing. Kala itu Fauzi dan Mahir adalah pelajar yang jago bahasa Anglosaxon ini.
Di pondok Annuqayah saya juga aktif di Markaz al-Lughah al-'Arabiyyah bersama Haqqul Yaqin di bawah bimbingan Kiai Muhsin Amir. Di sini kami tidak hanya mengurus tata bahasa, tetapi tata organisasi. Kala itu saya bertindak sebagai bendahara. Alhamdulilah, saya belajar bahasa rumpun semitik dari Kiai Abdul Warits Ilyas. Fulus-fulus aina adalah alih bahasa dari ungkapan bahasa daerah pesse se e dhimma? Kami pun tertawa, riang.
Secara spiritual, kami terbiasa menunaikan salat jemaah yang diimami oleh Kiai Ahmad Basyir. Kami menyebutnya hadiran. Jadi, salat itu mengada. Pak Kiai selalu menekankan ketenangan, bukan kebisingan, tatkala hendak melaksanakan sembahyang. Itulah sebagai santri kami berusaha untuk menghentikan kegiatan apa saja ketika azan berkumandang. Bukankah ini panggilan Tuhan?
Tak hanya itu, Pak Kiai Basyir mengajarkan kami kebersihan. Beliau sering menyapu halaman dan jalan di depan kediaman. Andaikata putera Abdullah Sajjad tersebut meminta santri melakukannya, pasti mereka berebut. Tetapi, saya melihatnya bahwa beliau ingin memberikan contoh bahwa keasrian lingkungan kita adalah tanggung jawab bersama.
Di lain waktu, bila terdengar lagu Gambaran Cinta oleh Inka Christie, saya selalu mengingat warung gorengan, karena nyanyian ini diputar di sini. Selugu masa itu, saya paham bahwa penyanyi sedang berduka karena ditinggalkan oleh kekasihnya. Dari Pak Muqiet Arif, Pak Hafidz Syukri, dan Pak Asy'ari Khatib saya belajar memahami alegori, hiperbolik, dan lain-lain.
Simpulannya, saya belajar di pondok dan kini mengajar di lembaga yang sama. Saya melakukan hal yang sama tetapi kini dengan penghayaan yang lebih berwarna. Kala duduk merapal doa, definisi "prayer" itu tiba-tiba muncul dari ide Ludwig Wittgenstein, berdoa itu adalah berpikir tentang makna hidup. Namun, saya juga menimbang satorinya Zen, kata-kata itu raib karena pencerahan tak memerlukan tanda yang membatasi arti. Khalas.

Wednesday, October 15, 2025

Suryamentaram dan Kita

Ia berkabar bahwa orang baik itu telah memiliki karya ini. Ternyata, kunci dari keseharian adalah kemampuan mengisi waktu secara utuh, apa pun bentuk dan ungkap. Kala mengantar isteri ke tempat mengajar, saya ngoceh ke sana ke mari tentang apa yang hinggap di kepala tentang sebuah peristiwa dan istri tampak diam karena jalanan ramai.
Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung, menurut saya, bukan sekadar pepatah yang menegaskan pesan agar kita menyesuaikan dengan tradisi tempat kita berada, tetapi kita menghidupi apa yang dianggap kebiasaan itu dengan penuh kesadaran.

Kala mengikuti tahlilan, saya tak teralih oleh telepon dan lain-lain, malah memejamkan mata sambil tertunduk untuk merasakan kekinian, kedisinian, dan kesebeginian ala Suryamentaram. Mari belajar merasa cukup dengan apa yang ada pada diri, bila tidak, kita akan menjadi orang lain. Aneh, ada orang asing dalam pikiran dan perasaan kita!

 

Adab dan Ilmu

Sebelum mengaji kitab Syarh al-Hikam, saya membuat status dengan mengutip kalimat untuk menggagit sebuah ayat (sebutan kalimat di negara tetangga). Halaman itu dibaca sehari sebelumnya dan di hari  mengisi pengajian hari selanjutnya Kiai Mohammad Zuhri mengulang kembali kalimat tersebut. Ini seakan-akan teguran tersirat, adakah pemahaman saya perlu diperiksa ulang? Selain itu, dalam pemerhatian, banyak hal yang disinggung dalam pengajian kitab tersebut secara tepat menggambarkan apa yang saya alami. 

Saya berharap para mahasiswa S3 itu untuk masa yang akan datang bisa mengikuti kajian Lailiyyah Syahriyyah, sebuah pengajian yang betul-betul menggali pengetahuan secara autentik. Di sini, para kiai tua dan muda, ustaz, dan musyawirin mengamalkan adab al-bahts al-munazharah. Mungkin, mereka bisa menjadikannya disertasi untuk menganalisis kaidah diskusi yang sehat dan bermartabat. 

Dalam kajian ini, teks dilihat sebagai proses pemahaman terhadap etimologi, epistemologi, maksud, logika, dan kontekstuliasi. Di kajian kitab lain, adakah orang "berangasan" bisa menguatkan Islam (الفاجر يُؤيّد الإسلام)? Pernyataan ini sempat menimbulkan silang-sengketa di antara peserta pengajian. Bagaimana  agama ditegakkan oleh orang-orang yang tidak mengindahkan norma?

 

Tuesday, October 14, 2025

Cukup dalam Dirinya


Nabi Muhammad, Buddha, dan Isa menjalankan prinsip "filsafat" dalam kehidupannya sehari-hari. Dari sini, kehadiran falsafah tidak hanya menyodorkan pemikiran abstrak, tetapi mewujudkannya secara konkret. Setelah melewati kesenangan, seseorang akan merawat tujuan hidupnya yang jauh lebih sublim, tidak bergantung sesuatu di laur dirinya. Anda bisa mempraktikannya dengan bersiap ke surau dan berjalan hanya dengan memakai baju dan tidak membawa benda apa pun, seperti dompet, telepon pintar, dan lain-lain. Anda cukup membawa dirinya.

Kita tidak lagi memeriksa sumber untuk memastikan justifikasi sebuah tindakan. Bila Anda menemukan sosok yang bersahaja ia telah selesai hidupnya. Tetapi, bial ada orang yang masih bersolek dan memasang pernak-pernik untuk menaikkan derajat dirinya, ia mungkin sedang berada di fase pertama dari eksistensi manusia.
Namun demikian, saya melihat perbedaan itu adalah mozaik. Sejak dulu, manusia melakoni hidup dengan cara berbeda untuk bahagia. Lagi-lagi ia tidak sesederhana menunjukkan buku dan kopi di beranda media sosial, sebab semuanya itu harus dibeli. Tentu, keduanya seringkali hadir dalam sunyi.

Sunday, October 12, 2025

Subkultur

Sebagai subkultur, pondok adalah sebagian kecil dari kebudayaan lebih luas dari ekspresi warga. Lihat, bila Anda melihat negara ini di luar negeri, apa yang dipamerkan tentang Indonesia?

Borobudur, Bali, tarian, dan batik. Apa pernah kita melihat gambus (Arab), sarung (pakaian), dan pentas selawatan ditampilkan sebagai wajah negeri? Tidak. Kebaya dilihat lebih asli dibandingkan jilbab, padahal itu pengaruh Cina?

Kami menyadari baju koko itu berasal dari negeri Panda, songkok dari India, dan sarung sendiri berasal dari bahasa Tamil. Alangkah eklektik dgn busana tersebut kaum santri berzapin mengiringi petika aud dan lagu Wahdana Dana. Batas mudah retak. Usah menegaskan diri sambil membentak liyan!
 

Saturday, October 11, 2025

Let Live and Die

 

Saya tadi mengaji Syarh al-Hikam di musala pondok. Di halaman 38, kiai menjelaskan arti pentingnya sahabat. Pesannya, jika teman itu menjauhkan Anda dari akhirat, pergilah! 

Di tengah sorotan pada pesantren, saya mengingat kembali tulisan di Jawa Pos bertajuk "Ayo (Jangan) Mondok!". Dulu, kami belajar sebagai bekal untuk menyiapkan alat membaca teks sekaligus budi pekerti. Bila kami mengangkat batu di pagi hari, itu bukan kuli. Ia tidak mengganggu kegiatan mengaji dan belajar kami. Dengan bergiat fisik, kami kuat dan tidak mengantuk di sekolah. 

Betapa pun kini mengusung cara berpikir tradisional, kami belajar apa itu modal (tadi kiai menjelaskan ra's al-mal), yang tentu berbeda dengan konsep Das Capital Marxisme. Namun, saya pikir kami peduli dengan orang miskin. 

Pondok tempat kami berkhidmat lahir dari kehendak bersama untuk mengangkat derajat ilmu, akhlak, dan ekonomi. Pendiri Nurul Jadid dulu membawa tembakau ke Paiton untuk mengajak warga bertani. Kini, kami telah bergerak di banyak bidang usaha, yang tujuannya sama, bahwa materialisme itu dipahami, tetapi kami tidak berhenti di benda sebagai benda itu sendiri, sebab hal spiritual, khususnya mengurus hati, adalah pekerjaan paling berat dalam hidup. 

Oh ya, kala status ini ditulis, lagu Guns n Roses Live and Die mengalun. Grup musik ini saya kenal kala mondok di Annuqayah dulu dari Hefni yang kini bertemu kembali setelah menua dan bergiat di khatmil Qur'an.

Dimas Al-Jawad

Hidup ini tak bisa dipastikan kejadiannya. Orang pertama yang membeli buku adalah mahasiswa KPI, Dimas Al Jawad. Ia datang bersama kawannya kala saya mau pulang sore itu. Mahasiswa asal Bali akan wisuda pada bulan November yang akan datang.

Saya adalah penguji skripsinya, yang mengulas Muhibbushshalawat. Sebagai sarana dakwah, lagu kumpulan ini layak diteliti lebih jauh, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. 

Saya sering menikmatinya sambil menunggu acara dimulai. Ternyata datang tepat waktu itu berkah. Biasanya panitia kegiatan akan memutar nomor-nomor kumpulan nasyid pondok pesantren Nurul Jadid ini. 

Thursday, October 09, 2025

Berislam dengan Cinta

Karya ini lahir dari sumber berwibawa dalam tradisi turats. Dari Mesir, Maroko, hingga Lenteng Sumenep, sumber-sumber didapat untuk menampilkan arti. Rujukan tidak hanya berupa kitab tetapi juga refleksi kritis.

Prof Aksin selalu menegaskan bahwa teks bukan sekadar kebenaran, tetapi juga kebermaknaan dalam beberapa pertemuan ilmiah. Sarjana tangguh ini mempunyai kredibilitas untuk mengulik tema cinta di tengah agama kadang hadir dalam bentuknya yang muram, ungkapan amarah dan sumpah serapah.
Karya terbitan Penerbit DIVA Press perlu dibaca sebagai ikhtiar memperluas cakrawala. Kekerasan fisik dan simbolik yang diatasnamakan ajaran Tuhan segera diakhiri karena agama datang untuk menghentikannya.

Monday, October 06, 2025

Menggugat PPP

 

PPP jelas lebih "demokratis" daripada PDIP, karena partai ini memberikan ruang pada pemilihan ketua umum, meskipun akhirnya para tokohnya memilih aklamasi. Apa bedanya dengan Banteng? Jelas, keadaan centang-perenang ini menunjukkan elite partai tidak matang, kekanak-kanakkan. Elok, logo partai diganti dengan gambar batu.

Kata Amir, PPP ini partai miskin. Rp10 miliar terlalu besar untuk disia-siakan bila "deadlock". Padahal, Mardiono dan Suparmanto memiliki banyak duit, dan bahkan dulu Sandiago Uno digadang-gadang untuk menduduki posisi penting, tetapi ternyata mantan wakil gubernur DKI ini tidak menggelontorkan duit sehingga partai berlambang ka'bah terpental dari Senayan.
Kini, apakah ishlah mungkin? Romi rasional. Bila Mardiono gagal mengantar PPP ke gedung wakil rayat, alasan apa yang bisa dijadikan pijakan untuk kembali mendukungnya? Bagi saya, politik itu seni. Selesaikan dengan saksama atau kadernya hengkang!

Politik Hukum

  Saya membacanya untuk persiapan kuliah Politik Hukum hari ini. Mahasiswa Ahwal Syakhsyiyyah perlu memandang aturan itu dibuat dalam korido...