Sunday, May 25, 2025
Hadrah
Mengerti Lagu
Mencerap Buku
Tahu Diri
Anda mengenal diri dari nama, keluarga, dan kepercayaan. Takrif manusia dibatasi oleh apa yang menempel pada tubuh. Lalu, bagaimana jika ia menemukan diri yang lain?
Tak dapat disangkal, seseorang mengalami kebingunan karena hakikat diri dalam pengetahuan ditopang oleh pencetus yang berbeda, ada sarjana yang mendasarkan pada dorongan seksual dan agresi, sementara yang lain spiritual.
Siapa pun tentu telah mengalami pendorong itu. Seusai melewatinya, ia akan selalu menemukan dirinya dalam sunyi. Dalam keramaian, kita menyesuaikan dengan kerumunan. Kalau menjadi diri sendiri, kita ingin diakui oleh khalayak.
Thursday, May 22, 2025
Kedai Buku
Kala keluar dari penginapan untuk makan, saya bersirobok dengan papan nama smobookstores dan tulisan Jawi (Arab pegon).
Warung Sayur
Kawin di Masjid
Kemarin saya menghadiri acara akad nikah jiran. Semoga Boggy dan Silmi berbahagia.
Seorang Kiai dari Jember membaca selawat Badar menyambut kedatangan pengantin lelaki ke dalam surau. Betapa khidmat kami membaca pujian sambil berdiri dan diiringi petikan jemari pemain organ tunggal, yang menyisipkan nada piano di sela-sela tetabuhan hadrah. Pagi cerah.
Aha! Tiba-tiba (Memori ini sengaja dipilih), organis ini mengingatkan saya pada video klip Slash yang mencabik gitar dalam nomor "November Rain". Saya pikir kesyahduan itu soal pewarisan dan pengalaman. Berdiam sambil melantunkan nyanyian yang diiringi dengan bunyi rebana adalah oksimoron pada dirinya. #Paiton
Ket: Foto kredit Pak Haris
Orang Terkaya Malaysia
Saya tak tahu apa yang dilakukan oleh 10 orang terkaya Malaysia di waktu sore. Manakala, saya menikmati kopi panas, bacaan alternatif, musik lembut dan prilaku orang ramai di warung terminal.
Untuk itu, saya selalu berpesan pada mahasiswa, usahakan dengan sungguh-sungguh untuk menjadi orang kaya atau pintar. Syaratnya adalah jujur.
Di sini, setiap orang hanya berhenti sejenak untuk melanjutkan ke destinasi. Justru, kita tertantang untuk menjadikan setiap detik dari kegiatan untuk berarti.
Warung Jibril
Teman baik saya mengunggah foto sebuah warung di Johor. Ia tinggal di Singapura. Sebagai pemikir, rakan tersebut tentu menemukan alam pikiran Melayu di Semenanjung. Apa nama ini tidak menimbulkan salah paham?
Makna kata rapuh. Tanda akan dipahami secara berbeda. Pesannya menggerakkan kita. Tak pelak, kita tak sama dalam melakoni kehidupan.
Ini akan menjadi bahan diskusi di kelas Falsafah Takwil Universitas Nurul Jadid - UNUJA. Apa tanggapan Anda? Saya ingin buka kafe dengan nama Hermes. Hehe
Warung dan Tenang
Beruntung, Encik Hisham, seorang satpam, memberitahu bahwa penyanyi yang bersenandung itu adalah Rahmat Ekamatra.
Kadang, banyak lagu yang saya nikmati tak diketahui judul dan penyanyinya. Burung di Bukit Kachi pun demikian. Ternyata tekukur dan merbok itu nempunyai kicauan yang berbeda.
Mengalir kadang tak risau soal takrif dan nama. Lalu, setelah tahu keduanya adakah keindahan nyanyian dan kicuaun akan dirasakan secara berbeda?
Warung Pecel Madiun
Warung pecel Madiun di Paiton beralmanak Maiyah. Seraya membaca Jared Diamond, "Dunia Hingga Kini", saya pikir identitas itu bukan batas. Kebetulan sang anak merupakan penggemar Cak Nun. Wajar, ia menempel penanggalan di dinding kedai si emak.
Kita sejatinya merayakan banyak kata. Menonjolkan satu tanda adalah sia-sia. Pada diri kita, pelbagai lambang menumpuk secara tumpang-tindih.
Saya pun memiliki kenangan yang kuat tentang Padang Bulan. Penulis Slilit Sang Kiai ini piawai berkata lisan dan tulisan. Pengalaman dan pengetahuannya menyodorkan cara berbeda dalam memahami peristiwa.
Jalan Pagi
Saya melewati warung ini. Setiap malam, saya bisa menumpang dengar karaoke dari rumah karena jarak telinga menjangkau.
Kalau tidak lagu Rhoma, nyanyian Suci dalam Debu mengalun. Setiap orang meraih kesenangannya dan membubuh makna pada pengalaman.
Hitam lagu Rita yang dianggit oleh Bang Haji adalah sore yang cerah kami di waktu kecil tatkala bermain bola di lapangan.
Sunday, May 18, 2025
Suramadu | Kopi | Rintik
Kisah petinggi wakil kita itu bak drama. Hanya kisah segelintir yang otentik. Tak pelak, kebanyakan konstituen tak juga cerdik sejak era Reformasi.
Kini, politik masih menyisakan cerita yang sama. Reformasi belum bekerja secara saksama. Namun, setidaknya ada pergiliran kekuasaan. Ada mobilitas yang bisa diraih oleh siapa saja.
Saturday, May 17, 2025
Pagi | Sarapan | Koran
Ritual | Bacaan | Harapan
Kachi di Bulan Suci
Pecel Madiun dan Cak Nun
Friday, May 16, 2025
Bus, Faizi, dan Lefthanded
Menjelang memasuki Sintok, Sinar FM memainkan Kidungmu Left Handed. Penat raib.
Pribahasa Arab: Musik menjadikan kita istimewa. Ya, kegiatan Kembara Ilmu mahasiswa UUM, UHAMKA Jakarta, dan IPG kota Bharu sering menggunakan lagu dalam menyemangati murid di SD Badak, SD Kubang Golok, dan SD Pauh Lima.
Kala lihat bus, Mas Kiai M Faizi selalu hadir.
WADAH
Setelah berdiskusi tentang Reformasi dua negara serumpun, saya memerhati muktamar sanawi (tahunan) WADAH (transformasi ABIM) yang menyelesaikan 12 agenda dalam 15 menit.
Encik Halimi, sekretaris jenderal (setiausaha agung) WADAH, menegaskan bahwa organisasi ini menjaga jarak dgn partai politik karena mengutamakan bergiat dalam tarbiyah dan dakwah untuk menjadikan Islam sbg cara hidup.
Saya sendiri senang ketika Amar, mahasiswa Perbankan Islam KUIP, turut serta dalam kegiatan seperti ini di tengah kegemaran anak muda hari ini lebih suka menyendiri dgn keasyikannya. Hebatnya, ia tak suka bermain Facebook.
UHAMKA
Makan ayam penyet bersama dosen dan mahasiswa UHAMKA Jakarta di sebuah warung Mal Aman Central yang bersisian dengan KFC dan McDonald, saya belajar tentang keberpihakan selera, kelas, dan budaya.
Dari kursi ini, kami bisa menikmati menara Alor Setar yang menjulang tinggi dan berdiskusi isu epistemologi makanan dan jati diri. Industri selera massa mengepung kita dan harapan pembebasan bermula dari pilihan. Jika tidak, warga hanya menjadi buih yang diombang-ambingkan oleh kepalsuan.
Menjadi Malaysia
Steven Sim, wakil rakyat Bukit Mertajam, bicara "Being Malaysian", yang juga judul bukunya, dalam acara Personaliti Malaysia Memilih.
Dalam bahasa Melayu yang fasih, ia membahas Hang Tuah. Dengan mengambil tempat di toko buku Gerak Budaya Petaling Jaya, lelaki berkacamata ini menegaskan betapa penting memahami jati diri melalui kesusastraan.
Dunia politik yg sangat menyeronokkan. Orang Melayu mesti menyadari identitas kemelayuannya dgn terbuka pada orang lain, sebagaimana ditunjukkan oleh Hang Tuah dengsn menguasai bahasa Cina, Tamil, dan Arab.
Kata kunci untuk menjadi seorang Malaysia yang sejati adalah bersiap sedia berkongsi (berbagi) rasa, spt kesediaan Steven untuk turut serta dalam kegiatan berbuka (iftar), sebagaimana orang Melayu menikmati kue bulan.
cc: Sdr Abdul Rahman Kamis, sdr Pang Chong Meng
Tepekur
Saya tepekur di balkon seluas 2 meter persegi. Karena terbuka, tak ada penghalang untuk melemparkan pandangan, saya melihat dunia luas. Apakah Anda masih merasa kediaman yg ditempati kekecilan?
Pagi masih gelap. Binatang malam bersahutan dari bukit. Udara segar menyerbu dari segala penjuru. Mengapa jangkrik mengcengkerik tanpa jeda? Apa nggak penat? Burung pipit mencuit.
Tapi, kita hanya membuat rumah terbuka di hari raya dan waktu tertentu. Lalu, kita menutup pintu. Hidup normal adalah kasak-kusuk.
Mari bersalaman setiap saat!
Hitam Rhoma Irama
Ketika mendengar lagu "Hitam", Rhoma dan Rita, saya justru ingat kampung di waktu sore yang hangat. Sawah, madrasah, SD, bola, surau, kali, dan sungai berlegar di benak.
Mungkin ini penjelasannya. "In the formal and generic sense, a song must be always motivated by what its words express, but as we all know, it is not by attending to words alone that we make sense of or attribute meaning to songs" (Kramer, 2002: 63).
Diambil dari Henrietta L Moore, "Still Life: Hopes, Desires, and Satisfactions", 2011: 117. Anda juga mengalami hal serupa, bukan?
Lokasi: Bukit Kachi
Wednesday, May 14, 2025
Kesalehan
Saleh itu orang baik. Banyak jalan untuk menuju ke sana.
Misalnya, berolahraga agar badan cergas dan tubuh sehat. Cara melakukannya berbeda sesuai minat, kemampuan, dan waktu. Isteri saya memilih bersenam. Selain itu, silaturahmi bikin umur panjang. Kekalahan dalam permainan itu soal tafsir. Setidaknya, saya menang terhadap kemalasan.
Saya memilih bermain pingpong kemarin bersama rekan kampus. Anda?
Kabut
Dari balkon, saya menikmati kabut pagi, kokok ayam, dan kicau burung.
Setiap orang mengambil tempat dalam kediriannya. Keadaan ditafsir dan dirasakan oleh sendiri. Rasa nyaman hadir ketika tubuh sehat dan pikiran tak penat.
Jika kita berusaha mewujudkan keleluasaan untuk orang lain, kita telah mengalami kepenuhan. Bukankah keselesaan yang kita nikmati berasal dari hasil kerja orang lain?
Jeli | Pagi | Seri
Jeli | Pagi | Seri
Dari tingkap, keindahan terungkap. Bukit tegak kokoh. Angin sepoi. Kabut lembut. Burung bermandi gerimis. Truk berhenti sejenak. Udara segar menyerbu masuk.
Di kelas pasca kemarin, saya memeriksa semantik rezeki, yang sering kali hanya dipahami sebagai wang, benda, dan kedudukan.
Bahasa adalah dunia mengada seseorang. Sebatas kata, seluas makna. Semakin sempit arti kata, semakin sumpek hidup Anda.
Tuesday, May 13, 2025
Pesan Film The Flu
Dengan memilih kudapan gadung oleh industri kecil, kita telah memanfaatkan bahan lokal dan mendekatkan jarak. Makanan ringan tersebut disiapkan untuk acara nonton bersama keluarga. The Flu, film tentang endemi, yang ditayangkan televisi nasional, menyoal soal egoisme, kata Biyya. Zumi bilang, film seperti ini menakutkan sehingga terbawa mimpi.
Dengan menyumbang Rp 200 untuk peduli pendidikan MUI, kita mendorong lembaga ini aktif dalam kegiatan pemerataan pembelajaran. Dengan membeli Zinc, kita bisa keluar dari batas sempit tentang cinta produk Indonesia. Tapi, seeloknya, kita memakai Mustika Ratu, Sari Ayu, dan Wardah.
Lalu, sejatinya kita lebih sering tak perlu apa-apa dalam keseharian. Dalam 23 jam, kita akan merawat rohani. 1 jam itu untuk pemenuhan ragawi, spt mandi, makan, dan minum.
Rokat
Menengok kembali tempat saya lahir melalui cerita pendek. Dialog pertama menggugah. Betapa tak nyaman hidup dengan tuduhan yang tak beralasan. Tapi, begitulah adanya.
Rokat untuk selamatan, tapi tak menjadi seperti yang diinginkan. Sinisme dari liyan karena tak sama dengan orang lain. Beginilah sekelumit watak orang kampung.
Aha! Apa pengertian terpelajar? Sepatu tumit tinggi agar berbeda dgn orang "ndeso" (kekampungan). Justru, ini penyebab kecelakaan. Makan tuh simbolmu! Apakah kira-kira begitu pesannya?
Potongan-potongan akan mengandaikan makna keseluruhan. Tapi, biarlah itu urusan hermeneut. Duh, semburat jingga mentari pagi itu mengalihkan dari kertas koran
Subuh yang Teduh
Kebanyakan jamaah adalah orang tua. Justru, sang imam adalah anak muda yang membaca surat Sajdah dan Al-Dahr. Seusai zikir, kami berdiri seraya berselawat dan bersalaman satu sama lain.
Setiap orang akan membawa makna ritual masing-masing ke rumah, namun kita perlu bersama liyan (mit sein) agar tak kesunyian.
Masjid ini yang berdiri di Pangkalan Chepa Kelantan tampak tua. Ia hendak mewarisi masa lalu agar warganya menengok akar.
Monday, May 12, 2025
Bulan
Setelah melihat bulan dari jendela, saya bergegas untuk memfoto raja malam yang berada tak jauh dari puncak bukit. Seusai berjamaah subuh di masjid, rembulan tenggelam.
Tak jauh dari saya berdiri untuk memotret, sebuah pohon pernah mengeluarkan harum semerbak. Bulu kuduk berdiri. Ketika hendak berlari, otak kiri mencegahnya. Mungkin, bunga sedang berputik, bukan sekumpulan jin sedang bercengkerama. Setelah itu, saya menikmati wewangian sebagai bagian dari keindahan Bukit Kachi.
Nyata dan Maya
Setelah berbuka dengan teh, nasi, telur, dan sayur, saya menikmati bubur ketan hitam sambil menonton sinetron Para Pencari Tuhan 10.
Karakter Bang Jack itu tak hitam putih dan serba gagah. Kita pun tak perlu melihat orang lain di dunia nyata mesti sempurna. Anda suka watak siapa?
Dengan kelemahan masing-masing, kita sangga dgn kekuatan yang pada kita. Betul?
Antisipasi
Pada suatu hari nanti, saya akan melakukan hal serupa. Setelah berjamaah subuh, saya dan para pensiunan akan bersarapan.
Ada hal kecil yg berdampak besar, saya menyesap es teh tanpa sedotan. Selain itu, saya bisa menjadi pendengar apa yang sebagian besar pengunjung bercerita satu sama lain. Ini bukan menguping, tapi menelinga.
Dengan mengambil tempat yang berbeda, saya sejatinya tak melakukan hal yang sama di warung ini. Kebosanan bagi Biyya dan Zumi hadir ketika keduanya penat dan lapar.
Bakso
Makan bakso di Wapo.
Kakak said that Zumi needs a therapist because he is so angry when her little brother did not get what he wants.
Kami berdua pun tersenyum. Padahal Zumi hanya ingin es teh. Bundanya bilang tak boleh karena si bungsu sedikit batuk.
Sudut Baca
Perpustakaan kecil di terminal Purabaya, Surabaya.
Setelah mengasup soto dan teh panas, saya mengunjungi ruang sudut bacaan ini. Kita hanya memerlukan 20 menit untuk perut, tapi berjam-jam untuk kepala.
Tuan, kepala itu pusat dari tubuh. Jangan digebuk!
Lampu Padam
Menjelang hari filsafat dunia
Semalam lampu padam. Saya beranjak tidur lebih awal dan bangun pada dini hari. Hujan turun pada pukul 2.35. Angin malam menusuk. Sambil menikmati radio "streaming" The New yang memainkan alternatif, soul dan blues, saya masih mendengar suara kendaraan yang lalu lalang di jalan arteri.
Dulu, kami hidup di kampung. Kalau terjaga, kami tepekur sebab tidak ada siaran televisi, internet, dan radio. Kini, manusia hidup selama 24 jam bila mau melakukannya karena mereka bisa menghabiskan waktu dengan berselancar di dunia maya dan bercakap di media sosial.
Puluhan ribu kilometer Paiton dan Amrik dilipat dengan lagu The Moss Imsomnia. Imajinasi ini berjalan ke sana ke mari untuk mencari tanda. Ternyata, seperti ditulis oleh McCarthy dalam How Philosophy Can Save Our Life, kode filsafat itu bisa dituangkan dalam narasi, drama, film, dan nyanyian.
Tetapi, mungkinkah huruf dan suara itu mengantarkan pada keabadian bila Tuhan tidak hadir dalam keduanya? Satori dalam tradisi Zen itu adalah pengalaman intuitif dari pencerahan yang tidak bisa dijelaskan, digambarkan dan diterangkan dengan akal budi dan logika. Toshihko Izutsu remaja dulu selalu diminta oleh bapaknya untuk menghapus kata setelah menuliskannya di atas kertas.
Lalu, apa yang kita harus lakukan bila pengalaman puncak itu tak bisa berpijak pada kata-kata? Mungkin kiasan bisa menjelaskannnya dengan menghadirkan lautan sebagai pengalaman dan perahu yang kita tumpangi adalah jalan untuk mengarungi samudera ma'rifat. Itulah mengapa kapal kecil kita harus kokoh dan kuat menghadapi gelombang. Kalaupun kita tenggelam, kita berada dalam lautan keabadian.
Nasi Pattaya
Makan nasi goreng Pattaya?
Itu biasa. Tapi, saya melakukannya dini hari. Mahasiswa membelikannya di warung tak jauh dari asrama.
Ada pesan? Mungkin. Pak, udah tua, elok banyakkan puasa dgn bersahur.
Tiga orang pelajar yg menjemput saya di Terminal Bungurasih adalah mahasiswa bisnis syariah. Kami pun bicara isu ini sambil menikmati lagu MP3.
Ketika berkegiatan di jam rehat, kita belajar mengatasi kebosanan. Kata terakhir ini adalah lema favorit Biyya dan Zumi.
Kaidah
Fatih, 14 tahun, adalah santri Assalam, Surakarta. Lelaki asal Bandung ini menghabiskan hari libur di rumah kami. Karena terbiasa bangun pagi di pondok, ia dgn mudah berjamaah subuh di bukit Kachi dan sering melantunkan iqamah.
Ketika berjalan ke masjid, siswa yg bercita-cita diplomat ini bercerita bahwa seluruh santri berangkat tidur jam 10 dan membuka mata sebelum fajar. Pendidikan sejatinya menanamkan kebiasaan. Ketika kaum pelajar bisa menundukkan raga, mereka memenangkan jiwa. #PembangunanKarakter
Kisah Nyata
Pukul 1.14 pagi, dua pelajar menekan bel rumah. Keduanya memberi kabar bahwa ada beberapa mahasiswa dirasuk (Kerasukan). Kami pun bergegas ke kampus.
Salah satu dari mereka menyebut dirinya sebagai Kasturi yang hidup 400 tahun. Adiknya bernama Mawar. Makhluk halus ini berasal dari Palembang. Namun, dialeknya Betawi, Jakarta. Jangan begitu dong? Ceracaunya.
Pak Ku, ahli kebatinan, meminta mereka dibawa ke masjid karena gedung tempat mereka bergiat tak selamat. Dengan setia, para temannya mengiringi. Di sana, mereka membaca Yasin seraya berharap agar Kasturi segera pergi. Ia pun tertawa. Saya bukan Islam, jawabnya dengan ketus.
Subuh adalah batas. Akhirnya makhluk itu raib. Mahasiswa yang kesurupan mungkin letih setelah berlatih untuk persembahan teater. Tubuh adalah penyangga. Jika lemah, jiwa bisa rebah.
Pesan dari kisah ini adalah elak dari berjaga atau begadang. Untuk itu, saya sering mengizinkan mahasiswa untuk tidur di kelas.
Selera
Mengapa tidak Avenged Sevenfold? Apapun, mahasiswa ini telah berjamaah subuh, berzikir, dan mengaminkan doa sang imam, sdr Aziz. Daripada suka nasyid, tapi memilih tidur sehabis sahur?
Mari mainkan Unforgiven! Nomor ini mengingatkan saya pada kawan Aqidah Filsafat, Iyong. Pemuda kritis dan hangat. Orang muda yang baik itu telah meninggalkan kami. Soe Hok Gie juga mati muda.
#BukitKachi
Memindai
Dulu, ayah mengajak saya ke rumah saudaranya yang berumah di atas bukit, Gunung Tinggi. Kami berjalan kaki dari jalan raya setelah turun dari angkutan umum.
Kegembiraan membuncah. Setelah penat yang bikin lapar, tuan rumah menyuguhkan sate kelinci. Daging arnab ini lezat alang-kepalang. Kejadian seperti ini selalu berulang.
Tak hanya kami, orang ramai menggunakan kaki sbg moda transportasi. Kini, di kampung kami hampir setiap keluarga punya sepeda motor.
Berjalan bukan pilihan. Padahal kata buku ini, kegiatan tersebut bikin pelaku kreatif, bahagia, dan tidak stres.
Merenung
Memasak air untuk menyeduh kopi adalah melihat hal lain dalam keseharian. Tentang air yang "menghidupi" dan kopi yang menyemangati kita, saya merenung bahwa tubuh dibuat nyaman dgn asupan. Ini juga dialami Biyya semalam tatkala dibelikan kue terang bulan. Ia senang alang-kepalang.
Setelah kenyang, makanan batin berwaktu lebih panjang. Dalam tepekur, sekali waktu angin sawah menerpa wajah dgn lembut. Lagi-lagi, kenikmatan itu terkait dgn kondisi badan.
Setelah menua, gigi tanggal, rambit beruban, mata merabun, menjadi tanda bahwa orang itu perlahan tapi pasti kehilangan kekuatan fisiknya, tapi mungkin tidak jiwanya.
Singkong Balado
Setidaknya, kalau isi buku tidak masuk kepala, pastinya singkong ini masuk ke mulut.
Biasanya, setelah kenyang orang baru bisa berpikir. Dalam keadaan lapar, ia tidak bisa memahami sesuatu secara jernih.
Lokasi: Warung Kitoz
Spiritualisme
Keperluan tubuh itu tak bisa diabaikan. Dalam keadaan lapar dan haus, jiwa ini tak merasa nyaman, gundah, dan gelisah.
Materialisme bisa dibahas dengan kepala dingin apabila kita telah makan. Dalam keadaan lapar, kita sadar peri pentingnya materi (matter).
Hanya, setelah kenyang, kita perlu tenang. Membaca buku yg dipinjam dari perpustakaan dan mendengar musik dari radio Sinar FM, sambil menyeruput kopi itu sejenis spiritualisme. Keseimbangan itu mudah dan murah, bila kebutuhan dinikmati, dan hasrat dikawal.
Sarapan
Bukit Kachi, burung tekukur, awan tenang, dan kenyang. Ketika lapar, saya tak bisa tepekur.
Tubuh menyangga jiwa. Hidup kita dimulakan dari benda (materialisme), atau roh (idealisme). Biarlah mereka memilih, toh pada titik tertentu bertemu.
Pedihnya "Lapar" Rhoma Irama menyadarkan kita bahwa hartawan itu ternyata tak selalu kenyang. Kelaparan menyergap siapa saja.
Sudut Pandang
Setelah itu kami makan siang di kantin Subaidah yang berhalaman belakang rimba yang asri. Riang itu adalah soal sudut pandang.
Pendek kata, kita bisa bergembira dengan apa saja. Toh, ini soal cara melempar pandangan.
Latah
Pertama kali saya menikmati Guns N Roses ketika belajar di pondok Latee. Salah seorang santri memiliki kaset album Use Your Illusion. Dengan sekadar ikut-ikutan, saya merasa menjadi bagian dari remaja yang berselera modern. Waktu itu, saya belum menonton versi videonya.
Setiap kali mendengar November Rain, saya mengingat pondok, tempat saya bisa tidur siang dengan pulas, meskipun hanya 15 menit.
Setelah menua, saya hanya perlu tiduk lelap. Anda juga.
Jum'atan di Kedah
Tema khotbah tentang Hari Pahlawan. Suara imam begitu syahdu. Tempat ibadah ini berdekatan dengan kuil Hindu dan Gereja Baptis. Raja Agong melindungi warganya untuk menjalankan ibadah masing-masing. Setiap orang merawat batinnya.
Seusai jum'atan, saya pun bertemu dengan banyak manusia di pusat perbelanjaan. Di sini, kami tinggal lebih lama berbanding tempat ibadah.
Waktu dan Ada
Status FB bertarikh 2016 ini dibaca pada 2025. Barusan kami sarapan nasi kuning yang dibeli di depan MAN 1. Berita kini didapat dari X, bukan koran bercetak.
Sekarang adalah mengulang apa yang dilakukan dulu. Teh ais limau adalah minuman favorit kala saya menghilangkan haus. Kadang, kenikmatan itu hanya menghadirkan kenangan.
Homo Ludens
Siang ini, saya akan berbagi jejak kepenulisan dengan sahabat PMII. Dulu, saya pernah membeli Homo Ludens, tetapi menjualnya ke Paman Faridl Rusydie karena perlu uang, maklum kiriman lambat.
Eh, teman sekelas Mas Noor Aziz masih menyimpan buku yang sama. Dulu, kami tak membaca Miliband dan Laclau, seperti rekan-rekan SMID. Saya menyusuri jalan lain pengetahuan. Toh, pada tahun 1998-an, kami pun turun ke jalan. Hehe
Saya sih ikut-ikutan saja. Ternyata, sebagian mereka yang sungguh-sungguh meneruskan gaya Orba.
Etika Hewan
Setelah makan siang, saya menunggu kegiatan selanjutnya sambil menikmati radio Sinar FM, Kuala Lumpur. Nash, Pada Syurga di Wajahmu, mengalun. Hanya Tuhan Pasti Mengerti.
Saya masih merasa tak nyaman, barusan mengunyah ayam goreng. Kekerasan pada hewan itu melanggar etika kebinatangan.
Lalu, apa sikap kita pada tradisi kurban?
Sunday, May 11, 2025
Laut Malaysia
Satu hari sebelum kegiatan asrama di mulai, kami datang ke lokasi. Dari penginapan, pantai berjarak 3 meter. Di pagi itu, saya melihat dua orang Indonesia yang menjala ikan bersama majikannya.
Encik Zam bercerita bahwa ia dan pekerjanya seperti keluarga. Di hari Minggu, mereka berekreasi bersama di Kuala Muda. Mereka berdua tak melepaskan rokok Gudang Garam dari bibirnya ketika membentang jaring.
Tahukah Anda, sehari sebelumnya ketika membeli koran Sinar Harian di pom bensin Petron Kelantan, lagu Rindu Farid Harja mengalun? Aha! Ini pengalaman ekstase.
Buku Teks
Barusan kami mengambil buku pelajaran Zumi. Ia dan kawan-kawan membelinya dari sekolah. Tadi, kami bertemu dengan banyak orang tua yang jug...

-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Kata dalam judul sering didengar di tahun baru. Orang jiran menyebutnya azam. Anda bisa menyebutnya tekad. Buku ini menandai sebagian dari ...
-
Rindu itu adalah perasaan akan sesuatu yang tidak ada di depan mata kita. Demikian pula, buku itu adalah jejeran huruf-huruf yang menerakan ...