Sunday, November 30, 2025
Roti Canai Pak Ali
"3 untuk Pak Fauzan, 4 untuk kami", ujar saya. Penjual menimpali, tinggal dua. Jadilah, pesanan Zumi original dan Biyya telur. Di mana-mana orang tua mengalah. Di rumah, Zumi tampak lahap mengudap makanan yang dulu ia suka di Kedah.
Kok, cepat habis Pak? Maklum, musim hujan. Banyak orang ingin merasakan kehangatan teh tarik dan canai. Tidak hanya menjual makanan asal jiran, lelaki yang pernah bekerja selama 17 tahun di Semenanjung menyediakan karaoke. Sekali waktu, saya pernah melihat pekerja keras ini membawakan lagu Bebas Rhoma Irama. Apalagi yang kurang dari hidup?
Friday, November 28, 2025
Dialog Antariman
Pak Ahmad Hudri memberikan sambutan dengan penuh khidmat. Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama ini tidak hanya piawai mengurai hubungan antarumat secara sosiologis, tetapi juga mengetengahkan tafsir Al-Hujurat: 13 secara teologis.
dr Aminuddin, wali kota, meneguhkan komitmen pemkot untuk menjaga harmoni. Ia tampak sangat mengusai peta damai di kawasan ini. Betapa senang orang nomor 1 melihat forum muda yang menjadi pelapis senior. Sebelum beranjak dari aula, Pak Amin bilang bahwa ia sudah sowan ke Kiai Zuhri.
Rm Budiono, lulusan Roma Italia, menyampaikan isu agama, etika, dan perdamaian dengan sangat hidup. Malah, penduduk kampung moderasi Gempol Malang ini acap menyisipkan humor di sana sini, yang mengingatkan saya pada Romo Haryatmoko, dosen filsafat Barat di UIN Sunan Kalijaga dulu.
Di sini, saya juga bertemu dengan Pak Kris, pengurus Gereja Kristen Jawa Wetan. GKJW sering silaturahmi ke Pondok Pesantren Nurul Jadid di hari lebaran. Kehadiran Pak Dawam, sebagai tuan rumah, membuat pertemuam jadi cair. Pengalaman dan pengetahuannya sangat dalam tentang Probolinggo dan sekitarnya.
Thursday, November 27, 2025
Ngobrol dengan Romo
Kemarin saya ngobrol dengan Romo Ignatius Budiono di sela-sela diskusi agama-agama Forum Kerukunan Umat Beragama yang bertempat di Aula Pimpinan Daerah Muhammadiyah kota Probolinggo. Beliau bertugas di Malang dan tinggal di desa moderasi Gempol. Beliau lama belajar di Roma Italia. Gaya ceramahnya persis seperti Romo Haryatmoko, pintar dan jenaka.
Wednesday, November 26, 2025
Falsafah Harian
Dalam perjalanan Umroh plus Mesir kali ini, rute berbeda dengan umroh langsung. Kami harus transit di Jakarta untuk menggunakan maskapai Saudia Airline yang tidak tersedia di Surabaya, tulis Mas Kiai Helmi Nawali di beranda Facebooknya.
Saturday, November 22, 2025
Kajian Kitab Tingkat Lanjut
Di sini, pak kiai mengajarkan kajian yang mendudukkan peserta setara dalam membahas etimologi, epistemologi, maksud (intention), logika, dan konteks dari karya ulama terdahulu. Satu sama lain bisa berbeda pandangan dalam membaca teks yang berimplikasi semantik pada makna.
Bila tidak disiarkan langsung, ini adalah ikhtiar agar adab al-bahts wa al-munazharah berlangsung terbuka, tanpa khawatir nenimbulkan kegaduhan. Kami hendak mengungkap kebenaran. الفاجر يؤيد الاسلام? Ini salah satu yang menimbulkan perbedaan kala itu. Saya pernah menulis opini Jawa Pos "Menimbang Politik Pesantren" berdasarkan amatan terhadap pengajian di atas.
Kiai senantiasa mengedepankan etika berbahas. Beliau tak pernah menaikkan suara dalam berpendapat, karena dgn menyodorkan logika, gagasan jauh lebih bisa dicerna. Khalas.
Perpustakaan
Mendorong mahasiswa membaca adalah tugas kita. Dengan menggelar kuliah sekali-kali di teater mini perpustakaan universitas, kita bisa membiasakan mereka untuk mendaras karya di sini. Selain itu, jumlah pengunjung bertambah.
Friday, November 21, 2025
40 Hari Kepergian Nyai Sulaikha
Apa Rhoma Penganut Asy'ariyyah?
Sebagai pasifis, saya selalu memeriksa pesan lagu Nafsu Serakah. Kata Bang Haji, penderitaan di atas dunia ini akibat kehendak kuasa segelintir orang. Sebagai santri yang menimbang etika Mu'tazilah di mana keadilan adalah pokok ajaran, pertanyaan lagu ini layak ditimbang, kapan tegaknya keadilan?
Thursday, November 20, 2025
UIN Syekh Wasil
Terima kasih UIN Syekh Wasil Kediri yang telah menyediakan kami ruang berbagi. Pertanyaannya ke mana setelah mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Dakwah lulus? Saya mengulasnya secara spontan kala Tegar Umar Yafi bertanya dalam sesi tanya jawab. Selamat, Anda terbaik bila mencari dan menemukan jalan sendiri untuk meraih eksistensi.Pada tahun sebelumnya, saya pernah mengisi di kelas yang sama terkait filsuf dan pikirannya dalam Sekolah Filsafat. Pada sebelah malam, saya dan Mas Zuhri Humaidi berziarah ke maqbarah Syekh Wasil. Kemarin, kami tak sempat untuk tepekur di makam Tan Malaka.
Sambil menunggu acara diskusi, saya mencatat banyak gagasan dari sambutan Prof KH A Subakir dan Prof KH A Halil Thahir. Selain pertemuan dengan Prof Dimyati dan Dr Imron, saya bisa belajar tentang keris secara antropologis dan hierarki kebutuhan Maslow.
Dari dua tokoh Syekh Wasil dan Tan Malaka, kita bisa belajar bahwa manusia mati meninggalkan nama. Kita mau mewariskan apa?
Tuesday, November 18, 2025
Kedai Basmalah
Musholla Al-Yasmin
Saya mengajak Zumi bercakap sambil sekali-kali membaca Basis Majalah yang bercerita tentang Descartes. Ia mengambil risiko dihujat. Tak mudah berpikir bebas, bahkan di era kini, yang evolusi manusia mendekati Tuhan. Homo deus.
Sebenarnya, manusia hanya perlu memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti sandang, pangan, dan papan. Sementara fasilitas umum seperti lapangan olah raga, perpustaan, dan ruang bermain masyarakat disediakan oleh negara. Filsafat biar dipikirkan oleh Martin, Faiz, dan Nurul Huda.Orang kebanyakan cukup makan dan tidur, tanpa dikejar-kejar utang. Alangkah benar nyanyian Rhoma Irama
Monday, November 17, 2025
Kekeluargaan
Dalam esai "kekeluargaan" (hlm. 33), saya memulai kisah di atas untuk mengungkai apa makna keluarga. Dari sini kita diuji tentang banyak hal, seperti pengetahuan, kesabaran, dan kebenaran. Kita boleh bicara demokrasi, tetapi memaksa anak memiliki pilihan yang sama jelas lancung.
Itulah mengapa Zumi mendukung Donald J. Trump dan kakaknya sokong Joe Biden. Kami tak menghalangi keduanya tetapi meminta alasan memilih pemimpin. Si bungsu suka McDonald dulu, si kakak beralasan bahwa demokrasi tegak di atas nilai kesetaraan. Saya sendiri tak memilih calon demokrat dan republik. Inilah politik. Namun, keluarga di atas kebedaan remeh-temeh ini.
Mami dan Biyya, memesan soto Lamongan dan Betawi, sementara Zumi menikmati spaghetti. Si bungsu sedang merasakan dunia lain. Namun, kami akan kembali ke dunia asal, tanpa anti liyan.
Perjalanan
Falsafah Harian (Everyday Philosophy) berjalan ke Kediri. Pengarangnya hendak berbagi tema tentang peluang dan tantangan yang akan dihadapi oleh lulusan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Universitas Syekh Wasil.
Dalam perjalanan, saya menikmati lagu Kantata, sebagaimana menjalani sehari-hari di rumah, kita bisa memutar nyanyian. Seraya mendengar banyak lagu, saya dan Mas Zuhri Humaidi ngobrol hal ringan tentang kehidupan.
Lalu, di area rehat, kami berhenti untuk salat di masjid Annur. Seusai sembahyang, kami pergi ke kedai Basmalah. Di depan kedai, secawan kopi menjadikan sore kami hangat ditingkahi dengan obrolan riang. Dalam keadaan apa pun, kita memahami sehari-hari dengan menjalaninya secara terulang-ulang. Kehendak menjadikannya dalam adalah hasrat untuk menghindari kebosanan.
Saturday, November 15, 2025
Ilusi Pesona Harvard
Berita reshuffle kabinet tentu memantik harapan baru. Salah satu isu yang muncul adalah apakah ijazah Harvard merupakan jaminan? Persoalan ini pernah muncul dalam kaitan dengan usaha kantor kepresidenan merekrut staf berkelulusan universitas terkemuka, seperti Harvard dan Duke. Menurut Luhut Panjaitan saat itu, Universitas Harvard telah melahirkan enam Presiden Amerika, sehingga tentu kedudukan universitas ini, yang selalu berada di papan atas, merupakan jaminan mutu alumninya.
Friday, November 14, 2025
Ulang Tahun Perkawinan
Menuju Stasiun
Thursday, November 13, 2025
Guru Bahasa Jawa
Saya dan istri sering ngobrol soal tanggapan pelajar terhadap pelajaran bahasa daerah. Dengan RPP, proses pembelajaran jauh lebih terukur. Namun, apa yang lebih sublim adalah hubungan guru dan murid yang hangat dan menyenangkan.
Untuk itu, istri mengenalkan kosa kata Jawa melalui lagu Jawa, seperti Gethuk (Jawa Tengah) dan Rek Ayo Rek (Jawa Timur) agar para murid bisa lebih santai belajar bahasa. Penguasaan pada komunikasi lisan dan tulisan adalah tujuan dari pembelajaran.
Sufisme Qur'ani
Wednesday, November 12, 2025
Politik Hukum
Saya membacanya untuk persiapan kuliah Politik Hukum hari ini. Mahasiswa Ahwal Syakhsyiyyah perlu memandang aturan itu dibuat dalam koridor kekuasaan.Sambil menikmati jazz-soul, saya melihat hukum sejalan dengan hikmah kata yang berasal dari akar kata yang sama, ح ك م. Dengan demikian, larangan merokok di banyak kawasan umum bukan sekadar soal pembatasan, tetapi pengaturan bersama agar semua merasa nyaman.
Tentu, bunyi juga perlu diatur, bahkan di rumah. Bagi Zumi, instrumentalia adalah suasana warung, bagi Biyya ketenangan. Bagi kita sebagai orang tua, apa yang menyenangkan bagi anak adalah kebahagiaan. Namun, lagu Rhoma Irama tidak setiap anggota keluarga menikmatinya. Saya harus mendengarnya sendirian di loteng.
Puncak kepatuhan justru kala kita sendiri. Sebab, kesadaran ini tak perlu pengawasan, melainkan permenungan bahwa kita hanya memerlukan sedikit peraturan, yakni kemampuan diri untuk tahu diri.
Tuesday, November 11, 2025
Rhoma, PPP, dan Orde Baru
Ini hanya sekelumit kepongahan kekuasaan, yang membawakan dirinya menerima demokrasi, padahal seolah-olah. Meskipun samar-samar dalam ingatan, saya merasakan getaran yang kuat hingga saat ini. Melawan mereka yang congkak!
Pada 30 November 1977, secara resmi lagu Hak Asasi Manusia dilarang disiarkan di televisi. Padahal nyanyian ini menggelorakan Pancasila sebagai dasar negara. Jelas, rezim Orba sangat takut pada kebebasan berbicara. Naga-naganya kini pembungkaman berjalan dengan cara lain. Ngeri!
Menjelang pemilu 1982, Bang Haji lagi-lagi mengguncang khalayak. Nomor Indonesia yang mengkritik prilaku rasuah telah mendorong pemerintah menjegalnya. Negeri kaya ini dimiskinkan oleh segelintir orang. Sungguh kritik pada oligarki yang telak, kala orang-orang masih bertiarap menghadapi kekuasaan yang sombong.
Keterangan: Gambar ini melukiskan suasana kampanye PPP di era Orde Baru
Kereta Api Pandalungan
Saya menunggu kereta api yang akan mengangkut tubuh dan pikiran saya ke Jatinegara. Duh, selawat Al-Khushary dari dua corong masjid berkumandang. Tentram meraja lela.
Ada 4 bule dengan tas ransel besar. Dua ibu di sebelah yang ngobrol. Seorang anak kecil menangis kejet. Kebanyakan penumpang memelototi layar telepon genggam.
Di dalam gerbong, Saya nanti akan membaca disertasi UIN Walisongo tentang sejarah tokoh melalui kajian Living Qur'an dengan pendekatan etnografis. Ko-promotornya adalah teman seangkatan dulu, dia Syariah, saya Ushuluddin. Pengujinya kakak kelas di IAIN Sunan Kalijaga.
Sebagai pengajar mata kuliah Living Qur'an, saya melihat kitab suci itu hidup dalam banyak kegiatan warga, seperti Yasinan, Tahlilan, dan selamatan. Namun, sebagai penganut pedagogi kritis, saya ingin melihat surah Yasin itu dibaca oleh petani, nelayan, dan buruh sebagai pesan Tuhan yang membebaskan. Firman bukan penglipur lara dan obat penenang. Khalas.
Kisah di Balik Persidangan
Monday, November 10, 2025
Stasiun Gubeng
Pramugari menawarkan nasi goreng Parahyangan pada para penumpang. Sang masinis berdiri di depan pintu. Dari jendela, saya melihat kota tampak lengang. Rehat itu nikmat. Tidur itu memasuki ruang lain dalam kehidupan.
Saya menarik napas. Sebentar lagi, Blambangan akan menjejaki tanah Probolinggo. Setiap perjalanan akan berhenti di satu titik, dan akan melanjutkan ke titik lain. Namun, apa pun destinasi yang menjadi tujuan, kita akan kembali pada pikiran dan perasaan sendiri.
Pagi Sore
Dari Bidakara, saya dan Mas Duri ke warung Padang Pagi Sore. Anehmya, kami menikmati makan malam. Saya merasakan kenyal kikil dan menyedap c...
-
Buku terjemahan saya berjudul Truth and Method yang diterbitkan Pustaka Pelajar dibuat resensinya di http://www.mediaindo.co.id/resensi/deta...
-
Ahmad Sahidah lahir di Sumenep pada 5 April 1973. Ia tumbuh besar di kampung yang masih belum ada aliran listrik dan suka bermain di bawah t...
-
Ke negeri Temasek, kami menikmati nasi padang. Kala itu, tidak ada poster produk Minang asli. Pertama saya mengudap menu negeri Pagaruyung ...






















