Friday, May 31, 2024

Yasinan

Di kampus, kami membahas corak tafsir abad klasik, tengah, dan modern/kontemporer.

Di masjid, kami membaca surah Yasin di malam Jum'at. Betapa senang ada banyak remaja dan anak-anak turut hadir. Haji Fauzan merapal doa dan Haji As'adi memimpin bacaan jemaah.

Setiap orang menjangkau kitab suci sesuai daya. Maknanya bersemayam di kepala. Dari sini, kepahaman menjelma aksi nyata. Dari kemungkinan tindakan, salah satu warga membawa gorengan, bungkusan nasi, dan kopi. Di sini, kami pun bercengkerama.

 

Thursday, May 30, 2024

Belajar Filsafat

Pak Zuhri Humaidi menggelar sekolah filsafat IAIN Kediri. Ini adalah salah satu ikhtiar agar mahasiswa AFI dapat melihat cakrawala yang lain.

Dengan dua materi di hari pertama, metode berpikir dan tema-tema pokok Filsafat Islam, kami hendak mengulik warisan Yunani dan Arab. 

Melalui pandangan Kritis (Kriths), dua negeri di atas kini jelas memiliki batas-batas yang telah retak. Tak pelak, sejak mula orang tak pernah sama dalam melihat sesuatu. 

Apa pun, Ibn Sina memiliki kebiasaan untuk mengunjungi makam para wali tatkala penulis Asy-Syifa (Pengobatan) tersebut mengalami kebuntuan dalam memahami bacaan. Saya pun mendengar dari teman sendiri yang melakukan hal serupa. 

Kami pun meneladankan laku tersebut dengan berziarah ke makam Syaikh Washil Syamsuddin di malam hari setelah menikmati bebek di warung Pak Slamet. Di depan nisan kami tepekur bersama pengunjung yang lain. Sementara, di masjid sebelah ada pengajian kitab Jalalain yang dihadiri oleh banyak jemaah. 

Lalu, kami pun keluar melewati pintu gerbang. Di depan masjid banyak orang sedang menyesap kopi dan menghebuskan rokok di beberapa kedai.  Betapa harmonis keadaan di sini. Satu sama lain tak perlu saling menyangkal atau mendabik dada siapa yang terbaik. Bukankah hampir setiap insan melakukan itu semua dalam waktu, cara, dan tempat yang berbeda dalam keseharian?

Hidup baik adalah tema abadi yang sejak awal telah dipikirkan oleh orang bijak bestari. Pekerjaan terbesar kita bukan hanya  mengulang-ulang ide mereka (ontologi) tetapi melaksanakan di mana kita bertempat tinggal (aksiologi) dengan memanfaatkan nalar (epistemologi). 

Akhirnya, kebaikan itu mempunyai banyak pintu. Setelah memilih, kita akan kembali menyepi untuk berada dalam sunyi. Sejati.

 

Wednesday, May 29, 2024

Bebek Carok

Seusai kegiatan sekolah filsafat Islam di IAIN, kami makan siang di warung Bebek Carok Tretan Muslim cabang Kediri. Karena pada malamnya saya telah menikmati bebek di Pak Salamet, saya memilih menu lain di sini. Dengan jeruk panas, saya begitu lahap merasakan gurihnya ayam.

Enak dan rangup. Apa betul musik Korea itu satu-satunya genre yang diperdengarkan di sini? Belum lagi, ada pengumuman di pintu masuk bahwa pengamen yang tidak bisa membawakan NCT akan diskip.

Pak Zuhri Humaidi, Pak Asy'ari dan Pak Mujid menjadikan acara makan siang ini semakin menyenangkan, karena bertukar banyak kisah.

Musik Hidup

Mereka menyanyikan I Live My Life For You oleh Firehouse. Ini mengingatkan saya pada teman baik, Ahmala, yang dulu mengoleksi kasetnya. Pemilik penerbit Bildung ini juga menyukai KLA. Dulu, grup Band asal Amrik ini pernah pentas di Jogja. Sayangnya, saya tidak datang untuk menikmati penampilannya secara langsung. Apa pun, setelah bunyi, kita akan menemukan diri dalam sunyi.

Lalu, ingatan ini bisa muncul tanpa diduga, sebagaimana saya raih ketika melewati mereka yang sedang bernyanyi. Pengalaman ini juga didapat tatkala saya berada di Kuala Lumpur, tempat saya mendengar band indie berdendang di sebuah warung tak jauh dari Bukit Bintang.
 

Ziarah

Tatkala saya berkunjung ke kota Kediri, kami berziarah ke makam Syaikh al-Washil Syamsuddin. Beliau pendakwah asal Turki yang berdakwah di Kediri pada abad ke-10 dan merupakan guru spiritual Sri Aji Jayabaya. Di masjidnya ada pengajian tafsir Jalalain yang diikuti oleh banyak jemaah. Ilmu dihayati. Di depan gerbang, ada beberapa warung kopi. Pengunjung di sini juga banyak. Mereka tampak menikmati qahwah dan rokok. Betapa lahir dan batin tidak perlu saling menyangkal.

Biarlah manusia menjalani hidup sesuai dengan alam pikiran dan perasaan masing-masing. Dengan hidup bersama secara harmoni, setiap individu akan menemukan diri.


Pengamen di Bus

Pengamen ini meletakkan pelantang di sebelah saya duduk. Usianya paruh baya. Wah, ia membawakan Setan Pasti Kalah dan Ibu Kotanya Rhoma Irama.

Saya begitu menikmati cabikan gitar pada nomor yang pertama dalam perjalanan dari Paiton ke Surabaya. Meskipun suaranya tidak tinggi, namun lelaki itu tampak membawakannya sepenuh hati.

Dengan merogoh Rp2000, saya turut serta mendukungnya sebagaimana para penumpang yang lain. Suasana dalam bus seakan-akan lebih nyaman, meskipun panas udara dari luar memancar ke dalam dengan cukup sengit.
 

Sunday, May 26, 2024

Ote-Ote dan Ekonomi

Pagi ini, saya membeli 4 te-ote hangat seharga Rp2000,00 dari Nyi Bu'a. Saya menyalami tangan nenek ini dengan takzim. Di tengah usianya yang sepuh  ia masih menggendong bakul dagangannya dan berjalan kaki ke sekolah Sumber Payung.

Kami mengenalnya  sejak SD. Beliau menjual kudapan, krupuk, dan gorengan untuk murid sekolah hingga kini (3 November 2019). Kesetiaan pada pekerjaan yang perlu diresapi untuk dimengerti. 

Keponakan saya adalah lulusan ekonomi UNESA. mungkin kisah ini adalah bahan perenungan yang perlu diketengahkan agar sorotan tidak melulu soal ide besar yang dibahas dalam buku teks. Pendidikan tinggi tidak hanya menghitung neraca perdangan dunia, tetapi juga pendapatan pedagang kecil. 

 

Rp2000, 00

Uang ini diberikan pada anak-anak dari pohon duit yang disponsori sebuah perusahaan nasional. Mereka tampak riang dengan uang yang didapat dari perayaan di masjid kampung. 

Peringatan Maulid (Kelahiran) berjalan khidmat. Setiap warga membawa makanan dan bertukar dengan bawaan orang lain. Sungguh khidmat dan nikmat!

Kecintaan pada nabi digelar secara bersahaja. Tetapi, ini akan berkesan pada anak-anak. Mereka juga mendapat bungkusan camilan. Bagi kami, kegiatan sosial adalah salah satu menanamkan nilai kebersamaan dan kepedulian. 

 

Monday, May 20, 2024

Philosophy for Dummies

Saya membawa buku Philosophy for Dummies untuk coba mengenalkan anak pada filsafat. Biyya tampak bersemangat tatkala pertama kali mendapatkan karya tersebut. Tetapi, akhirnya, penyuka lagu Aurora ini bilang ia terlalu rumit. Namun demikian, setidaknya, kami memberinya cara bagaimana berpikir, bukan apa yang harus diyakini tanpa nalar. Apalagi, anak-anak selalu bisa menjawab dalam merespons pertanyaan mengapa? Bila ini terlalu rumit bagi mereka, mungkin kita perlu jalan lain agar filsafat untuk anak bisa disampaikan melalui media lain, seperti komik. Saya coba mencari bukunya. Anda bisa merekomendasikannya?
 

Saturday, May 18, 2024

Kawruh Jiwa

Bahagia itu kini, di sini, dan sebegini merupakan ringkasan dari buku Fahruddin Faiz. Pilihan ide Ki Ageng Suryamentaram sebagai kutipan di halaman judul bukan tanpa alasan. Ia seakan hendak meringkas gagasan Plato, al-Farabi, al-Ghazali, dan Ki Ageng dalam satu helaan napas. 

Namun, pilihan simpulan itu diraih dalam proses panjang dalam pencarian moral (latihan) dan pengetahuan melalui pembacaan yang serius. Tatkala membacanya, saya melihat seorang pengunjung warkop ini juga menekuri halaman karya. 

Teman saya sejenak beranjak agar ia bisa merokok di sebelah dan saya tak tersiksa dengan asap. Mengerti orang lain bermula dari diri sendiri.

 

Wednesday, May 15, 2024

Terminal dan Majalah Tempo

Setiap kali  singgah di terminal, saya berusaha untuk melihat-lihat buku di kedai dan membeli majalah Tempo. Dalam perjalanan dari Paiton ke Jakarta, saya mampir ke Periplus untuk memelototi novel yang mungkin sesuai untuk Nabbiyya. Setelah mengulik lembarannya, saya pun menghubungi yang bersangkutan atau ibunya untuk memastikan apakah karya tersebut diinginkan atau tidak. 

Kali ini, saya merogok kocek Rp 55 ribu agar bisa membacanya tatkala berada dalam angkutan. Untuk kesekian kalinya, di dalam badan pesawat saya melihat sekumpulan orang Jepang yang juga sedang bepergian. 

Di sini, saya sering memerhatian surat pembaca karena hendak mencermati pandangan umum tentang banyak isu. Dari mereka, kita bisa memahami kehendak publika. Tentu, kolom Marginalia, sebelumnya Catatan Pinggir, adalah catatan yang memaksa saya untuk mengerutkan kening. Kali ini, Hikmat Darmawan menganggit kasta sastrawan. 
 

Tuesday, May 14, 2024

Kucing dalam Novel

Dulu, ketika belajar di Akidah dan Filsafat IAIN Sunan Kalijaga, kami punya kelompok belajar.
Ismail berujar kala itu, jika kita ingin memahami Ibn Taimiyyah, baca karyanya secara langsung, bukan melalui pikiran Cak Nur. Dengan mengambil tempat di masjid kampus, kami berbahas banyak isu pemikiran.
Buku ini dibeli di Kinokuniya seharga RM 78.65. Kesukaan pada eksistensialisme berputik ketika saya menjadi moderator bedah buku The Age of Reason di Lembaga Indonesia Perancis, Sagan Yogyakarta. Bayangkan, kehadiran kucing dalam novel Sastre terkait dengan isu kebebasan, kata Romo Haryatmoko. Kucing dalam karya ini sering kali dilihat sebagai makhluk yang bebas dan tidak terikat oleh aturan-aturan moral atau sosial yang membelenggu manusia. Mereka bertindak berdasarkan insting dan keinginan mereka sendiri tanpa memikirkan konsekuensi atau penilaian orang lain. Landung Simatupang sempat membacakan dialog dalam kisah Matthieu dengan memukau.
Apa mungkin kita memahami Sartre dalam bahasa Inggris? Gadamer bilang, terjemahan itu mungkin. Tetapi, kita paham bahwa gagasan mereka berpijak pada pandangan dunia yang sama, tradisi akal budi (hadharat al-aql), sehingga kendala bahasa bisa dijembatani.
Namun demikian, kita berada pada alam pikiran yg berbeda, tradisi teks (hadharat al-nash). Prinsip-prinsip etis mesti dicari rujukannya dalam kitab suci. Belum lagi, struktur bahasa kita mengandaikan "weltanschauung" yang rumit.
Akhirnya, seruwet apapun sebuah ide, bila penggagasnya memindahkannya dalam bentuk novel, ia tak ubahnya seperti kisah yang lain, ada tokoh, alur, plot, dan percakapan. Benar, hidup ini soal kita mau memilih cerita seperti apa. Beruntung, khazanah dongeng kita berasal dari banyak dunia. Aneh, jika kita berada dalam tempurung.

 

Monday, May 13, 2024

Prilaku

Dalam kelas akidah, kami membahas prilaku manusia berdasarkan ide kehendak bebas (Qadariyyah), ketetapan asal (Jabariyyah), dan usaha (Asy'ariyyah).
Diskusi di atas sejatinya akan makin hidup dengan pandangan pelbagai disiplin, seperti falsafah moral, psikologi, primatalogi, sosiologi, dan neurologi. Mengapa ada orang begitu baik dan sangat kejam? Mengapa ada benci dan cinta? Ini tak lebih dari faktor kelenjar (gland) atau warisan genetik, misalnya.
Kalau malas berbincang, ide Al-Shabuni merupakan jalan keluar, tak perlu tafsir dan nalar. Tapi, kita tak bisa menarik hidup ini ke masa lalu, bukan Menariknya, poin utama dari buku ini adalah kita tak membenci kekerasan. Nah lo?!

 

Sunday, May 12, 2024

Ketenangan

Apa mungkin ketenangan diraih? Dalam buku ini, Marietta McCarty, filsuf perempuan, menukas, gaya hidup kita menbuat ketenangan tidak mungkin (hlm. 251). Bab "Serenity" dibuka dengan kutipan dari Lao Tzu, "Kamu tidak bisa mengenalnya, kamu bisa mengalaminya, semudah dalam hidupmu sendiri".
Tapi, ketenangan mesti ditakrif. Ia adalah kepemilikan semangat yang siaga yang menyediakan cara menghadapi hidup secara konsinten dalam keadaan apapun (hlm. 233).
Untuk menghadirkan keadaan di atas, topik lain yg dibahas dalam buku ini seeloknya dicerna. Kesederhanaan, keluwesan, komunikatif, perspektif, empati, individualitas, dan rasa memiliki diurai dengan renyah. Menariknya, setiap tema diakhiri dgn rujukan musik, puisi, prosa, drama, dan dokumenter. Ini menujukkan bahwa media filsafat pusparagam.
Jika saya merasa nyaman ketika mendengar I am on My Way Alan Walker dkk dari radio Suara Surabaya pas baca buku ini, maka ketenangan itu dialami sahaja. Anda juga mungkin sering mengalaminya. Benar kata dalam lirik lagu ini, tidak orang lain yang bisa menyelamatkan selain diriku sendiri.
 

Saturday, May 11, 2024

Tubuh

Setelah mengalami iritasi lambung, saya berusaha tidak minum kopi  lagi. Padahal, pagi dengan secawan "qahwah", saya merasa segar dan bugar. Sekarang, saya membawa bekal minuman dengan irisan buah. Berkah.

Sekali waktu, tatkala bersepeda ke kampus, saya melihat seseorang menikmati secangkir kopi seraya duduk tenang di atas lincak di depan sebuah warung bambu di pagi hari. Betapa bahagia orang yang menyesap minuman ini.

Kini, saya bisa mereguk kembali dengan campuran krimer di pagi hari. Namun, kopi hitam tak lagi disentuh. Sekali-kali, hasrat minum kopi, susu cair, dan jahe muncul (seperti tampak pada foto), tetapi saya menahan diri karena ia berakibat pada percernaan. 

 

Friday, May 10, 2024

Syawal Ketigapuluh

Saya menunda untuk membuka plastik buku ini setelah menerimanya dari Mahidi di musala kampus seusai salat siang. 

Sore ini, dengan kopi dan roti Ar-Royyan dari kondangan pagi, saya memulai untuk mendarasnya sebagai bekal untuk bedah buku yang akan digelar oleh BEM Fakultas Sosial Humaniora Universitas Nurul Jadid, 17 Mei 2024, 13.00 WIB. 

Dengan mengulik arti bahagia menurut sarjana Barat,  Islam, dan Jawa, kita bisa mendapatkan sinaran untuk menemukan kebahagiaan diri sendiri, sebagaimana Rhoma mengetahui pulau bahagia yang hendak dituju. 
 

Thursday, May 09, 2024

Syawalan Keduapuluh Sembilan

Lagu Emansipasi Wanita Bang Haji jelas menggambarkan pandangan lama tentang kesetaraan lelaki dan perempuan. Kecia Ali menyodorkan gugatan terhadap subordinasi terhadap kaum wanita dalam perkawinan dan banyak isu lain.
Karya ini disarankan sebagai bacaan tambahan pada mahasiswa yang mengambil Pemikiran Tafsir Modern dan Kontemporer Universitas Nurul Jadid - UNUJA. Signifikansi pelbagai mazhab penafsiran menegaskan implikasi pada yurisprudensi (fikih).
Puncaknya, filsuf dan ahli etika muslim dan nonmuslim telah lama terlibat dalam perdebatan tentang apa yang disebut baik dan apa itu keadilan (hlm. 149). Jelas, pangkal dari perbedaan prilaku bermula dari sini.
Apa pun, saya minta mahasiswa meluangkan waktu untuk mengikuti Yasinan di tempat mereka tinggal. Di sini, kitab suci didaras sebagai doa, bukan wacana. Ada makna lain dalam ibadat ini.
 

Wednesday, May 08, 2024

Syawal Duapuluhdelapan



Rhoma pernah bilang bahwa Gus Dur adalah temannya. Meskipun demikian, keduanya pernah berselisih paham soal Inul. Saya pun pernah menulis opini tentang dua tokoh ini dalam sebuah surat kabar, termasuk Tan Malaka. 

Ketiganya mengisi ruang yang berbeda, tetapi saling melengkapi. Rhoma memberikan jalan estetika, GD etika, dan Sutan Ibrahim logika. Kadang kita sendiri melompat dari pijakan ke pijakan lain. 

Akhirnya, kita menemukan diri sendiri, bukan? Perubahan adalah tanda kematangan. 

Tuesday, May 07, 2024

Syawal Keduapuluhtujuh

Seusai kelas Tafsir, saya pergi ke musala. Di sini, kami bersua. Pak Alvan Fathoni memoto saya dan David untuk mengekalkan ingatan. 

Pemerhati Shahrur berbagi cerita. Putrinya, Bella, suka bertanya. Dari sini, kesukaan sang anak pada filsafat tumbuh. Ia pun memberi jalan. 

Kita sebagai orang menjadi teman bagi si buah hati. Mereka juga berkembang dengan lingkungannya. Inilah tugas bersama untuk memungkinkan percakapan antargenerasi. 
 

Monday, May 06, 2024

Syawalan Keduapuluhenam

saya pernah mengulas buku berjudul Santri Kendilen bersama Pemuda Desa Alastengah. Karya KH Zainul Mu'ien tersebut membahas pengalamannya belajar di pondok pada 1970-an. Bukan sekadar kisah, ia juga renungan tentang keadaan masa itu yang di tengah keterbatasan, santri memiliki ghirah atau semangat untuk menelaah kitab, memasak beras, dan memenuhi kebutuhan seharian yang lain.
Ini akan menjadi masa lalu otentik pondok di awal-awal pendiriannya setelah kini kemandirian santri makin tergerus karena mereka tak lagi melakukan pekerjaan sehari-hari. Mereka harus melaksanakan kegiatan yang sangat padat sejak dini hari hingga hampir tengah malam.
Selain itu, uraian tentang fikih keseharian menjadi catatan kecil untuk tak lagi melihat disiplin ini berjarak dengan kehidupan subyektif dan lokal penulis. Hal lain adalah kejelian penulis mengulik perbedaan kata antara saleh itu sebagai kebajikan individual dan musleh adalah sosial (hlm. 43). Lalu, mengapa gambar sampul papak kekunci (keypad), bukan kendil? Nanti saya akan tanya pada penulis dan Nurja Press, si penerbit.

 

Sunday, May 05, 2024

Syawalan Keduapuluhlima

Tujuan utama dari karya saya ini adalah melebihi epistemologi keilmuan Islam tradisional. Apa yang terlalu sering dielu-elukan sebagai sesuatu yang tidak dapat ditiru atau tidak dapat dilampaui sebenarnya menghambat kita untuk mencoba menjangkau pemahaman baru. Untuk mencapai pembaharuan sejati dan perbaikan abadi kita tidak bisa mempercayakan pada solusi-solusi dari masa silam (Pengantar)

Teks ini adalah bahan kelas terjemahan mahasiswa Ilmu Alquran dan Tafsir Universitas Nurul Jadid yang dilaksanakan setiap Ahad pagi pukul 8.00. Setelah menggeluti turats, mereka juga memeriksa diksi Inggris tentang kajian ini, seperti "Allah's books teach us", tidak diterjemahkan dengan buku Allah, melainkan kitab Allah.

Apakah "book" dalam pikiran Barat itu sama dengan kitab dalam benak kita? Semoga mahasiswa bisa menyelesaikan pembacaan karya ini selama bulan Ramadhan.

 

Saturday, May 04, 2024

Syawalan Keduapuluhempat

Saya mendengar ludruk ini dengan riang melalui radio Bayu Gita FM. Para pemain bisa berkelakar tanpa beban. Ini mustahil dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yang penuh etiket, sopan santun, dan tepa selira. Justru, di sinilah kekuatannya karena ia bisa menjadi katup dari tekanan seharian yang penuh kepalsuan karena kegagalan memahami hakikat percakapan.

Diskusi itu bukan untuk memenangkan, tetapi memajukan. Tetapi, nalar dalam perbincangan khalayak lebih mengarah pada kepongahan individu. Padahal, bila seseorang selalu merasa benar dengan pikirannya, sebenarnya gila, karena ia berbicara dengan dirinya sendiri, bukan dengan orang lain.

Tetapi, sebebas apapun karakter dalam ludruk berkoar, ia tetap tunduk pada aturan. Semisal, pantun yang diucapkan di atas pentas, ka Sumenep mellea salak, oreng bini madu arebbu' pao. Kalau tidak, Darso dkk bisa disemprit oleh Komisi Penyiaran karena dianggap tidak etis.

Pendek kata, menahan diri adalah kunci dalam berkomunikasi. Setiap bahasa memiliki langgam, diksi, dan arti, yang masing-masing tidak mudah dipindah pada bahasa lain. Mungkin, di sini kita bisa berharap bahwa bahasa daerah akan tetap hidup di tengah kehendak untuk menyatukan warga dengan bahasa nasional. 
 

Friday, May 03, 2024

Syawalan Keduapuluhtiga

Tatkala merespons soal hukum modern, Kiai Nasrullah, Jepara, membandingkan cara kerja qawaid fiqh, ushul fiqh, dan maqashid syariah.

Pembicaraan tentang aturan formal mendorong lulusan Universitas tertua dunia ini tidak lagi berbahas soal keajekan, tetapi keluwesan. Tentu, kehadiran Falsafah al-Fiqh akan memperluas arena percakapan dengan orang luar tentang fleksibilitas kewajiban dan keharaman. 

Santri akan membaca كانط (Kant) dan filsuf lain dalam turats untuk memahami warisan keilmuan ulama dalam upaya membina bangunan kesarjanaan. Betapa teks Arab masih menjadi ilmu alat untuk menangkap pesan Tuhan. Padahal, secara, semantik kebahasaan tertentu mengandaikan makna (dasar dan relasi), medan, pandangan dunia, dan mesej (sebutan jiran untuk message) utama. 

Peradaban teks kita tentu tidak meninggalkan situasi, meskipun kadang dilihat menepikan tamadun akal budi, yang begitu kental di alam Yunani. Kepahaman tidak akan terpenjara nash, sebab yang terakhir hakikatnya merekam gerak sejarah.


Dengan mengulik kitab ini di warung, saya termenung, ada ragu menggunung. Bila kata mewakili benda (things), maka kenyataan tidak sepenuhnya bermukim pada tanda. Dalam hening, kita bertemu bening.

 

Thursday, May 02, 2024

Syawal Keduapuluhdua

Ketika mendengar lagu "Hitam", Rhoma dan Rita, saya justru ingat kampung di waktu sore yang hangat. Sawah, madrasah, SD, bola, surau, kali, dan sungai berlegar di benak. Jelas, isi liriknya tak berkait dengan semua kenangan itu. Tetapi, sejak intro berbunyi, saya pun melayang ke alam masa kecil. 

Dari pengalaman di atas, mungkin inilah penjelasannya. "In the formal and generic sense, a song must be always motivated by what its words express, but as we all know, it is not by attending to words alone that we make sense of or attribute meaning to songs" (Kramer, 2002: 63).

Dari Henrietta L Moore, "Still Life: Hopes, Desires, and Satisfactions", 2011: 117, kita bisa memeriksa pengalaman kita sehari-hari. Anda juga mengalami hal serupa, bukan? 


 

Wednesday, May 01, 2024

Syawal Keduapuluhsatu

Kolom Falsafah Harian di koran Kabar Madura pernah dibaca oleh 2000-an pembaca. Kumpulan dari anggitan ini akan diterbitkan. 

Sementara, saya belum bertanya apakah kolom  "Bahasa Agama" dalam Majalah Tempo disimak oleh banyak pembaca. Meskipun mengulas ulikan lema tertentu, saya menyiratkan pijakan saya dalam beragama, berbangsa, dan berdunia. 

Dengan angka di atas, saya harus bekerja lebih keras untuk menjangkau lebih banyak khalayak. Itulah fungsi microblogging, seperti Telegram dan Whatsapp, untuk mengambil tempat. Isteri mengutip bagian tulisan di surat tersebut tersebut untuk dikisahkan secara lisan di TikTok. 

 

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...